Prolog Epilog

Devi Wulandari
Chapter #34

Pamitan

Cakra berjalan menuju kamar Luna, Rendi yang menyuruhnya masuk karena ia sedang memaksa Luna makan. 

Cakra yang ingin melihat keadaan Luna, jadi punya keinginan untuk masuk. Jam baru menunjukkan pukul setengah 8. Rencananya mereka akan mencari Galang malam ini, kabarnya ia pindah ke Bandung. Tapi tepatnya di mana mereka juga masih mencari tahu.

Cakra berdiri di depan pintu kamar Luna, di sana ada Rendi dan Rina, sepertinya memaksa Luna makan. 

"Masuk aja Cakra, duduk disitu," suruh Rina.

Cakra masuk ke kamar Luna lalu duduk di kursi meja riasnya. 

Rina memegang piring di samping Luna, dan Rendi duduk di depannya untuk membujuk Luna. 

"Emangnya kata Azura urusan apa sih?" tanya Luna. 

"Ya Bunda nggak tau Sayang, dia 'kan punya kehidupan juga. Besok pasti dia kesini," jawab Rina.

Luna mendengus, sejak ia bangun Luna mencari Azura, dan Rina mengatakan besok baru ia datang. 

"Udah Mama telpon?" tanya Luna. 

"Udah, tapi nggak diangkat. Semua nomor juga nggak diangkat. Mungkin memang sibuk, dari tadi siang Mama nelpon Azura," ujar Rina.

Aneh menurut Luna. 

"Yaudah nanti Kakak jemput dia, tapi makan dulu. Kalau nggak, Kakak nggak mau jemput dia," iming-iming Rendi. 

Luna diam sejenak. 

"Apa Azura lagi ada masalah, nggak mungkin dia nggak megang HP dari siang," ujar Luna. 

"HP aku mana, biar aku vc, aku tau Azura .... Nggak mungkin dia nggak pegang HP dalam waktu lama kayak gini, dia pasti ada masalah," tutur Luna.

Luna begitu yakin karena hal itu, dan Cakra ikutan merasa yakin.

"Mama juga nggak tau HP kamu di mana," tutur Rina sambil mencari-cari keberadaan HP Luna. 

"Di laci rias kamu itu, tadi pagi Kakak taruh. Cakra tolong dong," pinta Rendi. 

"Kak Cakra nggak ada ngehubungin Azura?" tanya Luna. 

Cakra menggeleng. Kalau tidak Azura yang menelpon duluan, ia tidak menelpon Azura. Karena itu permintaan Azura. Apalagi mereka sudah bertemu dan menghabiskan waktu baru-baru ini.

Cakra lalu membuka laci riasnya, matanya langsung menangkap dua hal yang perlu ia ambil. Satu HandPhone Luna, satu lagi kertas yang nama Azura terlihat jelas di sana. 

Cakra mengambilnya begitu saja, karena tidak akan ada yang peduli. Lalu ia memberikan HandPhone Luna. 

Luna langsung mengotak-atik HandPhone-nya untuk menelpon Azura. 

Cakra membaca tulisan di atas kertas itu, ia kenal itu tulisan Azura. 

Azura Khairunnisa. 

Hi, Luna .... 

Surat ini Azura yang bikin, dan buat lo.

Sebelumnya gue mau minta maaf, gue nggak bisa berpamitan langsung sama lo. Gue nggak kuat dan nggak sanggup. 

Gue pergi, Luna. Gue ninggalin semuanya, apapun di sini. Ini terjadi karena kesalahan gue. Gue dapat hukuman dari Mama, gue dikirim entah kemana, dan gue nggak bohong. Barang-barang gue semua udah beres, tinggal berangkatnya aja. 

Gue nggak bisa ngasih tau kemana gue pergi, karena gue juga nggak tau kemana. Ini karena salah gue, udah diingetin untuk nggak pacaran, tapi gue tetap ngelanggar, gue tetep pacaran sama Kak Cakra. Ini sama aja kayak pengkhianatan ke orang tua gue. 

Gue nggak tau Luna, sampai kapan dan sejauh apa, tapi itu pasti. Orang tua gue nggak main-main. Kemungkinan lama karena semua udah diurus, bahkan surat pindah sekolah, yang artinya gue emang nggak di sini lagi. Gue nggak tau kapan pulang, tapi gue bakal selalu rindu sama lo. 

Gue sayang banget sama lo, jaga diri baik-baik, jangan lagi ceroboh. Love you. 

Cakra langsung bangkit, meletakkan lagi kertas itu di dalam laci, lalu pergi begitu saja. 

"Kemana Cakra?" tanya Rendi. 

"Nanti telpon aja gue kalau udah mau berangkat, gue ada urusan bentar," jawab Cakra sambil pergi. 

Rendi mengangguk. 

"Kok nggak bisa vc sih! Kok nggak online!"

"Mungkin dia nggak ada paket, Wi-Fi mati. Besok dia kesini, pagi setelah sholat subuh!" tegas Rendi. 

Luna cemberut. 

Cakra sudah buru-buru membawa mobilnya untuk pergi ke rumah Azura, ia mengemudi sekencang mungkin, berharap surat itu tidak benar atau rencananya dibatalkan. 

Setelah sampai di depan rumah Azura, Cakra langsung dapat melihat Azura yang sedang berdiri di balkon kamarnya dan juga memandang mobilnya. 

Lihat selengkapnya