Prolog

Gistia Rengganis
Chapter #4

Gila Semua

"Anak-anak kali ini Bapak datang membawa teman baru, silahkan nak perkenalkan diri," terang Pak Danu kepada murid yang ada pada kelas baruku. 

"Halo semua," serentak murid yang akan menjadi calon temanku menjawab salam, "U-uhm, nama saya Ratih Sayu. Salam kenal."

Seketika kelas riuh dengan gurauan yang diberikan kepadaku dan beberapa ajakan berkenalan dari para murid lelaki disana. 

"Sudah-sudah, sekarang Ratih kamu bisa pilih mau duduk dimana."

Aku mengangguk, lalu netraku berpendar mencari dimana aku akan duduk. Terdapat dua bangku kosong, keduanya berada disamping seorang siswi. Yang pertama berada disamping seorang siswi dengan anting-anting yang panjang juga jepitan warna-warni yang aneh. Saat aku mendekat dengan senyum yang ramah dia menawari aku duduk. Tapi entah mengapa aku terus saja berjalan. 

Hingga berada di meja paling belakang, dimana satu kursi lagi kosong. Aku duduk disana bersebelahan dengan seorang siswi dengan rambut yang dikepang dua. Dia hanya menunduk tanpa mau melihatku. Aku tak peduli juga, setidaknya dia tidak akan berisik seperti siswi yang berpenampilan aneh tadi. Saat aku mulai memperhatikan yang lain, ternyata mereka sedang menatapku dengan aneh. Aku seperi telah melakukan sebuah kesalahan fatal. Aku jadi kikuk sendiri. 

Apa ada yang salah denganku? 

"Anak-anak.." panggilan Pak Danu mengambil semua atensi, "..untuk hari ini karena baru hari pertama, artinya apa?"

"Bebas!"

"Pulang cepat ya, Pak!"

"Gak ada pelajaran!"

Pak Danu menggeleng-geleng mendengar jawaban yang diberikan, "Tidak ya, hari ini seperti biasa. Buat karangan tentang kegiatan kalian selama liburan untuk mata pelajaran pertama. Setelahnya langsung belajar seperti biasa. Yang tidak mengerjakan alfa."

•••

Bel istirahat sudah berbunyi, beberapa anak mengajakku untuk makan bersama. Karena hari ini Bunda membuatkanku bekal, setelah menolak secara halus akhirnya mereka meninggalkan aku sendiri. Oh tidak, teman semejaku masih tetap duduk ditempatnya. Kami belum melakukan percakapan sama sekali sedari tadi. 

"Uhm, hai. Namaku Ratih," aku berusaha untuk memulai lebih dulu, barangkali dia seorang yang pemalu. 

Perlahan ia menghadapkan wajahnya ke arahku. Aku bisa menatapnya dengan jelas sekarang. Sangat cantik. Cantik sekali. 

"A-aku Sofia."

"Halo Sofia, tidak keluar dengan yang lain?" tanyaku basa-basi sambil menyiapkan bekal yang akan kumakan. 

Dia hanya menggeleng. Aku tidak lagi melanjutkan pertanyaan karena responnya yang seperti itu membuatku merasa canggung. Perlahan ia meraih tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak—bekal sepertiku. 

"Sofia, membawa bekal juga?" tanyaku lagi. 

Lihat selengkapnya