Kisah Tanpa Nama

Dinda Tri Puspita Sari
Chapter #3

Tiga

Keesokan harinya, langit tampak biru semua. Hampir saja tidak ada awan yang menutupi matahari. Cahaya kuningnya matahari sampai-sampai membuatku tidak bisa membuka mata saat menatap ke atas. Siang hari ini begitu panas terasa. Udara yang berembus saja tidak terasa sejuknya sedikitpun.

Sepulang sekolah, aku langsung pulang sesuai janjiku pada Ibu kemarin malam. Ayah sendiri sudah bersiap di dalam mobil pick up untuk mengantar pesanan-pesanan kue yang amat banyak. Ibuku juga tengah sibuk membersihkan dapur yang cukup terlihat seperti kapal pecah. Maka tanpa berganti baju dahulu, aku langsung membantu Ibu di dapur dan menyelesaikan pekerjaan, yaitu mengemas kue-kue ke dalam kotak karton. Satu persatu kue kumasukkan dengan hati-hati, sebab taku ada kue yang tertinggal atau tidak bagus.

Sembari bekerja, aku melihat ke sekeliling mencari keberadaan kakakku.

"Bu, Kakak belum pulang kah?" tanyaku pada Ibu.

"Belum, ini memang belum waktunya, mungkin setengah jam lagi dia baru keluar sekolah."

Aku pun hanya mengangguk. Namun entah mengapa aku punya perasaan tidak enak. Dalam hati aku berpikir bahwa Kakak tidak akan pulang tepat waktu, tapi tidak mungkin juga dia tidak memenuhi permintaan tolong Ibu semalam.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, aku telah selesai membungkus semua kue. Namun tidak ada yang bisa mengangkat kotak-kotak kue itu ke atas mobil, sebab ayahku sudah berangkat mengantar kue dengan mobil yang pertama tadi. Sedangkan Ibu masih sibuk di dapur dan melayani toko. Ketika kulihat jam dinding, ternyata seharusnya kakaku sudah pulang, tapi tidak terlihat sedikitpun tanda bahwa dirinya sudah sampai rumah.

"Kakak kemana ya? Kalau ada Kakak, dia pasti bisa membantu mengangkut kotak-kotak kue ini," gumamku dalam hati.

Akhirnya aku sendiri yang mengangkatnya ke atas mobil. Walaupun agak sulit, sebab cukup tinggi dan kotak kuenya pun berat, tapi aku harus tetap mangangkutnya agar nanti tidak terlambat diantar. Namun syukurlah, tak lama kemudian, supir mobil datang dan langsung mebantuku. Setelah penuh dan semua kotak sudah berada di mobil, supir mulai berangkat meninggalkan toko menuju kota. Jujur saja aku cukup lelah hari ini, sebab bukan hanya ini, tapi tadi di sekolah aku harus melaksanakan piket harian terlebih dahulu yang kebetulan kelas hari ini begitu berantakan.

Akibat lelah dan panas siang ini yang begitu menyengat, ditambah lagi dengan badanku belum begitu sehat total akibat kemarin sakit, tak sadar aku pun pingsan. Tepat di depan pintu rumah aku tergeletak begitu saja. Jalanan cukup sepi kala itu, jadi tidak belum ada yang menyadari aku jatuh di depan rumah, Ibu sendiri masih disibukkan dengan beberapa pelanggan di dalam toko, yang mana jika dari toko, aku tidak begitu terlihat.

Lihat selengkapnya