Celline yang masih fokus dengan buku yang ada di tangannya itu tidak sadar jika seseorang telah memencet bel rumahnya berkali-kali. Celline yang terlalu menikmati buku yang dibacanya sembari duduk di pinggir kolam renang rumahnya itu masih tidak menyadari akan adanya tamu di rumahnya. Tak lama dari itu, ponsel yang berada di sebelah Celline pun berdering. Tertera nama Rivan di layar ponsel Celline. Celline yang menyadari hal itu segera mengangkat panggilan dari Rivan.
“Halo, Van! ada apa?” tanya Celline.
“Gue di depan rumah lo nih, dari tadi nggak ada yang bukain pintu,” ucap Rivan yang terdengar dari ponsel Celline.
“Hah, serius? bentar, gue kesana,” jawab Celline segera mematikan ponselnya dan berlari ke pintu depan.
Celline segera membuka pintu dan mendapati Rivan masih berdiri disana. Celline menyengir saat tahu Rivan sudah lama menunggu di depan pintu.
“Sorry ya, Van. Gue keasyikan baca,” ucap celline mencoba beralasan.
“Iya, gue tau kok. Lo kan emang hobi ngebaca. Tapi gue capek dari tadi pencet bel tapi nggak ada yang bukain, makan dulu, yuk!” ajak Rivan.
“Makan? tapi gue lagi nggak nyetok makanan di kulkas,” jawab Celline.
Rivan mengeluarkan beberapa bungkus makanan dari tas dan menyodorkannya ke Celline.
“Nih, makanan Budhe Tun,” ucap Rivan.
“Hehehe, makasih ya. kalo gitu gue siapin ini dulu. Lo bisa langsung ke kolam renang kalo gitu,” titah Celline.
Rivan hanya mengangguk dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Celline. Rivan berjalan menuju kolam renang yang Celline katakan, sedangkan Celline berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makanan yang dibawa Rivan.
“Wih, seru nih kayaknya kalo berenang. Lagian udah lama juga nggak berenang di rumah Celline,” ucap Rivan saat tiba di kolam renang.
Tanpa basa-basi lagi, Rivan langsung meletakkan tas dan melepas kaosnya. Setelah itu ia mencebur ke kolam. Celline yang melihatnya merasa terkejut karena ia pikir Rivan terpeleset dan jatuh ke kolam. Namun ternyata Rivan memang sengaja ingin berenang di kolam.
“Van, lo buat gue kaget aja. Gue kira lo terpeleset tadi. Untung makanannya nggak gue lempar,” ucap Celline sedikit kesal.
“Sorry, Lin. Gue udah lama banget nih nggak berenang di rumah lo. Jadi begitu lihat kolam, rasanya pengen nyebur,” jawab Rivan.
Celline hanya bisa menggidikkan kepalanya dan meletakkan makanan itu di meja. Celline meminta Rivan untuk menyudahi berenangnya itu. Rivan yang masih menikmati air yang ada di kolam itu sebenarnya enggan untuk naik, namun Celline sudah memaksanya untuk naik, apa boleh buat. Rivan langsung naik dan pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah. Padahal awalnya Rivan tidak ada niat untuk berenang di rumah Celline. Untung saja Rivan sengaja membawa pakaian ganti, karena awalnya ia ingin menginap di rumah Celline.
Celline menunggu Rivan yang masih mengganti pakaiannya sembari membaca buku. Tak lama dari itu, Rivan datang ke tempat Celline berada. Rivan begitu heran dengan Celline yang benar-benar fokus membaca buku, sampai-sampai kedatangan Rivan tidak menggoyahkan otaknya untuk melihat ke arah Rivan.
“Lin, serius amat?” ucap Rivan yang membuat Celline sedikit terkejut.
Celline menutup bukunya, namun tidak lupa memberi pembatas pada halaman yang sedang dibacanya.
“Makan dulu aja, pasti lo laper abis berenang tadi!” ucap Celline.
Celline meletakkan beberapa piring yang berisi makanan itu di hadapan mereka berdua. Celline mulai memakan sedikit demi sedikit, sedangkan Rivan benar-benar seperti orang kelaparan. Waktu membaca Celline telah tersita oleh makanan yang dibawa Rivan. Celline menyudahi makannya karna itu sudah terlalu lama sehingga mengurangi waktu belajarnya. Rivan yang masih menikmati makanan itu tidak di gubris sama sekali oleh Celline.
Celline meraih buku yang ada di tumpukan paling bawah, selain itu ia juga menyiapkan beberapa kertas coretan. Yup, sudah pasti buku yang diambil Celline bersifat eksak. Karena memerlukan kertas untuk menghitung. Celline mulai membuka halaman perhalaman, sampai ia terhenti di halaman sembilan puluh Sembilan. Ia mendapati sebuah soal yang cukup menantang baginya. Jari Celline yang memegang pensil itu seakan siap untuk menulis diatas kertas coretan. Celline mulai mengihutung angka-angka yang terdapat dalam soal tersebut dan memasukkannya ke dalam rumus yang tepat. Bermain angka adalah hal yang disukai Celline selain membaca buku. Cukup memakan waktu beberapa menit Celline sudah bisa menyelesaikan soal yang ada di buku. Saat Celline menoleh kearah Rivan, ternyata ia sudah terlelap.
“Van, bangun!” ucap Celline sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rivan.
Namun Rivan tidak tergerak sedikitpun untuk bangun. Celline merasa kesal dan akhirnya mencelupkan tangannya ke dalam kolam lalu mencipratkan air itu ke wajah Rivan. Seketika Rivan terkejut dan terbangun dari tidurnya.