Dikarenakan takut akan bertemu dengan orang tua Azura, atau siapapun yang akan menjadi ancaman bagi mereka, Cakra dan Azura memutuskan untuk tetap di mobil saja agar tidak kelihatan siapa-siapa. Mereka di sebuah parkiran hotel, yang merupakan milik orang tua Cakra.
Semua makanan dan minuman sudah Cakra beli dan dibawa ke mobil. Cakra menghidupkan lampu mobil sehingga bernuansa remang-remang dan dengan lagu-lagu romantis yang mengalun pelan.
Untung tadi ia membawa mobil, jadi bisa seperti ini.
Cakra menatap Azura yang sedang membuka kacang rebus dan memakannya. Azura yang merasa tidak nyaman ditatap seperti itu tentu akan protes.
"Apa liat-liat?!"
Cakra tersenyum saja, lalu ikut memakan kacang rebus itu juga.
"Kamu nggak mencintai orang yang salah kok Zura, tapi Kakak yang salah karena nggak menjadi sosok terbaik yang dicintai seseorang," kata Cakra.
Azura diam beberapa saat hingga akhirnya ia membuka suara. "Dan Kakak juga nggak mau mencintai diri sendiri."
"Kata siapa?"
"Kata aku lah. Hidup tanpa aturan itu nggak enak lho!"
"Jadi tadi kamu ya yang nggak ngizinin minum alkohol?"
"Iya! Aku nggak suka!!" tegas Azura.
"Tadinya Kakak pikir ada cewek yang caper, biar diperhatiin. Ternyata emang iya," ejek Cakra.
Azura langsung meliriknya sinis.
"Tadi juga ada cewek yang nantangin main bilyar, kalau dia menang dia dapat nomor HP Kakak," cerita Cakra.
"Sekalian aja hatinya!" ketus Azura.
"Nanti kamu nangis, ngamuk-ngamuk, mana nggak tau tempat lagi," ejek Cakra terus.
Azura cemberut lalu melempar kulit kacang ke arah Cakra.
"Kalau cemburu boleh, tapi marah-marahnya harus tau tempat, ya cantik."
"Aku nggak suka Kakak deket sama cewek lain!" tegas Azura.
"Iya, Kakak cuma buat kamu."
"Harus!!!"
Cakra terkekeh pelan. "Bocil!"
"Ganti lagunya Kak, nggak enak banget," protes Azura sebelum menikmati kopi.
"Kamu mau lagu apa?" tanya Cakra. "Sukanya lagu apa?"
"Lagu untill i found you, Stephen Sanchez, aku suka lagu itu. Artinya bagus."
Cakra langsung mencari di YouTube, lalu mereka dengarkan bersama.
Setelah mendengarkan dan membaca artinya Cakra mengangguk sambil tersenyum.
"Bucin banget," ucap Cakra.
"Tapi bagus, 'kan?" antusias Azura.
"Bagus atau kamu merasa di posisi itu?" tanya Cakra sembari menatapnya.
"Nggak, aku nggak merasa. Aku suka aja, dia tu kayak udah nambatin hatinya untuk satu orang aja sampai kapanpun nggak akan ada cinta yang lain lagi," jelas Azura.
"Tapi kemarin waktu nangis kamu bilang gitu," ejek Cakra lagi.
"Iiih Kakk! Udah ngejeknya!" kesal Azura. "Kayaknya aku doang memang yang cinta di sini. Kalau nggak mau dicintai yaudah ngejauh sana! Tapi Kakak terus yang ngajakin berduaan!" marah Azura dengan wajahnya yang cemberut.
Cakra tertawa. "Bukan gitu."
"Jadi apa?!"
Cakra merubah posisi duduknya agar berhadapan langsung dengan Azura.
"Kakak tu nggak bisa ngungkapin secara langsung segala perasaan yang ada. Apalagi kita terhalang perbedaan, kamu dengan latar belakang yang kayak gitu, Kakak kayak gini. Jadi untuk ngungkapin perasaan itu kayaknya nggak perlu, lagian juga kamu nggak akan bisa dimiliki dan Kakak juga nggak mau milikin kamu, sadar posisi," jelas Cakra.
"Terus aja bilang gitu! Bukannya berubah malah merendah!" kesal Azura.
Hening sesaat.
"Jadi aku sendiri aja yang terus bilang tentang perasaan aku, sedangkan Kakak nggak??"
"Kakak cuma nggak mau berharap sama kamu dan ngasih harapan ke kamu."
"Jadi ini apa?! Selalu aja ngajak berdua, terus aku yang salah. Usaha aku tu cuma sedikit ya Kak, tapi Kakak yang ngejar di sini," jawab Azura dengan tegas.
"Kalau Kakak megang kata-kata Kakak itu, harusnya Kakak nggak nemuin aku! Nggak ngajak aku kemana-mana, ngejauhin aku harusnya!" lanjut Azura.
Cakra tidak menjawab.
Azura berdecak kesal. "Udahlah aku keluar aja, aku mau pulang. Aku kayak merasa bodoh banget, dia yang ngajak ini dan itu, tapi seolah aku yang paling ngejar."
Azura mengoceh sambil mencoba membuka pintu mobil. Cakra langsung menahannya.
"Ya nggak mungkin juga kalau Kakak nggak punya perasaan ke kamu tapi selalu mau ada waktu dan tempat khusus untuk kita. Ngapain duduk di sini kalau nggak dengan orang yang dicintai. Masih banyak cewek diluaran sana yang bisa diajak, yang cantik, yang nggak perlu sembunyi-sembunyi. Tapi Kakak maunya sama kamu," tutur Cakra lembut.
Azura diam.
"Kalau kamu pikir Kakak mempermainkan kamu, kayaknya nggak mungkin kamu yang dipermainin," lanjut Cakra.
Azura menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya.
"Tapi karena Kakak sadar kamu nggak bisa digapai, kita terhalang. Makanya Kakak nggak mau ngungkapin perasaan Kakak ke kamu. Tapi kamu 'kan bisa liat tindakan Kakak gimana ke kamu," tambah Cakra.
Jarak mereka tidak terlalu jauh, sehingga Azura dapat dengan mudah mendekati Cakra. Tanpa Cakra sadari Azura mendekat dan mencium pipinya.
"Aku bisa digapai."
Cakra terdiam sejenak. Gadis di sampingnya ini sudah memberi kode. Hingga akhirnya ia tersenyum. Lalu menyandarkan dirinya ke kursi sambil tersenyum. Lalu Cakra meraih tangan Azura, mengelusnya lembut dan menciumnya.