Pagi-pagi sekali Rivan sudah bangun dari tidurnya. Ia sudah siap untuk jogging pagi ini bersama Celline. Rivan berjalan menuju kamar Celline dan berniat membangunkan Celline. Namun ternyata Rivan kalah cepat, baru saja Rivan tiba di depan pintu Celline, ia sudah membuka pintu. Rivan hanya terdiam saat melihat Celline keluar dari kamarnya dengan kunciran satu dan tanpa kacamata.
“Van! kok lo diem aja sih? jadi nggak nih joggingnya?” tanya Celline.
Rivan segera sadar saat Celline memanggilnya, “cantik banget lo pagi ini,” ucap Rivan tanpa sadar.
“Apaan sih, lo. Ngigau, ya?” decak Celline lalu memasang kacamatanya.
“Kok lo pake kacamata sih, lo lebih cantik nggak pake kacamata lho, Lin,” protes Rivan.
Celline tidak menggubris ucapan Rivan. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil botol minum. Setelah itu keduanya pergi ke taman komplek yang tak jauh dari rumah Celline. Dengan berjalan kaki, beberapa menit kemudian keduanya sampai pada tempat tujuan. Keduanya melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum lari. Setelah beberapa menit melakukan pemanasan, keduanya mulai berlari santai berkeliling jalan setapak yang biasanya digunakan untuk jogging.
“Udah berapa lama kita nggak jogging, Lin?” tanya Rivan.
“Hampir setahun. Lo sih sibuk pacaran mulu sama Nadira," Celline melanjutkan larinya.
Seketika Rivan yang kembali mendengar nama Nadira berhenti berlari, karna tak sengaja melihat Nadira sedang bercengkrama dengan seseorang yang asing bagi Rivan. Awalnya Rivan tak ingin melihat keberadaan Nadira, namun Rivan kalah cepat dengan Nadira yang sudah melihatnya duluan. Rivan ingin beralih, namun Nadira sudah menghampirinya.
“Sendirian aja, Van?” tanya Nadira.
Rivan hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Nadira. Rivan sudah tidak ingin lagi membahas masa lalunya bersama Nadira. Bagi Rivan itu sudah tidak penting lagi baginya.
“Van, lo masih marah sama gue? udah deh, lagian juga gue udah berusaha move on dari lo. Oh iya, ini undangan ultah gue, lo jangan lupa datang ya, jangan lupa juga pacar barunya,” bisik Nadira sembari menyodorkan undangan tersebut.
“Makasih, Dir. gue usahain buat datang ke acara lo," jawab Rivan dengan malas.
“Ya udah, gue duluan ya,” Nadira berpamitan.
Lega hati Rivan saat Nadira sudah pergi. Rivan bergegas untuk mencari keberadaan Celline. Rivan mulai menyusuri jalan setapak itu dan berhenti di suatu kios yang tak jauh dari tempat Rivan bertemu dengan Nadira tadi.
“Gue cariin, ternyata lo nyangkut disini. Baru juga berapa menit lari, masa udah capek aja,” ujar Rivan lalu duduk di sebelah Celline.
“Siapa suruh ngajak gue jogging, lo kan tahu gue baru sehat,” Celline tidak ingin kalah dengan Rivan.
Rivan tak bisa berkutik lagi. Ia kehabisan kata-kata untuk melawan Celline, “Bang, es campurnya satu,” ucap Rivan.