Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #24

Azura dan Laut

Azura berlarian memasuki rumah setelah turun dari taksi, ia pulang dengan taksi yang dipesankan Cakra.

Pintu rumah terbuka, jadi Azura tak perlu mengetuknya.

"Assalamu'alaikum .... Papa, Mama .... "

"Wa'alaikumsalam."

Saat melihat ke ruang tamu, ternyata ada Alula juga di sana. Azura langsung memeluk Salma.

"Aku dapat juara Mama, aku dapat juara!!!!" girang Azura.

"Beneran?"

Azura melepaskan peluknya, lalu melompat-lompat kecil. "Iya, serius!! Nih liat lapor aku."

Azura langsung menunjukkannya. Firman langsung melihat juga dengan diikuti dengan Alula.

"Berarti jadi ke Lombok, asyikk!!" girang Azura.

Salma dan Firman ikut tersenyum, apalagi melihat Azura menari-nari di depan mereka. Alula juga ikut bahagia. Adiknya ini memang sulit dapat juara, jikalau dapat, girangnya sudah lebih dari seperti orang mendapatkan juara dari olimpiade internasional.

"Peluk Kakak dulu," kata Alula.

"Oh iya ada Alula di sini," ucap Azura lalu memeluk Alula.

Alula menepuk punggungnya saat ia menyebut namanya tanpa kakak.

Tiba-tiba Azura teringat dengan tawaran Luna. Tiba-tiba juga Alula merasa aroma adiknya ini seperti parfum cowok.

Azura melepaskan pelukannya. "Tapi Ma, Pa. Aku pengen ikut Luna."

"Kemana?"

"Naik kapal pesiar, dia ngajak aku."

"Ahk nggak usahlah," tolak Salma.

"Please Mama .... Aku pengen. Kita ke Lomboknya sesudah atau sebelum naik kapal aja ya. Aku pengen banget," mohon Azura sambil mendekat dan menyatukan telapak tangannya.

Gelang baru Azura jadi perhatian, karena gelang hitam sudah tidak ditemukan di pergelangan tangannya.

"Ya kita berangkatnya tergantung cuti Papa," jawab Firman.

Azura cemberut.

"Tapi kalau nanti nggak barengan gimana?" tanya Azura.

"Nanti kita pikirin lagi. Kamu habis dari mana?" tanya Salma.

"Sekolah."

"Beli gelang di mana?" tanya Salma sambil menyentuh gelang baru Azura.

"Emm .... " Apa yang bisa dia jawab? "Bukan beli, Ma. Dibeliin."

"Dibeliin siapa?" tanya Salma.

Alula mendekat lalu memperhatikan gelang itu.

"Itu .... Siapa tu .... "

"Kayaknya mahal deh ini," kata Alula.

"Luna yang ngasih," bohong Azura.

"Ahk mahal ini, jangan bohong!" bantah Alula.

"Ya dia nabung, buat hadiah aku. Siapa lagi kalau bukan Luna coba?"

Orang tuanya percaya, termasuk Alula yang terpaksa percaya.

Gantian Firman yang melihat gelang itu. "Kayaknya bukan produksi Indonesia ini."

Azura menurunkan tangannya, tidak mau gelang itu diteliti lebih jauh lagi.

"Iya, memang bukan produk Indonesia, ini ada temen Kak Rendi yang buka jastip, di Inggris," jelas Azura.

Tampaknya Alula yang paling tidak percaya, Azura dapat melihat dari tatapan matanya.

"Pokoknya gitulah. Ma aku mau ganti baju, mau ke pantai sama Luna. Aku ke kamar dulu," pamit Azura langsung. Lalu ia mencium pipi Salma kemudian pergi.

Setibanya di kamar Azura langsung duduk di kasur, perkara gelang ini sudah banyak kebohongan yang ia buat. Kedepannya entah akan seperti apa, ia hanya harus waspada jika ada yang meneliti gelang ini dan banyak bertanya, akhirnya berbohong lagi.

Azura langsung memilih baju yang akan dipakai, ia langsung tertarik untuk memakai baju yang dibeli Ema.

Lalu Azura memakainya, setelah dirasa cocok, Azura langsung mengenakan hijab. Kemudian Azura mirror selfie untuk mengirimkannya pada Ema. Setelah itu Azura langsung menelpon Luna. Luna juga langsung mengangkatnya.

"Gue udah di depan Ra, gue masuk ya .... "

"Jangan! Untung gue nelpon lo. Pokoknya jangan masuk, gue turun sekarang."

"Oke deh."

Azura langsung mematikan sambungan telepon. Kemudian Azura turun menghampiri orang tuanya.

"Aku pamit ya, Luna udah di depan," kata Azura sambil menyalimi orang tuanya.

"Kok nggak masuk?" tanya Salma.

"Males katanya."

"Jadi Azura, kamu kirim foto kamu pake baju ini ke mamanya Cakra?" tanya Salma.

Azura mengangguk.

"Kenapa?" tanya Alula.

"Mamanya Cakra yang beliin baju ini, tiga baju, empat sama jaket," jawab Salma.

"Kok bisa?" tanya Alula heran.

"Nanti Mama ceritain. Udah pergi sana, hati-hati."

"Mama jangan ceritain aku yang buruk ya. Aku 'kan cuma dibeliin, mana bisa nolak," kata Azura sembari menyalimi Firman.

"Iya mana bisa nolak, apalagi tatapan mata kalian, Mama mana bisa nolak beberapa fakta," tutur Salma.

Deg. Seketika jantung Azura berdegup lebih keras.

Azura langsung duduk di samping Salma. "Mama, namanya aja kita ketemu, ya pasti nggak sengaja tatapan. Nggak mungkin bener-bener nggak natap sama sekali, sedangkan kita dalam jarak yang deket terus," jelas Azura dengan memelas.

"Udah pergi sana, hati-hati," ucap Firman.

Azura langsung pergi dengan wajah cemberut, karena takut kalau mereka sudah curiga dan akhirnya akan tahu.

Azura menghampiri Luna yang sedang memainkan HandPhone di kursi teras.

"Luna, liat gue dikasih gelang sama Kak Cakra. Mereka curiga, jadi gue bilang ini lo yang beliin," kata Azura langsung.

"Oh ya? Liat."

Azura langsung memperlihatkannya.

"Ini dibeliin dia lewat jastip, kayaknya sama kayak lo."

"Iya, itu 'kan temen Kak Rendi," jawab Luna.

Azura mengangguk.

"Kita pake apa ke pantai?" tanya Azura.

"Ayo keluar, liat ada siapa di sana," ujar Luna.

Azura mengerutkan keningnya, tapi tetap mengikuti Luna yang melangkah keluar gerbang.

Jantung Azura berdegup seketika dan langkahnya terhenti saat melihat siapa yang sedang berdiri dan bersandar di mobil Rendi. Cakra dan Rendi.

Cakra langsung tersenyum melihatnya, begitu juga dengan Rendi.

"Iiiih kalian kok berani-beraninya sih?" panik Azura langsung, dan menghampirinya.

"Kita ke pantai bareng mereka," ujar Luna.

Lihat selengkapnya