Bandara internasional . Dari pagar besi pembatas. Jae berdiri termenung menatap langsung landasan pacu pesawat terbang.
Di tengah-tengah sanah,pesawat terbang dari salah satu maskapai penerbangan ingin lepas landas.
"Sampai jumpa. Baik-baik di sana".
Harap Jae melihat pesawat yang bergerak di tengah-tengah landasan pacu.
Kedua tangan tersembunyi di antara kedua saku celana. Jae terus memandangi pesawat bercorak burung itu.
Sendu setengah mengiklaskan. Jae terlihat berat untuk melepas keoergian Sofi ke Negeri orang.
" Rumah mu adalah di sini. Jangan sampai kau lupakan rumah mu ini ".
Dengan kebisingan bandara. Jay tetap memandang syahdu pada pesawat itu.
5 menit kemudian. Akhirnya pesawat antar negara ini pun terbang mengudara.
Memejam kan sejenak kedua matanya. Jay berdesir dalam batin kecilnya.
" Hari ini, esok ,atau pun nanti. Sejauh apa pun kau pergi , kan ku nanti kau di sini".
"Sofi!". Sebut merindunya.
Kebenarannya. Memang benar pesawat yang baru saja mengudara itu adalah pesawat yang ditumpangi Sofi. Namaun itu anggapan dari Jay.
Yang sesungguhnya terjadi, pesawat yang di tumpangi Sofi,bukanlah pesawat tersebut. Melainkan pesawat yang berukuran lebih kecil,berawakan 5 orang penumpang.
Pesawat itu belum mengudara. Namun sedikit kepanikan di dalam nya .
Sofi kecil kita,terbaring tak sadarkan diri , diatas tandu pengobatan. Kedua matanya terpejam erat, dengan alat bentu pernapasan terpasang menutupi hidung dan mulutnya.
" Hiks ". Tangis ibu Sofi.
Duduk mendampingi di samping kiri Sofi. Dan kedua tangan nya menggenggam erat tangan Sofi.
" Bertahan lah sayang". Kuat nya untuk Sofi.
Mengusap dan membelai helai rambut Sofi,beserta menyentuh hangat dahi lebarnya.
"Ini ibu". Katanya memberi kekuatan.
Cup,di kecup nya telapak tangan putri kecil yang tak sadarkan diri.
" Bertahan lah untuk ibu. Kau putri ku yang sangat kuat."
"Hiks."
Tik. Tetes air sedih nya membasahi tangan Sofi. Jika dia sadar, tak akan mungkin Sofi membiarkan ibu tercinta nya menangis.
Namun kini, remaja yang baru saja lulus dari sekolah menengah ini pun, hanya dapat hanya dapat terpejam, menahan sakit yang di deritanya kini. (Kanker otak stadium 4).
Semua peralatan medis lengkap berada di dalam sana,termasuk pria dewasa yang berpakaian Dokter lengkap,duduk di samping kanan Sofi.
Disamping nya Dokter. Pria lebih muda berseragam perawat,duduk mengenakan masker,berdampingan dengan dokter.