"Janji seorang pria". Kata Jay. Seraya mengangkat trlapak tangan kanan nya ke atas ,sejajar dengan wajahnya.
" janji seorang wanita ". Kata tegas Sofi. Hal yang serupa pun ia lakukan seoerti yang di lakukan Jay.
Kedua remaja belia ini berdiri saling ber hadapan, menatap satu sama lain.
"Berjanji. Bahwa, Sofi dan Jay akan menjadi sahabat selamanya kini mau pun nanti. Hanya takdir kematian yang dapat memisahkan kami. Namun ikatan persahabatan yang menyatukan Sofi dan Jay di kehidupan selanjutnya.
Tepi sungai, di ujung selatan kota metropolitan. Di bawah pijakan batu-batuan krikil. Sumpah janji persahabatan terikrar bersama- sama. Dengan seisi bumi menjadi saksinya.
Walau sudah tertutup hiyasan wajah,namun wajah pucat Sofi tidak dapat di sembunyikan dalam tebalnya bedak.
Kini kulit susunya tidak sekencang dulu,mulai terlihat pori-pori kendur dari wajah ayu nya, dan garis kerutan nampak mewarnai garis bawah mata nya.
" Maap kan aku."
Merangkul erat tubuh Jay. Air kristal menetes di pipinya,dan sedikit membasahi kemeja warna yang di pakai Jay.
Merasa terkena tetesan air, Jay menepuk perlahan salah satu bahu Sofi.
Sambil berkata lembut dalam peluknya.
"Tidak apa apa. Kau pergi demi ayah mu bukan?."
"Khm...Ya."
Menahan tangis seraya menganggutkan kepalanya.