Celline sudah siap untuk pergi ke sekolah. Segala peralatan sekolah yang dibutuhkan sudah disiapkannya semalam. Dengan rambut dikuncir dua dan menggunakan kacamata kesayangannya, Celline melangkahkan kaki menuju pintu. Alangkah terkejutnya Celline saat membuka pintu, ia mendapati Rivan sudah berdiri di depannya yang hendak mengetuk pintu. Namun karna pintu telah terbuka, Rivan mengurungkan niatnya.
“Rivan! Tumben pagi-pagi ke rumah gue?” tanya Celline sembari membenahi kacamatanya.
Rivan menyengir, “oh itu. Tadi gue ga sengaja lewat sini, jadi sekalian aja jemput lo. Nggak papa, kan?” tanya rivan.
“Lo yakin mau berangkat sekolah bareng gue? entar pacar lo marah lagi, capek gue liatnya,” jawab Celline sembari mengunci pintu rumahnya.
Rivan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, “ga papa kok, Lin. Lagian kan Nadira ga ada disini," Rivan berusaha membujuk Celline.
Tanpa pikir panjang, Celline hanya mengangguk dan berjalan kearah mobil Rivan. Rivan langsung membukakan pintu mobil untuk Celline. Jarang sekali Rivan sepeduli ini dengan Celline. Biasanya juga Celline pergi dengan angkot, supaya ia bisa menghemat uangnya.
“Thanks ya, Van. Lo udah jemput gue pagi ini,” ucap Celline saat mobil Rivan melaju dengan perlahan.
Rivan hanya tersenyum dan kembali fokus ke kemudinya. Jarak antara sekolah dengan rumah Celline yang tak seberapa jauh itupun akhirnya berhasil ditempuh. Rivan langsung memarkirkan mobil miliknya di tempat biasa. Setelah itu Rivan turun dari mobil dan disusul Celline. Keduanya berjalan menuju kelas dengan melalui kelas Nadira. Sebenarnya Celline meminta Rivan untuk ke kelas duluan, namun Rivan bersikeras untuk tetap bersama Celline dan mengikutinya kemanapun ia pergi.
“Rivan!” ucap seseorang yang tak lagi asing di telinga mereka.
“Nadira!” ucap Celline sembari membenahi kacamatanya.
Rivan menarik Celline agar ia berlindung di belakangnya. Rivan tahu apa yang akan Nadira lakukan terhadap Celline.
“Rivan, jadi ini alasan lo buat mutusin gue? Lo tahu kan kalo gue masih sayang banget sama lo, gue itu masih cinta sama lo, van. Lo tega banget sih sama gue,” ucap Nadira sembari menghapus air matanya.
Rivan dan Nadira putus? kok Rivan ga cerita sama gue? ucap Celline dalam hati saat ia tahu jika Rivan dan Nadira putus. Celline berusaha diam dan mendengarkan obrolan mereka berdua. Celline tidak ingin ada kesalahpahaman dengannya.
“Dir, gue udah bilang sama lo, gue udah ga bisa ngelanjutin hubungan kita. Lo egois, Dir,” jawab Rivan.
“Tapi, Van. Gue sayang banget sama lo!” Nadira memohon pada Rivan, “apa karna cewek cupu ini, lo ninggalin gue?” lanjut Nadira, lalu berusaha menampar Celline, namun Rivan berhasil menahan tangan Nadira dan melepaskannya.
“Celline itu sahabat gue dari kecil, Dir. Lo ga berhak buat nuduh dia. Dan satu lagi, lo jangan pernah sebut dia cupu, dia pake kacamata bukan berarti cupu. Tapi karna dia kutubuku, bukan kayak lo yang kutu beras," ucapan Rivan yang langsung menusuk di dada Nadira.
Selama mereka pacaran, Rivan tidak pernah semarah ini dengan Nadira. Tapi kali ini Rivan benar-benar ingin Nadira merubah sikapnya. Rivan sudah bosan melihat sikap Nadira yang begitu dan seterusnya begitu.
“Ayo, Lin. Kita pergi!” ajak Rivan sembari menarik tangan Celline.
Celline merasa bingung dengan keadaan Rivan sekarang. Celline ingin berbicara, tapi melihat kondisi Rivan yang masih terlihat emosi, Celline mengurungkan.
“Tapi, Van. Gue masih sayang sama lo!” teriak Nadira yang tak ingin di dengar oleh Rivan.