Psikolog Muda

AdisCill20
Chapter #8

Seri 4. Bantu Aku Menjadi Cantik

Judul :

Bantu Aku Menjadi Cantik


Bab 1    Kelas XIF5

 

Kelas XIF5, adalah kelas anak yang memilih mata pelajaran tambahan campuran IPA dan IPS. Sebenarnya bukan Cuma kelas XIF5 yang kelas memilih mata pelajaran tambahan campuran IPA dan IPS. Kelas XIF3 dan XI4 juga. Pada kurikulum merdeka ini murid bisa memilih mata pelajaran tambahan IPA saja atau IPS saja. Atau campuran keduanya. Kalau yang sudah pasti mau ambil jurusan apa nantinya kuliah, bisa langsung memutuskan ambil mata pelajaran IPA saja atau IPS saja. Seperti Tiwi, Tiwi anaknya lumayan pintar, Tiwi ingin menjadi seorang psikolog sudah besarnya. Jadi Tiwi berdasarkan nilai dan minat perkuliahan dan masuk ke kelas XIF1. Tiwi mengambil mata pelajaran tambahan IPA. Walau fakultas psikologi bisa juga dari peminatan IPS, tapi Tiwi mengambil yang IPA. Itu sedikit perkenalan kita tentang kurikulum merdeka anak sekolah SMA Negeri sekarang.

Kembali ke kelas XIF5, seorang anak perempuan yang sangat cupu duduk sendiri di sudut ruangan ketika jam istirahat berbunyi. Bunga duduk sendiri membuka bekalnya. Teman sebangkunya sangat ramah dan baik kepada Bunga. Sebut saja Indah, Indah mengajak Bunga ke kantin tapi Bunga si cupu demikian panggilan anak–anak ke Bunga. Selalu menggelengkan kepalanya keras – keras.

Sebenarnya panggilan si cupu selalu membuat Bunga menjadi semakin minder dan merasa tidak diterima oleh teman satu kelasnya. Bunga merasa diolok–olok oleh teman sekelasnya. Padahal teman–teman sekelasnya tidak mengejek Bunga. Cuma mereka suka menggoda Bunga yang pendiam. Dan tidak pernah mau ngobrol apalagi main Bersama, misal jajan bareng atau makan bekal bareng. Bunga selalu sendiri, kalau ditanya Bunga selalu menjawab pendek–pendek dan gagap.

 

Bab 2    Halaman Depan Sekolah SMA N Nusantara Indah


Setiap pagi dan sore Tiwi selalu diantar dan dijemput Ayah. Kalau Ayah kadang – kadang bepergian karena tugas, Tiwi baru dijemput oleh Bunda. Suasana halaman sekolah selalu ramai di pagi dan di sore hari. Adek Bima jarang ikut jemput, karena adek Bima kan baru kelas empat SD, jadi adek Bima pulangnya cepat. Dan sudah dijemput duluan.

Biasanya Tiwi sering janjian dengan gank pelangi, teman–teman dekat Tiwi bahkan ada yang dari SD. Mereka janjian di malam hari. Jadi pagi pas diantar, mereka bertemu dulu dan ngobrol–ngobrol sambil berjalan ke kelas masing–masing. TIwi sendiri di kelas XIF1, Lina, Nadin dan Arum di kelas XIF2. Kelas XIF1 memiliki pelajaran tambahan khusus IPA semua. Kalau kelas ketiga teman dekatnya gank pelangi di kelas XIF2, kelas XIF2 memiliki pelajaran tambahan semuanya pelajaran IPS. Nanti pas mau ujian masuk kuliah Tiwi milihnya yang jurusan IPA, kalau ketiga teman dekatnya ujian masuk kuliah milihnya jurusan IPS.

Tiwi cukup popelar diantara anak SMA N Nusantara Indah, karena Tiwi itu anak yang ramah, pintar, cantik. Dan terutama karena Biro Psikologinya. Hampir tiap pagi Bunga sering bertemu dengan Tiwi. Jam mengantar orang tua Bunga sama dengan jam mengantar orang tua Tiwi. Makanya Bunga sering bertemu dengan Tiwi. Bunga melihat Tiwi hampir tiap pagi tertawa gembira bermain bersama teman–temannya. Berjalan menuju kelas masing–masing. Setelah melihat itu Bunga biasanya kembali menundukkan wajah dan berjalan ke kelasnya, sendiri.

Ternyata kejadian yang mereka alami tiap pagi itu diperhatikan oleh orang tua Bunga.

 

Bab 3     Rumah Bunga

 

Rumah Bunga malam hari. Di kamar Ayah dan Ibu Bunga sedang mengobrol.

“Ibu, terkadangkan Ibu ada juga mengantikan Ayah mengantar Bunga ke sekolah. Apa Ibu memperhatikan sekelompok anak muda yang selalu diperhatikan Bunga di pagi hari ? Biasanya Bunga akan berhenti sejenak khusus untuk memperhatikan sekelompok anak itu. Kalau anak–anak lain tidak ada yang membuat Bunga menoleh dan berhenti untuk melihat meraka. Siapa ya sekelompok anak itu. Tapi anak–anak itu sekelompok anak muda yang benar–benar anak remaja tanpa beban. Mudah tersenyum dan tertawa serta ramah kepada teman–temannya yang lain. Coba deh besok pagi Ibu perhatikan. Ayah besok keluar kota satu minggu. Urusan perusahaan yang diminta direktur itu.”

“Baiklah. Besok akan Ibu perhatikan. Memang kenapa Yah ?”

“Ibukan tahu, Ayah memang bukan Ayah kandung Bunga. Tapi Ayah menyanyanginya layaknya anak kandung. Tapi Bunga seperti belum bisa menerima Ayah, walau Bunga juga tidak menolak Ayah. Ayah suka memperhatikannya setiap mengantarnya sekolah. Mulai dari SMP kelas 3 semenjak kita menikah. Tidak ada satu pun yang mampu membuat Bunga tertarik dengan teman – temannya. Beda dengan sekelompok anak yang Ayah bilang tadi. Semenjak kita pindah rumah dan Bunga sekolah di SMA N Nusantara Indah ini Bunga memperlihatkan ke tertarikannya kepada sekelompok anak–anak itu. Mudah–mudahan itu pertanda baik, agar Bunga bisa bergaul.”

Diakhir kalimatnya yang sengaja diucapkan perlahan, Ayah melihat ke Ibu. Takut salah omong. Karena Ayah sadar kalau Ayah bukanlah Ayah kandung Bunga.

Ibu berdiri dari meja hias, menghentikan aktifitasnya membersihkan wajah. Dan duduk di samping Ayah di tenpat tidur. Seakan tahu maksud Ayah yang bicara perlahan tadi, Ibu bicara.

“Ayah, Bunga itu anak Ayah juga. Terima kasih Ayah sudah sangat perhatian sama Bunga. Terima kasih ya Yah….”

 

Bab 4    Halaman Sekolah SMA N Nusantara Indah

 

Pagi hari seperti biasa di halaman sekolah SMA N Nusantara Indah, Tiwi turun mobil setelah berpamitan dengan Ayah, tidak lama Lina turun dari motor diantar Bapaknya, kemudian Nadin turun diantar mobil oleh Papanya, terakhir Arum turun dari mobil diantar Papinya. Seperti biasa, mereka saling menunggu di halaman sekolah. Di halaman setelah Nadin diantar Papanya. Bunga turun dari mobil diantar oleh Ibu. Setelah pamit dengan Ibu, Bunga seperti biasa melihat ke rombongan Tiwi yang sedang menunggu Arum. Bunga akan memperhatikan sampai Arum datang dan mereka berjalan ke kelas masing–masing. Setelah mereka berempat berjalan, baru Bunga berjalan ke kelas dengan menundukkan kepala seperti biasa. Semua itu diperhatikan oleh Ibu Bunga.


Bab 5. Bandar Udara Husein Sastranegara


Ibu Bunga tidak masuk ke Bandara, Ibu Bunga hanya menunggu Ayah Bunga tidak jauh dari Bandara, di tempat penjemputan. Setelah Ayah Bunga melihat mobil mereka. Ayah Bunga menghampiri mobil, Ibu turun dari mobil mencium tangan suaminya dan Ayah Bunga mencium pipi isterinya. Mereka masuk ke dalam mobil.

“Sudah lama, Bu ?”

“Belum lama Yah.”

Ayah menyetir mobil meninggalkan Bandara.

“Apa Ayah mau kita berhenti cari makan dulu ?”

“Tidak usah, Bu. Ayah kangen masakan Ibu.”

Ibu tersenyum senang.

“Ah, Ayah bisa saja...”

Ayah tersenyum menatap isterinya, sementara Ibu Bunga senang sekali. Tidak lama setelah itu Ayah memulai percakapan lagi.

“Kabar Bunga bagaimana?” Sudah Ibu perhatikan sekelompok anak muda di sekolahnya yang membuat Bunga tertarik ?”

“Iya, Yah. Ayah benar, Ibu sudah memperhatikannya. Kalau saja Bunga bisa berteman dengan anak–anak itu mungkin cerianya bisa seperti remaja lainnya. Apa kita bawa saja ke psikolog ya yah? agar Bunga bisa semperti anak–anak lain tidak minderan, ceria?”

Ayah diam sebentar sambil mengemudi mobil. Lalu kata Ayah.

“Boleh juga, coba Ibu bicarakan dulu dengan Bunga. Bicarakan dulu baik–baik, nanti Bunga tidak mau."

Ibu mengangguk.

“Baik Ayah....”


Bab 6    Kamar Bunga


Bunga di kamarnya asik bermain handphone. Bunga sedang menyanyi mengikuti alunan suara di handphonenya. Gadis SMA kelas XI itu membenarkan kacamata tebalnya. Rambutnya yang biasa dikucir dua itu dibenarkannya juga. Ibu Bunga masuk ke kamar Bunga dengan terlebih dahulu mengetuk pintu Bunga.

Bunga yang asik bernyanyi, tidak mendengarkan suara ketukan di pintu kamarnya. Ibu masuk dan memegang pundak Bunga. Bunga terloncat terkejut. Lalu menoleh ke belakang.

“Maaf, Ibu mengejutkan ya. Padahal Ibu sudah ketuk pintu.”

Kata Ibu lembut.

“I..Ibu... Mengagetkan saja.”

Ibu mengatupkan kedua tangannya, minta maaf.

“Lagi ngapain Nak?”

“Lagi dengerin musik, Bu.”

“Lagu apa ?”

“Lagu barat Bu, Taylor Swift.”

Ibu tersenyum.

“Ada yang ingin Ibu bicarakan dengan Bunga.

“Iya Bu, ada apa ?”

Ibu lalu bercerita tentang seorang psikolog itu apa, dimana bisa ditemui, dan kenapa Ibu membahas tentang psikolog ini. Kemudian pelan-pelan Ibu berkata.

Lihat selengkapnya