Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #26

Cinta dan Nafsu

Di tengah sibuknya mereka memasak, Azura juga sibuk dengan Cakra dan Chika saling berceloteh satu sama lain. 

"Elang ini cemberut terus," ucap Azura sambil mencium Erlang. 

"Iya Tante, dia gamau ketawa Tante. Kadang aja cama Chika dia tetep cembelut!" jawab Chika. 

"Kamu kenapa kayak gitu Sayang? Apa Oom kamu ini kurang ganteng," usik Azura pada Cakra yang sedang bermain HandPhone.

Cakra langsung meliriknya. "Sini biar Om cium, baru dia senyum."

Cakra langsung menciumnya, lalu dengan rambutnya membuat Erlang geli karena mengenai wajahnya. 

"Tuh 'kan ketawa!" kata Cakra. 

"Iih lucu banget, sering-sering kenapa sih ketawa. Kamu tu lucu, jangan cembelut telus, Sayang," oceh Azura sambil mencium dengan geram pada Erlang. 

"Aku juga mau dicium Om Caka!" Chika langsung memberikan pipinya. 

Cakra langsung menciumnya berkali-kali. 

"Aku juga mau dicium," ucap Azura dengan centil tapi berbicara pada Erlang. 

"Sini, biar Tantenya Om cium," ucap Cakra sembari mendekat. 

Tantri berdehem tanpa menatap mereka. Ema dan Septi yang juga mendengar itu hanya tersenyum tipis. 

Azura langsung tersenyum. 

"Aku nggak mau dipanggil Tante, iiih .... Nggak suka," rengek Azura. 

"Jadi mau dipanggil apa?" tanya Cakra, mereka berbicara sedikit pelan. 

"Aku dipanggil aunty aja ya Kak Septi, jadi nggak terlalu lucu aku dengernya," kata Azura langsung. 

"Boleh," kata Septi. 

"Apa? Aunty?" tanya Chika. 

"Iya Chika. Cium aunty dulu," kata Azura sambil memberikan pipinya. 

Chika langsung menciumnya. 

"Cium Om juga."

Chika mencium Cakra juga. 

"Aunty, ulang tahunnya kapan? Chika udah ulang tahun kemaren," tanya Chika. 

"Masih lama Sayang. Eh Kak, foto yuk!" ajak Azura. 

Cakra langsung mengambil HandPhone-nya, lalu mulai mengarahkan kamera pada posisi yang pas. 

Foto yang berhasil mereka ambil begitu bagus, dan posisi mereka seperti foto keluarga. 

Erlang di pegang Azura tengah berdiri menatap kamera, Chika duduk di kursi yang berada di antara Cakra dan Azura, ia tersenyum manis. Mereka persis seperti pasangan muda yang bahagia. 

Tidak lama setelah itu Erlang mulai rewel, Azura langsung berdiri dan mencoba menenangkannya. 

"Kak, boleh aku bawa jalan. Ke ruang tamu gitu?" tanya Azura. 

"Bawa aja, di sana tadi ada mainan dia. Rotinya juga ada," suruh Septi. 

"Ayo Kak Cakra," ajak Azura. "Ayo Chikaku."

Mereka yang diajak langsung beranjak menuju ruang tamu.

Di sana Erlang mulai tenang karena diberi roti dan berbagai mainan. Chika juga asyik menggambar di lantai. 

"Aku juga pengen punya keponakan rasanya di rumah, tapi Kak Alula nggak nikah-nikah lagi," ujar Azura. 

"Ngapain nunggu dia, kita aja yang buat," jawab Cakra. 

"Kaaakk .... "

Cakra tertawa mendapat teguran dari Azura. 

"Sini kamu Kakak fotoin berdua bareng Erlang," kata Cakra. 

Azura mengangguk dengan semangat, lalu mulai mengatur pose. Untungnya Cakra cukup handal, hingga foto yang berhasil diambil selalu bagus. 

Setelah itu mereka yang berselfie tanpa kelihatan Erlang. 

"Dia nggak cengeng ya Kak," ucap Azura sambil mengelus kepala Erlang. 

"Iyalah, dia 'kan anak baik," puji Cakra lalu menciumi Erlang sampai membuatnya risau. 

"Om! Jangan gitu!" ucap Azura. 

"Waduh, aunty-nya marah."

"Iya dong, 'kan aku kecayangannya. Jangan ganggu aku paman, aku Elang, namaku adalah Elang."

Azura tidak bisa berhenti menciumi Erlang. 

"Aku Caka, namaku adalah Caka. Aku mau dicium kayak gitu juga," balas Cakra. 

"Aku Zura, namaku adalah Azura, aku nggak mau cium orang dewasa, hahaha .... "

Cakra tersenyum melihat tawanya. 

"Azura .... "

"Iya?"

"Kakak mau mandi dulu ya," pamit Cakra. 

"Jadi tadi belum mandi?" tanya Azura. 

Cakra menggeleng. 

"Astaghfirullah, Oom kamu Elang."

"Tapi 'kan tetap ganteng."

Plak! Azura memukulkan tangan Elang ke wajah Cakra. Lalu ia tertawa. 

"Namanya aja udah nggak sabar mau ketemu aunty kamu," lanjut Cakra. "Bentar ya Sayang, tunggu di sini aja."

Lihat selengkapnya