PROMISE

Najma Gita
Chapter #9

SEMBILAN

"Raisa?" Kami saling bertatapan sejenak kemudian saling bertukar senyum. "Ngapain disini?" Pertanyaan konyol. Tetapi aku tidak dapat menemukan pertanyaan yang tepat untuk aku tanyakan. 


Raisa tertawa kecil. "Kamu kira aku ngapain? Kamu mau pergi gitu aja? Nggak mau pamitan sama aku?"


"Rumah kamu kelihatannya sepi, jadi…"


"Meskipun aku di rumah, kamu nggak bakalan datang buat pamitan, kan?"


Raisa benar. Meskipun dia di rumah aku tidak mungkin datang dan berpamitan padanya. Mbak Suci sudah memberi peringatan supaya aku tidak menemui Raisa lagi. 


"Maaf, ya…"


Dia menggeleng. "Aku tahu kalau Mbak Suci melarang kamu menemui aku. Nggak apa-apa, aku paham," dia mengulas senyum. Aku memandangnya lama. Aku ingin menyimpan dalam memori di kepalaku Raisa yang sedang tersenyum. 


Raisa memberikan paper bag kecil yang dibawanya. "Ini, buat kamu."


"Apa ini?"


"Bukan apa-apa," tangannya mengibas. "Bukanya nanti di kereta saja."


"Tapi, aku nggak ngasih kamu apa-apa," aku menggaruk kepala. Aku menyesal kenapa tidak kepikiran memberikan sesuatu untuk Raisa. 


"Apaan, sih," dia tertawa. "Kenangan yang kamu kasih waktu liburan disini sudah cukup banyak. Aku pasti bakalan terus mengingatnya."


"Sa, aku…"


"Kalau aku kangen, ada foto kamu di rumah eyang, kan? Aku tinggal datang saja dan minta sama eyang." Raisa lagi-lagi tersenyum.


"Daaahh! Baik-baik, ya?" Senyumnya semakin lebar. "Liburan nanti kesini lagi. Aku nungguin kamu."


Aku mengangguk mantap. Aku tidak akan melewatkan liburanku disini lagi. Aku pasti datang, untuk bertemu dengannya. 


"Kereta jurusan Senen akan berangkat lima menit lagi." Terdengar pengumuman dari pengeras suara. Cepat sekali, padahal aku belum puas mengobrol dengan Raisa. Apa pun yang aku lakukan jika bersamanya waktu terasa sangat cepat berlalu.


"Cepat, cepat…" Raisa mendorong punggungku. "Keretanya sudah mau berangkat. Nggak lucu kalau kamu sampai tertinggal, kan?"


Aku berbalik dan menatapnya. "Kamu juga baik-baik, ya? Kita ketemu lagi di liburan mendatang. Aku pasti datang."


Raisa mengangguk dan tersenyum. "Aku selalu nungguin kamu, Erlan. Janji?"


"Janji," jawabku mantap. "Aku pergi."


Lihat selengkapnya