Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #16

Ada Azura

Azura menyentuh pipinya kaca lalu mengelapnya beberapa kali. Azura menghela nafas kasar lalu melamun cukup lama. 

Azura melamun di depan kaca.

Tadi, Cakra melakukannya lagi. Mengapa ia selalu tidak bisa menolak? Mengapa ia selalu membiarkan Cakra mengecup bibirnya dan mencium pipinya.

Setelah pulang, baru ia akan menyesal tiada henti, saat di sana ia lupa melawan, ia lupa menolak, ia lupa kalau itu dosa, dan ia berfikir saat itu itu seolah ia dibebaskan dari dosa. Beberapa menit dalam dosa, baginya hanyalah hal biasa.

Suara dering ponsel membubarkan lamunan Azura. Ia langsung mengambil HandPhone-nya di atas kasur. 

"Lo di mana Ra?"

"Di rumah."

"Ooh alhamdulillah, udah pulang."

"Lo di mana?"

"Masih sama Galang. Udah dulu ya gue tutup."

"Lo kemana sih Luna, ini udah hampir jam 12."

"Gue ditahan sama Galang."

"Di?"

"Apartemen. Nggak boleh pulang."

"Ih jahat banget. Sini biar gue ngomong sama cowok lo itu."

"Ya kalau lo bisa ngomong nih, gue juga nggak mau di sini, gue terpaksa bohong sama Bunda."

"Hallo Azura," tiba-tiba sudah berubah suara Galang. 

"Hallo, kok nggak dibolehin sih Luna pul-"

"Ini Azura yang mana ya? Kayaknya bukan Azura yang dulu. Aku yakin sih kamu udah nggak sepolos dan selugu kayak dulu."

"Maksud Kakak apa?"

"Ngapain aja sama Cakra? Yakin cuma duduk doang?"

"Kenapa ngomong gitu?"

"Nggak suka aja kalau kamu selalu ngatur hubungan kita. Liat dulu diri kamu, sebaik itu, kah? Paling beda beberapa persen aja sama Luna, kamu 'kan mainnya diam-diam."

Azura langsung mematikan sambungan telepon. Terduduk ke tepi ranjang lalu mengusap wajahnya. 

"Seharusnya emang aku nggak ngulangin kesalahan yang sama, Ya Allah."

Azura menangis mengingat apa yang telah ia lakukan. Di mana letak harga dirinya lagi? Cakra sudah menyentuhnya tanpa izin, dan tanpa kemarahan darinya.

Azura langsung beranjak ke kamar mandi. Mengambil air wudhu lalu menunaikan sholat sunnah taubat. 

Setelah melaksanakan sholat, lalu ia berdzikir dan menengadahkan tangan untuk berdo'a. 

"Ya Allah, ampuni hamba Ya Allah."

Awalnya Azura tidak bisa menangis, tapi saat ia mengingat janjinya, Azura langsung menangis. 

"Lagi Ya Allah, aku udah ngelakuin itu lagi."

Azura memegang bibirnya, pipinya, dan memperhatikan tangannya. 

"Hamba biarin dia nyentuh hamba, tanpa penolakan. Gimana Mama? Gimana Papa? Mereka pasti kecewa banget sama aku. Aku penuh dengan dosa, aku nggak ragu untuk ngelakuinnya. Entah kenapa aku sebodoh itu Ya Allah."

"Harga diri aku udah jatuh, sejatuh-jatuhnya di hadapan laki-laki itu dengan alasan cinta. Aku nggak bersih, aku nggak suci."

"Coba aja aku bisa jaga diri kayak Kak Lula, pasti aku nggak akan menanggung dosa ini. Aku nggak akan berada dalam penyesalan ini."

"Padahal aku tau itu salah, aku tau itu dosa, tapi aku seolah lupa tentang hal itu. Aku udah berkhianat padamu Ya Allah, ke mama-papa, dan kakak. Mama udah percaya sama aku. Aku udah ngingkari janji aku Ya Allah."

Malam ini tangisan Azura ikut larut dengan waktu, hingga lama ia duduk di atas sajadah. Sama seperti dulu saat pertama kali melakukan dosa itu. Sekarang ia datang lagi untuk bertaubat yang kedua kalinya karena hal yang sama. 

() () () 

Salma, Firman, dan Azura fokus memperhatikan berita pagi ini. 

Tempat diadakan pesta waktu itu, tadi malam digrebek polisi. Semua yang berada di sana langsung dibawa ke kantor polisi untuk dites urine, menggunakan narkoba atau tidak. 

Lihat selengkapnya