Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #21

Nge-date

Cakra berjalan dengan malas di belakang Ema yang sedang memilih-milih baju. Janjinya tadi ingin mengajak Cakra makan di mall, tapi ternyata tidak hanya makan sepertinya tapi juga berkeliling dan memaksa Cakra mengikutinya.

Pikiran Cakra masih pada kemarahan Azura, semalam ia berusaha menelpon Azura, tapi tidak diangkat gadis itu.

Dalam benak dan pikirannya tentang Azura, terlintaslah si wanita bernama Azura itu di hadapannya.

Azura berhenti melangkah saat melihat Cakra, tapi tidak mungkin ia melangkah terus sedangkan Salma di depannya.

Hal yang Azura duga terjadi, hal yang begitu ia takutkan. Salma dan Ema bertemu dan saling tegur sapa.

Cakra dan Azura jadi terpaksa ada di sana juga. Jantung Azura berdegup lebih cepat dari biasanya, ia hanya berani menatap sekilas Cakra, sedangkan lelaki itu selalu memandang lekat padanya.

"Eh, Bu Salma," sapa Ema.

"Iya Bu."

Mereka bersalaman dengan ramah.

"Apa kabar?" tanya Salma.

"Ooh baik. Sama siapa kesini?" tanya Ema.

Salma melirik ke arah Cakra, tapi syukurnya Cakra tidak memandang pada Azura.

"Ini, Azura."

Azura langsung tersenyum dan menyalimi Ema.

"Ini anak kedua, 'kan? Masya Allah cantiknya," puji Ema sambil memegang dagu Azura. "Enak ya punya anak perempuan, kalau diajak ke mall mau, aku pergi sama Cakra, liat nih mukanya melas-melas," kata Ema. "Oh iya kenalin ya, ini Cakra. Anak bungsu kami."

Cakra tersenyum sambil menyalimi Salma. Salma tetap tersenyum walau dipaksakan.

"Ini juga Azura yang minta, nggak tau kenapa. Katanya gabut, nggak mood, jadi dia ngajak belanja aja," jelas Salma.

"Tuh." Ema menyenggol Cakra.

"Ya kenapa Ma? Apa aku harus ngajak Mama belanja juga?" tanya Cakra dengan penuh kelembutan.

"Denger tu, marah aja dia. Coba aja aku juga punya anak perempuan, pasti enak," kata Ema.

"Marah apa sih orang ngomongnya pelan juga," protes Cakra.

"Lho! Tapi ada, 'kan?"

"Udah berkeluarga, nggak sebebas dulu. Maunya yang kayak Azura lagi," goda Ema lagi.

Azura tersenyum lalu melirik Cakra.

"Yaudah yuk kita belanja bareng habis itu makan bareng, pasti seru!"

"Boleh-boleh," jawab Salma.

Tidak mungkin ia tidak ramah, atau malah cuek, sedangkan Firman dan Raffi punya hubungan kerja, dan mereka berdua juga memang sudah saling kenal, walaupun tidak sedekat itu. Hanya anak-anak mereka saja yang tidak pernah bertemu secara bersamaan.

Ema langsung menarik tangan Salma. "Kita yang orang tua di depan, mereka ngekor aja di belakang. Kalian kenalan dulu ya."

Azura setidaknya bisa lega karena Ema yang sudah tau hubungan mereka berpura-pura tidak tahu, dan Salma juga bisa santai berhadapan dengan Cakra.

Salma agak ragu untuk hal ini, tapi untuk menolak dan melarang tidak mungkin, sungkan tentunya. Ia terus menatap Azura, sedangkan Azura memberikan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Salma. Namun, karena ini mall dan tempat yang ramai, ia jadi bisa sedikit tenang.

Azura dan Cakra berjalan beriringan. Senang sebenarnya seperti ini, tapi karena mereka sedang tidak baik, jadi agak sedikit canggung.

"Kenapa nggak balas chat?"

"Nggak papa."

Mereka berbicara dengan suara kecil.

"Ditelpon juga kenapa nggak diangkat sih, Ra?" tanya Cakra.

"Nggak papa."

"Kalau ada masalah itu harusnya kita saling bicara, bukan malah menghindar," ucap Azura, suaranya sedikit keras.

Azura memukul perut Cakra pelan. "Suaranya Kak."

"Kalau kamu marah yaudah marah beneran, jangan malah diem," lanjut Cakra.

"Aku kecewa aja sama Kakak."

"Ya makanya itu kita perlu ngomong."

"Masih nggak mood."

"Az---"

"Maa aku mau beli baju ini," sambar Azura saat Salma akan menoleh ke belakang.

"Wah iya Azura, cantik. Ayo kita mampir sini dulu," ajak Ema.

Sejak saat itu, karena rasa takut Azura pada Cakra yang terus berbicara. Ia memilih bergabung bersama dua wanita itu juga.

Sepertinya Ema suka dengan Azura, karena ia menggandeng Azura terus. Azura pun yang tadinya canggung, mulai bisa berbaur dan mereka bertiga merasa nyaman dan cocok, kecuali Cakra yang hanya bisa menghela nafas kasar karena ia seperti pengawal yang mengawasi mereka.

Cakra ingin pergi, tapi sayang jika tidak melihat Azura saat ini, kesempatan sulit sekali datang. Walaupun ia sedikit kesal karena Azura tidak mau bicara dengannya, tapi ia senang melihat bagaimana akrabnya Azura dengan mamanya.

Mereka bertiga malah seperti tiga teman yang sedang belanja bersama.

() () ()

Saat makan bersama, Azura duduk di samping Salma namun berhadapan langsung dengan Cakra. Ia jadi tidak terlalu leluasa dan takut karena Cakra selalu saja mencuri pandang padanya.

Saat ia ingin mengambil tisu, dan itu cukup jauh, Azura mengambilnya sendiri. Tapi Cakra langsung mengambilkannya.

"Minta tolong Azura sama Cakra, jangan takut, dia nggak makan orang," kata Ema dengan senyuman ramahnya.

Saat mereka menarik tangannya masing-masing, disitulau gelang keduanya terlihat oleh Salma.

"Hehehe .... "

"Jadi kayak makan bersama keluarga yaa. Eh foto dulu, buat kenang-kenangan," tanggap Ema yang langsung memberikan HandPhone-nya.

Tentu hal ini adalah hal yang disukai Azura dan Cakra, memiliki hubungan yang terprivasi itu membuat mereka terbiasa mengabadikan kebersamaan.

Lalu Cakra minta tolong untuk difotokan oleh pelayan di sana. Mereka benar-benar seperti makan bersama keluarga atau pertemuan dua teman yang sudah berkeluarga dan sudah direncanakan.

"Aku mau es cream, Ma," kata Azura.

"Yaudah pesan sana. Cakra pesan es cream buat Azura," suruh Ema.

"Biar dia sendiri aja, nggak usah Cakra repot-repot," tolak Salma.

"Mau es cream apa?" tanya Cakra dengan ketus.

"Pelan dong Cakra, kek gitu ya dia takut nantinya," kata Ema.

"Rasa vanila Kak."

Cakra langsung berjalan pergi untuk memesan es cream untuk Azura dan dirinya sendiri.

Ada banyak hal yang dilakukan mereka bersama, itu hasil paksaan dari Ema, bahkan beberapa baju ia belikan untuk Azura dengan alasan baju itu terlalu gemas, jika tidak dibeli sayang kalau nanti akhirnya dipakai orang lain. Salma tidak bisa menolak kalau seperti itu.

Lihat selengkapnya