Prolog

Gistia Rengganis
Chapter #15

Terima Kasih, Teman Baru

Aroma citrus memenuhi rongga pernapasanku, begitu menyengat. 

Pada buah pipi juga terasa tepukan pelan. Perlahan suara yang memanggil masuk kedalam indera, bersamaan mataku yang perlahan terbuka. Mengerjap sebentar untuk menyesuaikan cahaya yang masuk hingga bisa kulihat kakak, Sofia, dan kak Abi yang tengah menatapku dengan cemas. 

Melihat aku sudah sadar kakak langsung menubrukku dengan sebuah pelukan. Kalimat penenang dilontarkannya terus menerus, ciuman pada dahi pun berkali-kali dilayangkan olehnya. 

"Dimana?"

"UKS," jawab kakak singkat. 

Aku memohon untuk dibantu duduk, "Muncul lagi ya?" tanyaku pada kakak. 

Kakak mengelus rambutku, "Iya, gak apa-apa ya, semua udah tenang. Jangan khawatir?"

Aku melirik kearah Sofia yang sedang menangis, kurentangkan tangan agar ia masuk kedalam pelukan, "Shh, gak apa-apa kok. Udah ya?"

"Kok malah jadi nenangin, Sofia?"

"Anaknya nangis ini lho, Bang."

Kami terkekeh, aku beralih kepada kak Abi, "Kak disini juga?"

"Dia yang ngangkat kamu kesini!" jelas kakak. 

"Dih, kirain Abang."

"Telat, keburu dibawa sama Abi."

"Makasih, kak."

"Iya."

"Jadi kenapa?"

Jawaban dari pertanyaanku kak Abi yang menjelaskan sebab ia yang berada dilokasi kejadian. 

Berawal dari ia yang melihatku berjalan ditengah lapang dan Rini yang berlari dibelakangku. Ternyata Rini hendak memberitahu kalau ada seseorang dari lantai dua gedung seperti sedang menunggu, menunggu aku berada di posisi yang tepat. Dengan tangan menggenggam sebuah pot tanaman yang siap dijatuhkan kepadaku yang berjalan dibawah. 

Rini berhasil mendorongku menjauh tepat waktu, pot tanaman akhirnya hanya jatuh menabrak tanah hingga hancur tak berbentuk. Dan aku terkena serangan, kak Abi yang melihatku begitu berinisiatif membawa tubuh ini pergi dari lokasi. 

"Siapa?"

"Anne."

Benar-benar. 

Apa yang membuat ia begitu penasaran denganku hingga melakukan apapun untuk menghancurkanku. Segitu bencinya ia padaku karena telah berhasil membebaskan satu mangsanya atau ada hal lain? 

"Gak bisa dibiarin, gue udah jengah banget sama dia, kak!"

"Anne sudah ditangani oleh pihak guru, Ratih."

"Apa?! Cuma surat peringatan lagi?! Gak guna, kak!"

"Terus lo mau apa? Gue juga marah sama itu anak, tapi kita percayakan dulu aja sama para guru."

"Iya, terus dia bakal ngulangi lagi, bahkan mungkin bisa lebih parah dari ini."

"Lo takut?"

"Gak sama sekali! Cuma gue khawatir kalau dia bakal ganggu orang sekitar gue juga dan kita gak selamanya beruntung bisa selamat kayak tadi! Sofia, kita gak bisa selalu bersama. Abang atau kak Abi, kak Dadang—" napasku begitu memburu saat bicara, "—atau, ah! Gimana kalau dia nyerang Rini karena hari ini dia berhasil bantu gue?! Gimana keadaannya sekarang?"

"Sstt, lo istirahat dulu aja sekarang, dek."

Kakak mendorongku untuk kembali merebahkan diri tapi aku tahan, "Gimana keadaan dia?!"

"Ratih, dia baik-baik aja," jawab kak Abi yang berusaha membuatku tenang juga. 

"Gue pengen ketemu sama dia."

Lihat selengkapnya