Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #23

Hari Terakhir Di Sekolah

Cakra terkaget saat melihat siapa yang ada di depan kamarnya saat ini. Apalagi melihat apa yang dipakai pada kepalanya.

"Ayo sholat ke mesjid, barengan," ucap Raffi santai.

Cakra masih diam.

"Ayo! Bentar lagi maghrib, Papa udah ngajak Juan sama Andra juga, mereka udah siap itu," ujar Raffi.

Cakra speechless.

"Buruan!" Raffi langsung menarik Cakra untuk pergi menuju mesjid menunaikan sholat maghrib.

Apa ini idul fitri, atau idul adha? Kenapa bisa keluarganya bersama-sama datang ke mesjid untuk sholat? Batin Cakra.

Cakra teringat lagi dengan ucapan Azura, segala kesempurnaannya yang baginya tidak ada kekurangan, mungkin inilah kekurangannya.

Saat ia merasa aneh datang ke mesjid bersama padahal harusnya sejak dulu inilah yang mereka lakukan bersama, dan selama ini selalu diabaikan saja. Hal itulah yang kurang dari mereka.

Cakra jadi bersyukur mengenal Azura, mencintainya, dicintai olehnya, dan jadi bagian dari hidupnya, serta ia masuk dalam kehidupan Azura.

Di sisi lain, gadis pujaannya itu menyesali segalanya. Terutama menyesali setiap langkah untuk menuju dosa.

Andai ia hanya cukup sebatas kenal, setelah itu tak perlu mengikuti permainan Cakra, dan tidak perlu berusaha dekat dengannya, kini sudah terlanjur, ia sudah menyesali perkenalannya dengan Cakra.

() () ()

Azura dan Luna makan bersama di balkon kamar Azura, malam ini Luna menginap di rumahnya.

Mereka baru saja membuat pizza hasil resep dari YouTube.

"Kita sama-sama terus 'kan Azura?" tanya Luna tiba-tiba.

"Kenapa nanya gitu?" tanya Azura.

"Namanya aja kehidupan Ra, ada yang datang dan pergi, sesuai waktu dan takdir yang nentuin."

"Harapan gue ya kita sama-sama terus sampai hari tua," tutur Azura.

Luna mengangguk setuju.

"Lo kemana liburan kali ini?" tanya Azura.

"Ikut kapal pesiar, tawaran Papa. Tadinya gue mau ngajak lo, tapi lo udah dijanjiin ke Lombok," jawab Luna.

"Iih gue mauu, gue ikut lo aja deh!" rengek Azura.

"Iya, ikut gue aja."

"Tapi gimana kalau gue juara?" tanya Azura.

"Nggak mungkin," yakin Luna dengan santai.

"Kata Kak Cakra iya kok," kata Azura dengan sombong.

"Idih, pacarnya dipercayain," sinis Luna.

Azura tidak menjawab, hanya fokus makan saja.

"Lo minta sesuatu juga dari Kak Cakra kalau juara, uangnya 'kan banyak, pasti dikasih, atau minta sama camer lo, pasti dikasih," suruh Luna.

"Dia aja lagi dihukum karena judi."

"Oh ya?"

"Iya. Luna, kayaknya gue mau udahan aja sama Kak Cakra," kata Azura.

"Kenapa?"

"Gue udah terlalu jauh, lupa segalanya, dan khianati orang tua gue," jawab Azura. "Gue malu sama diri sendiri yang selalu dianggap baik sama orang lain."

Luna hanya diam. Sedangkan Azura yakin dengan pilihannya itu untuk mengakhiri hubungannya dengan Cakra. Ia sudah mulai terluka oleh setiap nasihat tentang pacaran yang selalu menusuk ke telinganya.

Ia juga sudah lelah menjadi pembohong, ia sudah lelah mengkhianati orang tuanya.

() () ()

Setelah selesai sholat dan berdoa meminta hasil yang terbaik untuk hari ini, tepatnya hari pengumuman, Azura lanjut mengaji, salah satu rutinitas wajibnya setiap pagi. 

Luna masih menginap di rumahnya, karena sedang halangan, ia Azura biarkan tertidur sebelum waktunya mandi. 

Setelah Azura selesai mengaji dan meletakkan mukenahnya, telpon masuk ke HandPhone-nya. Azura dapat menduga kalau ini adalah Cakra. 

Benar saja, setelah ia lihat ternyata Cakra. Azura mengangkatnya sambil berbaring dan masuk ke dalam selimut tebalnya. 

"Assalamu'alaikum. Udah sholat?"

"Wa'alaikumsalam. Udah Kak, Kakak?"

"Udah. Hari ini pengumumannya 'kan Sayang?" 

"Iya, do'ain ya."

"Kamu pasti juara, Kakak yakin. Kamu mau apa dari Kakak?" 

Azura tersenyum. "Kalau juara?"

"Juara nggak juara tetap dapet. Mau apa?"

"Nggak mau apa-apa."

"Serius?" 

"Iya."

"Bilang aja mau apa, bakalan dikasih."

Azura tersenyum, untuk mengatakan sesuatu. "Mau dicium tapi sekarang, hahaha .... "

"Hah?"

"Baru siap sholat sama ngaji ya Ra, setannya datang lagi," kata Luna yang mendengar ucapannya itu. 

Luna langsung meraih HandPhone-nya, mengucek matanya dan memperhatikan layar HandPhone-nya. "Telpon Ayang juga ahk, minta dicium, mumpung masih pagi."

Azura tersenyum mendengar kalimat Luna. 

"Nanti aja kalau ketemu," jawab Cakra. 

"Maunya sekarang."

"Kakak nggak mau cium HP, maunya cium kamu."

"Aku maunya sekarang!" paksa Azura. 

Cakra diam, lalu terdengar kecupan dari seberang sana. Lalu Azura tertawa mendengarnya. 

"Nanti Kakak kasih hadiah yang lain."

"Emangnya punya uang?"

"Kalau buat kamu pasti Mama kasih." 

Terdengar tawa Cakra pula. 

"Aku mau dari uang sendiri."

"Iya Sayang, ada kok."

Lihat selengkapnya