Psikolog Muda

AdisCill20
Chapter #31

Seri 27. Anak Petani

JUDUL :

ANAK PETANI



Bab 1. Kosan Argo

 

 Jawa Barat adalah salah satu Provinsi penghasil beras, di Kabupaten–Kabupatennya banyak yang bekerja sebagai petani. Pertanian itu luas skopnya, ada pertanian padi, palawija dan lain sebagainya.

 Argo setelah menulis, langsung mengoyak tulisannya. Dikusal–kusalkannya rambutnya. Kepalanya pusing.  Nggak berhasil, Wi. Katanya dalam hati. Sudahla, lebih baik aku tidur. Kalau bisa katanya lagi dalam hati.

 Argo berbaring di kamarnya yang berukuran 3x4 m. Pandangannya menerawang. Argo ingat kepada Ayah dan Ibunya di kampung dan teman–teman masa kecilnya di kampung. Di kampungnya ekonomi keluarga–keluarga disana hampir sama. Dan orang tua mereka rata–rata petani. Anak–anak biasa bermain di sawah, main bola dan itu menyenangkan. Semua berubah ketika Ayah meminta Argo untuk menuntut ilmu di Bandung agar gampang nanti kalau mau kuliah. Ayahnya berkata begitu. Teman sebaya Argo rata–rata cuma tamat SMA. Ayah Argo walau seorang petani mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Argo anak kedua dari tiga bersaudara. Satu–satunya cowok. Ayah ingin Argo bisa merubah nasib keluarga mereka kelak. Dari petani yang biasa-biasa saja hidupnya bisa menjadi lebih baik. Lebih berada. Walau mereka tidak miskin tapi mereka juga tidak berlebih, kehidupan mereka pas–pasan.

 Walau Argo keberatan awalnya, Argo ingin seperti teman-temannya, hanya bercita–cita tamat SMA, lalu bekerja membantu orang tua mereka di sawah. Argo keberatan, karena pasti mahal, untuk kost saja sudah berapa. Belum lagi untuk makan, dan keperluan sekolah lainnya. Misal buku, atau yang lain yang Argo belum tahu waktu itu.

 Tapi Ayah dengan pandangan yang maju tidak bersedia Argo hidup seperti itu, dan meminta Argo agar mengikuti kemauannya sekolah di Kota Bandung. Akhirnya Argo bersedia, di Kota Bandunglah Argo sekarang.

 Itulah yang membuat Argo pusing berat sekarang. Entah mengapa sejak di Bandung Argo merasa dirinya berubah, tiba-tiba Argo malu dengan dirinya sendiri. Anak pintar itu mulai merasa minder dengan keadaan dirinya. Argo merasa malu memiliki Ayah yang hanya seorang petani, tidak ada kebanggan dalam dirinya dengan pekerjaan sang Ayah. Argo terus membanding–bandingkan pekerjaan Ayahnya dengan pekerjaan Ayah teman–temannya yang dianggapnya keren. Misal pengusaha, pebisnis, PNS, dan lain–lain. Sebelum kesadarannya hilang dan mindernya menjadi tidak terkendali Argo telah menemui Tiwi sang psikolog muda untuk minta bantuannya. Tapi sudah beberapa tips belum berhasil juga membuat Argo bangga dengan pekerjaan Ayahnya yang seorang petani.

 Argo ingat waktu konsul pertama dengan Tiwi di kelas Tiwi. Tiwi mengatakan mengapa harus minder? Pekerjaan itu terhormat. Dan berpahala. Coba bayangkan kalau tidak ada petani. Pasti rakyat Indonesia akan kelaparan. Mereka akan membeli beras dengan harga mahal. Karena beras harus import. Ayah Argo kebetulan petani padi.

 Argo membalikan badannya, mencoba memejamkan mata. Belum juga bisa tidur, Argo memutar badannya ke kiri dan ke kanan. Menjelang azan subuh, Argo baru tertidur.


Bab 2. Kelas Argo

 

 Kelas XIF3 adalah kelas Argo. Argo di kelas dikenal sebagai anak yang pediam, awal kelas satu Argo tidak sependiam sesudah kelas XI. Argo tidak mempunyai teman. Argo selalu menolak teman yang ingin berteman dengannya. Dulu Argo anak yang pintar. Menjelang kelas XI, Argo menjadi minder atas hidupnya. Argo merasa lebih rendah dari teman–teman satu sekolahannya. Argo merasa kalau pekerjaan Ayahnya yang seorang petani itu sungguh membuat Argo malu.

 Suasana kelas Argo yang sedang serius belajar, mendengarkan guru menerangkan pelajaran bahasa inggris. Argo yang kelas X, masih sering diskusi dan bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Sekarang Argo di kelas XI sudah jarang aktif dalam pelajaran sekolah. Walau pun kelas sedang belajar tapi Argo tidak fokus belajar.


Bab 3. Kelas Tiwi

 

 Tiwi sedang bercerita dengan teman sebangkunya, sekali–sekali terlihat mereka tertawa lepas. Waktu itu masih menunggu guru pergantian kelas masuk. Tidak lama guru pelajaran fisika masuk ke dalam kelas. Murid–murid seketika hening. Dan Pak Guru mulai menerangkan pelajaran. Lalu setelah selesai menerangkan Pak Guru memberikan tanya jawab. Kemudian memberi tugas yang harus dikerjakan saat itu dan dikumpulkan ketika pelajaran selesai.

 Setelah pelajaran fisika selesai, ketua kelas mengumpulkan buku tugas murid–murid. Dan bel istirahat berbunyi. Tiwi dan Ria akan ke kantin. Ketika sampai pintu, Tiwi melihat Argo berjalan menemuinya. Tiwi langsung berbicara dengan Ria.

“Aku nitip minuman yang biasa ya, Ria. Aku nggak jadi ikut ke kantin.”

Tiwi menyerahkan selembar uang 20.000 ke Ria.

“Oke, aku mengerti. Pergi dulu ya.”

Lalu Ria membaur dengan murid kelasnya yang lain yang akan menuju kantin.

Tiwi bicara ke Argo. “Hai, duduk yuk.”

Lihat selengkapnya