Judul :
Ekskul (Ekstra Kulikuler)
Bab 1. Bowo
Di hari terakhir MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah), setelah guru BK menerangkan mengenai cita – cita, Ketua OSIS masuk menerangkan bahwa di SMA mereka ada banyak ekstra kulikuler yang bisa diikuti siswa dan siswi. Bowo murid kelas satu sangat tertarik dengan ekstra kulikuler. Dia murid yang aktif di ekstra kulikuler selama SMP.
Setelah ketua OSIS memberitahu tentang macam–macam ekskul, semenjak itu semangat Bowo untuk mengikutinya luar biasa besar. Tapi yang baru diikutinya baru pramuka karena itu wajib untuk anak kelas X. Bowo sibuk belajar dan sibuk berkhayal. Ikut ekskul ini, ikut ekskul itu. Tapi belum ada yang dimasukinya.
Bowo cukup dekat dengan ayahnya, ibu Bowo sudah tiada. Tapi ayahnya memutuskan untuk tidak menikah lagi. Bowo selalu bercerita ke Ayahnya tentang ekskul ini, ekskul itu yang dikatakan ketua OSIS waktu MPLS itu. Sedang MPLS sudah lama berlalu. Ayah selalu mendengarkan cerita Bowo dengan sabar. Suatu hari Ayah berkata kepada Bowo, jangan cuma cerita. Mulailah masuki salah satu ekskul itu. Kata Ayah kalau cuma cerita nanati keburu mid semster dan semesteran terus naik kelas. Di kelas XI bisanya cuma aktif ekskul. Kelas XII murid – murid biasanya tidak ikut ekskul lagi harus mulai mempersiapkan ujian kelulusan.
Bowo mengatakan kepada Ayahnya kalau Bowo bingung memilih ekskul yang akan dijalaninya. Ayah pun mengatakan kalau ayah sendiri juga bingung, karena Ayah kan bukan anak sma tersebut. Suatu sore mereka sedang berbincang – bincang mengenai ekslkul di di dekat kolam koi yang ada di rumah mereka.
“Kata ketua OSIS waktu itu yah, ekskulnya banyak dan bagus–bagus. Ketua OSIS menyebutkan macam–macam ekskul. Dan kalau mau ikut boleh langsung mendaftar ke kakak–kakak yang jadi ketua organisasi itu.”
Ayah tersenyum, tidak ingin mematahkan Bowo karena certia Bowo itu sudah basi. Itu–itu saja yang dicertiakannya tidak ada kemajuan. Lalu Ayah berkata.
“Coba Bowo cari kakak senior yang paham mengenai ekskul–ekskul yang banyak itu atau temui ketua OSISnya minta penjelasan mengenai kegiatan ekskul tersebut.“
“Malu, Ayah. Lagian kakaknya sibuk pasti.”
“Ya udah, temui saja masing–masing ketua ekskul yang ada di sekolah. Tanya–tanya gitu.”
“Itu juga nggak enak Ayah. Masak cuma tanya–tanya doang nggak masuk.”
Ayah menarik nafas pelan supaya Bowo tidak tahu kalau dia menarik nafas karena Bowo cerita hal yang sama terus menerus tidak ada kejuan dan solusi.
“Ya, udah tanya kakak senior lain, di sekolah kan banyak. Masak tidak ada yang bisa ditanyain sih?”
“Iya sih, Yah. Tapi siapa?”
Bowo dan Ayah sama–sama diam sejenak. Nanti deh, Bowo cari tahu. Terima kasih sarannya Ayah. Bowo mau buat minum dulu. Ayah kopikan?”
Ayah menggangguk dan berkata.
“Iya....”
Bab 2. Sekolah Bowo
Di sekolah Bowo mulai mencari–cari kira–kira kakak siapa yang bisa dimintai penjelasan mengenai dkskul. Kelas Bowo selalu melewati ruang BK. Di BK pasti bisa bertanya, tapi Bowo malu untuk ke ruang BK konsul. Kalau ada yang tahu bisa kacau. Nanti murid–murid lain pikir Bowo siswa yang bermasalah maka ada di ruang BK. Diruang BK Bowo juga melihat praktek Tiwi. Ada tulisannya di kaca ruang BK, juga nomor handphonenya. Tapi Bowo tidak pernah terpikir untuk konsul dengan Tiwi apalagi konsulnya di ruang BK. Nggak bakalanlah. Beda dengan pagi ini, beberapa murid menceritakan Tiwi dan biro konsultasinya.
“Kamu tahu kak Tiwi nggak?”
“Kak Tiwi mana?”
“Itu, yang buka biro konsultasi untuk bantu masalah kita–kita. Katanya sih, bisa bantu macam–macam. Konsulnya nggak harus di ruang BK.
“O, kak Tiwi yang pernah kasi selebarang ke kita itu ya?”
“Nah, benar yang itu....”
“Memang kenapa?”
“Aku cuma mau bilang dia hebat saja. Masih keccil seperti kita jugakan? Tapi serius ingin menggapai cita – citanya....”
“Iya sih, pintar banget namanya itu.”
Salah satu murid merubah topik pembicaraannya, mereka bertiga itu sedang menggosip.
Bowo yang duduk dekat murid–murid tadi bisa mendengarkan pembicaraan mereka dengan jelas. Bowo bergumam dalam hati. O, iya baru ingat. Kan bisa konsul dengan kak Tiwi dimana saja kalau lagi ada masalah. Di sekolah bisa, di rumah juga bisa. Coba aku ingat–ingat dulu selebaran dulu itu aku letakkan dimana ya? Selebaran tentang biro konsultasi Kak Tiwi itu. Bowo sambil duduk mulai mengingat – ngingat, mau tanya dengan murid bertiga yang adalah teman kelasnya Bowo merasa malu. Setelah sekian lama mengingat–ingat, Bowo baru ingat kan di ruang BK ada nomor Kak Tiwi. Ah, iya. Bodoh sekali aku, kata Bowo dalam hati. Lalu Bowo mulai memperhatikan ke depan kelas karena guru sudah mulai maasuk.
Bab 3. Kamar Tiwi