Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #12

Hari Berganti Hari

Luna menghampiri Rendi yang sedang memakan cemilan di dapur.

"Kak, Azura hari ini nggak sekolah. Dia nggak aktif di sosial media manapun, ditelpon juga nggak bisa. Aku telpon mamanya tapi nggak diangkat, aku chat Kak Alula kayaknya sengaja nggak dibalas, kenapa ya Kak?" tanya Luna.

"Palingan juga lagi kena hukuman," jawab Rendi santai.

"Hukuman apa?" tanya Luna.

"Alula 'kan udah tau tentang dia sama Cakra, pasti orang tuanya juga udah tau," jawab Rendi.

"Hah? Serius Kak? Kakak ngasih tau?" kaget Luna.

"Kakak nggak ngasih tau, tapi Alula yang datang kesini dan nanya, ya Kakak jawab seadanya," jelas Rendi.

"Goblok banget sih Kak!" marah Luna.

"Bukan Kakak yang goblok, Azura pasti yang nggak bisa ngejaga rahasia dia sendiri. Alula itu pasti curiga makanya nanya!" Rendi begitu fokus pada makanannya.

"Iya juga sih, foto-foto dia sama Cakra juga banyak, mungkin aja dari sana dia taunya." Luna menerka-nerka.

"Kamu hari rabu itu sama Galang, 'kan? Azura juga sama Cakra? Kalian ngapain aja? Coba contoh Kakak kalian yang nggak ada pacaran ini," sombong Rendi.

Luna tidak meladeni ucapannya.

"Apa aku ke rumahnya aja Kak?" tanya Luna.

"Nggak usah, kamu berteman sama orang yang salah. Nanti kamu disalahin," tolak Rendi.

"Yang salah itu kita Kak, bukan Azura."

"Iya sih memang, udahlah kamu nggak usah pacaran lagi," kata Azura.

"Aaa nggak mau," rengek Luna.

"Ih! Azura baru deket cowok aja langsung dihukum, lah kamu?"

Tiba-tiba Rendi mencengkram bahu Luna dengan kuat sampai Luna meringis kesakitan.

"Jujur! Kamu kalau pacaran itu kemana?"

"Aaa sakit! Lepasin!"

"Jujur dulu, kamu kemana dan ngapain aja?!"

"Lepasin dulu!"

"Jawab dulu!"

"Ya kemana aja Kak!! Semua bisa!!"

"Pernah sampai ke apartemen, rumah, hotel?" tanya Rendi.

"Kecuali hotel," jawab Luna pelan.

Rendi menggelengkan kepalanya pelan lalu melepaskan cengkramannya.

"Kakak mau mulai belajar dari keluarga Azura," ucap Rendi.

"Aaa jangan!"

"Lho?"

"Nggak siap aku terkekang!"

Luna frustasi dan langsung pergi ke kamarnya.

() () ()

Azura memegang jaket milik Cakra, lalu menciumnya. Aroma khas cowok itu masih sangat lekat di jaket itu.

Dalam diamnya ia mempertanyakan kabar Cakra, akankah ia juga mencari dirinya atau tidak peduli dengan kehilangannya.

Azura meletakkan jaket itu di dalam lemarinya dan untungnya selang beberapa detik setelah itu papanya membuka pintu.

"Makan nih, pizza, es cincau juga," kata Firman.

"Nggak selera Pa makan sendiri," jawab Azura sembari mengambil apa yang dibawa Firman.

"Papa nggak mau nemenin aku makan?" tanya Azura.

Firman mengelus kepala Azura. "Renungkan kesalahan kamu, bertaubat sama Allah, dan .... "

Firman menggantungkan kalimatnya.

"Dan?"

Firman menggeleng lalu pergi begitu saja sambil menutup pintu kamar Azura.

Azura cemberut, benar kata mamanya, hukuman ini belum seberapa dengan balasan Allah di akhirat nanti.

Azura tetap memakannya walau dengan wajah cemberut.

Orang tuanya paham, Azura adalah seseorang yang hobi ngemil, meskipun badannya tidak gemuk tapi makanan tidak pernah luput darinya.

Di dalam tas sekolah pasti ada cemilan, di dalam laci kelas bahkan juga ada, di kamar, di kulkas, di ruang tamu, semua itu disiapkan untuk keluarga oleh mamanya, tapi sebenarnya itu dikhususkan untuk Azura.

Itulah kenapa setiap menunggu jemputan Azura pasti memilih pergi ke minimarket, karena ia tidak tahan jika tidak belanja dan tidak memakan sesuatu.

() () ()

Hari ini tepat hari ketiga Azura tidak keluar kamar, ia duduk di ranjang sambil bersandar dan menonton TV.

Firman datang lagi membawa makanan.

"Papa .... "

"Iya?" tanya Firman sembari meletakkan nampan itu di depan Azura.

"Udah tiga hari, Pa. Kita serumah, tapi aku belum ada ketemu Mama. Padahal di atap yang sama, di bangunan yang sama. Tapi kenapa kayak orang LDR, yang punya jarak jauh," keluh Azura.

"Kamu yang membuat jarak itu, kita memang ngehukum kamu, tapi yang buat jarak itu kamu," jawab Firman.

Lihat selengkapnya