Saat melihat foto-foto dan videonya dengan Cakra, Azura langsung mengirimkannya pada Cakra, ia lupa Cakra juga lupa. Azura takut sekali saat sadar foto dan video saat di mobil waktu itu ternyata menggunakan HandPhone-nya.
"Azura .... " panggil Salma.
"Iya Ma?" jawab Azura.
"Sini bentar, Mama mau nyuruh kamu," jawab Salma.
Azura langsung melepaskan HandPhone-nya yang saat itu sedang dalam proses pengiriman.
Azura langsung keluar menghampiri Salma, ada Alula dan Firman juga di sana.
"Apa Ma?" tanya Azura.
"Mama minta tolong, bisa nggak?" tanya Salma.
"Apa?" tanya Azura.
"Bu Sari, dia mau bikin makanan untuk sedekah ke anak yatim. Kamu bisa nggak anterin uangnya, dia kan nggak punya ATM, jadi langsung kasih uang aja. Mama mau ikutan sedekah juga," jelas Salma.
Azura mengangguk. "Mana uangnya."
Salma langsung memberikannya. "Hati-hati ya Sayang."
"Aku pergi dulu ya, Ma."
Azura langsung pergi begitu saja membawa uangnya.
"Kapan kita nanyain ke dia?" tanya Alula.
"Kenapa Mama rasanya nggak sanggup ya Lula," ujar Salma.
"Papa juga, rasanya nggak siap."
"Mama pengen lupain aja, pengen biarin aja selama dia aman .... " ucap Salma.
"Tapi kita bakal jadi orang tua yang salah Ma, karena rasa sayang kita biarin dia ke jalan yang nggak bener," potong Firman.
Mereka bertiga sudah sama-sama yakin kalau Azura memang ada hubungan lagi dengan Cakra.
Tapi entah kenapa memang berat rasanya untuk bertanya, dan tidak siap dengan kenyataan apapun nantinya.
Lalu Salma bangkit menuju kamar Azura tanpa mengatakan kepada mereka. Sebenarnya ia menyuruh Azura pergi adalah agar ia bisa mengecek HandPhone putrinya itu, karena ia tahu benar Azura jarang membawa HandPhone jika bepergian membawa motor kalau tidak diingatkan. Biasanya ia diingatkan kalau bepergian jauh, sedangkan saat ini tidak terlalu jauh, bahkan jalan kaki saja bisa.
Saat memasuki kamar Azura, matanya langsung menangkap HandPhone yang menyala. Sudah perjanjian untuk tidak menggunakan kode apapun. Tapi Azura terlalu ceroboh.
Salma langsung mengambilnya, yang pertama kali ia lihat ada wajah Azura dan Cakra dalam foto.
Salma mulai menelusuri setiap foto dan video yang ada di sana. Ia sampai terduduk dan ber-istighfar tak berhenti saat semua video menampakkan kedekatan Cakra dan Azura. Kedekatan yang tidak biasa, dan kemesraan yang terpampang jelas di sana.
Salma melepas HandPhone Azura dan meremas bajunya, ia ingin menangis namun rasanya tidak bisa, tangannya bergetar hebat. Lalu diambilnya lagi dan dilihat lagi foto dan video itu.
Yang paling menyakiti hati Salma ia saat Cakra menciumnya, dan ia tidak marah, bahkan saat mereka saling mengecup.
Salma meremas bajunya, benar-benar ingin menangis tapi tidak bisa.
Namun air mata menetes begitu saja ketika sebuah vlog yang mereka buat. Azura sudah menghancurkan hatinya.
Salma langsung turun membawa HandPhone itu, dan tepat di depan Alula dan Firman, Salma melempar HandPhone Azura.
Kemudian ia mendekati Firman dan menggenggam tangan suaminya itu. Salma tak lagi menangis, tapi ia tidak bisa mengendalikan kemarahannya.
"Gimana caranya biar aku tenang Pa? Gimana?"
Melihat bagaimana Salma saat ini, Firman dan Alula cemas dengan apa yang telah terjadi.
"Buat aku tenang, Pa. Buat aku tenang," ucapnya dengan nafas terengah.
"Ma, kenapa?" tanya Alula mendekati.
"Adik kamu Lula, adik kamu .... Bikin Mama tenang, coba tenangin Mama," ucap Salma dengan nafas terengah.
Alula langsung mengambil HandPhone yang ia lempar barusan dan melihat apa yang sebenarnya Salma lihat.
"Mas, tenangin aku. Kalau aku nggak tenang, entah apa yang bisa terjadi sama anak kamu itu, Mas .... "
Salma akhirnya menangis. "Kalau aku nggak tenang, aku nggak tau apa yang bisa aja terjadi sama anak kamu," ulangnya.
"Azura .... " ucap Alula pelan, tidak menyangka dengan apa yang telah ia lakukan.
"Kenapa Alula?" tanya Firman.
"Aku nggak bisa tenang, aku nggak bisa tenang," ucap Salma yang sudah berdiri resah.
"Maa .... "
"Mama nggak bisa tenang, Lula. Habis adik kamu hari ini juga," geram Salma.
"Papa .... Liat ni Zura," ucap Alula sambil menangis dan memperlihatkan foto dan video itu.
Setelah melihatnya, Firman terduduk dan ber-istighfar.
"Tenang Ma," ucap Alula.
"Mama nggak bisa tenang! Liat aja apa yang bakal terjadi sama dia," jawab Salma dengan kemarahannya.
Alula mendekati Salma dan memeluknya. "Kita bicara baik-baik."
"Sebaik apa Alula? Selama ini Mama sering ingetin, dan ternyata apa?" Salma menangis. "Iya dia bilang, tapi ini? Mama pikir setelah kata iya artinya iya, lalu Mama tenang."
Alula melepas peluknya dan menghapus air mata Salam. "Iya kita bicarain baik-baik."
Alula sangat khawatir melihat bagaimana kemarahan Salma yang masih tertunda ini.
"Papa .... " ucap Alula.
"Tenangin Mama, tenangin aku Mas .... Aku takut akan terjadi suatu karena hal itu," ujar Salma sambil meluruh ke lantai. "Mama takut Lula, karena kemarahan ini Mama lupa kalau dia anak Mama."
Salma mendekati Firman dan memegang tangannya. "Buat aku tenang Mas, kalau nggak anak kamu satu itu bisa bahaya karena aku. Anak kamu satu itu bisa nggak baik-baik aja," ujar Salma dengan menangis dan bergetar.
"Aku nggak punya alasan buat nenangin kamu, aku mungkin juga bukan suami yang baik, bukan Papa yang baik untuk kalian, aku nggak tau gimana cara nenangin kamu sekarang, aku nggak tau apa yang harus aku bilang," tutur Firman sambil menghapus air matanya.
Akhirnya mereka berdua sama-sama diam, namun tangisan masing-masing dari mereka, mengisi suara pada rumah ini.
Azura telah mengecewakan mereka, dan hanya tangisan yang menggambarkan kalau mereka terluka.
Gagal rasanya menjadi orang tua, setelah melihat kelakuan Azura di belakang mereka.
"Marah aja, nggak papa," ucap Firman akhirnya.
Karena Azura memang pantas mendapatkan itu.
Lalu, mereka mulai mereda dan tenang, mereka duduk di sofa tanpa air mata lagi, hanya saling diam satu sama lain.
Tidak lama kemudian Azura masuk ke rumah dengan santai. Salma menggenggam tangan Firman dengan kuat. Alula juga menggenggam tangannya.
"Sabar Ma," ucap Alula pelan.
"Udah ya Ma, tadi aku beli coklat dulu," ucap Azura santai.
Salma menghela nafas pelan dan memejamkan matanya.
"Maafin aku kalau Azura bakal kenapa-napa," ucap Salma pada Firman.
Lalu ia berdiri dan memanggil Azura yang sudah beberapa langkah melewati mereka.
Azura langsung berbalik. "Kenapa Ma?"
"Sini," ucap Salma pelan.
Alula ikut berdiri. Azura langsung menghampirinya dan berdiri di hadapan Salma.
"Coba buka jilbabnya bentar," titah Salma.
Azura heran, mau tidak mau ia melepas hijabnya, dan menyempatkan gerakannya untuk memasukkan liontin C ke dalam bajunya.
Salma langsung memegang kalung itu dan melihat liontin itu. Jantung Azura langsung berdegup kencang.
"C, Cakra," ucap Salma dengan air matanya yang tidak tertahan lagi untuk menetes.
"Azura milik Cakra, kamu milik Cakra. Kamu bukan milik Mama Ra? Bukan milik Papa? Dia yang milikin kamu?" air mata Salma sudah meluruh seutuhnya.
Artinya semua sudah terungkap. Salma langsung menangis deras sampai terduduk di sofa lalu ia menutup wajahnya.
"Anak Mama udah dimilikin orang lain, anak Mama ngizinin dirinya jadi punya orang lain. Anak Mama .... "
"Maa .... Maafin aku, Maa .... " Azura langsung berjongkok di hadapan Salma.
Salma langsung mendorong Azura dengan kuat, hingga gadis itu terduduk ke lantai.
"Maaf terus kamu bilang, tapi kamu lakuin juga," rintih Salma. "Bangun Ra! Sini! Sini, tatap Mama!!" bentak Salma.