Psikolog Muda

AdisCill20
Chapter #41

Seri.37 Playboy

JUDUL :

PLAYBOY



Bab 1. Jaka

 

Jaka murid kelas XI, dia berpacaran dengan Wati. Jaka adalah seorang murid laki-laki yang doyan gonta-ganti pacar. Jaka ganti pacar seperti ganti pakaian saja, begitu kata teman-temannya. Tapi Jaka tidak memperdulikan omongan itu. Hatinya senang malah bisa ganti-ganti pacar, karena temannya belum tentu bisa, pikir Jaka. Dan entah mengapa menurut Jaka sendiri, teman-teman cewek banyak yang mau dengan dia. Mereka terbuai dengan rayuan Jaka. Dan memang sih, Jaka itu sebenarnya ganteng dan tajir. Jaka tidak pernah berpacaran lama-lama dengan pacar-pacarnya, paling lama tiga bulan. Lalu dia akan mencari pacar baru.

Suatu hari di kelas Jaka ada murid baru, perempuan. Namanya Juwita. Dia cantik, pintar dan menurut Jaka sangat menarik. Jaka senang sekali melihat Juwita. Dari pertama lihat, hati Jaka sudah berdebar-debar dan Jaka yakin sekali kalau dia sudah jatuh cinta dengan Juwita. Langkah pertama yang dilakukannya adalah mendekati Juwita dan memutuskan Wati.

Awal mulanya Juwita senang-senang saja didekati Jaka, digombalin Jaka. Dia sepertinya tertarik ke Jaka. Dan Jaka senang mengetahui hal itu. Lalu Jaka menemui Wati dan memutuskan Wati ketika pulang sekolah. Jaka bicara. “ Wati, kita putus ya. Kita udah nggak cocok lagi. Maaf ya.” Setelah bicara, Jaka naik ke motornya dan meninggalkan Wati sendirian yang ingin ikut naik motor bersamanya. Dan Wati tidak bisa bicara apa-apa lagi, karena Jaka sudah pergi meninggalkannya. Untuk pulang ke rumahnya sendiri saja Wati bingung harus naik apa. Karena dia tidak bawa kendaraan. Tapi kemudian Wati teringat untuk menelpon adeknya agar menjemputnya di sekolah. Wati menunggu adeknya di halaman sekolah. Satu demi satu kendaraan keluar sekolah. Wati menunggu ditemanin Pak Satpam sampai adeknya datang. Wati tidak mengerti kenapa Jaka memutuskan dia. Padahal seingat Wati, mereka sudah pacaran hampir tiga bulan. Itu waktu yang lama kata teman sekelas Jaka ketika mereka cerita-cerita sambil jajan di kantin waktu itu. Walau Wati sudah tahu, Jaka itu pacaan biasanya kurang dari tiga bulan. Selebih itu dia akan memutuskan pacarnya dan ganti lagi dengan yang lain. Karena itu diam-diam Wati menghitung tiap sebentar sudah berapa lama mereka pacaran. Dan berharap Jaka menjadi pacar selamanya, sampai menikah. Impian Wati kandas dan hatinya hancur karena tiba-tiba Jaka memutuskan dia.

Pendekatan Jaka ke Juwita hampir menuaikan hasil, sampai suatu ketika Wati nangis-nangis ke kelasnya menemui Jaka dan bertanya mengapa dia diputuskan dan minta balikan lagi. Jaka sungguh tidak senang dengan apa yang dilakukan Wati. Karena Juwita juga ada di kelas itu dan melihat juga mendengar apa yang dikatakan Wati. Jaka benar-benar susah menghadapi Wati. Dia perempuan yang keras kepala. Juwita yang melihat itu bertanya denga teman sebangkunya. Karena beberapa murid banyak yang mulai tertawa dan ada juga yang prihatin melihat Wati ngemis-ngemis minta balikan lagi. Minta hubungan berpacaran mereka bisa bersama lagi.

Ani teman sebangku Juwita menjelskan apa yang terjadi dan akhirnya bercerita tentang peragai Jaka ke Juwita. Juwita kaget, tapi dia percaya dengan perkataan Ani. Semenjak itu Juwit memberi jarak dengan Jaka. Jaka agak susah menggoda Juwita, apalagi merayunya. Juwita berubah. Sementara itu Wati terus datang ke kelas Jaka untuk minta balikan ke Jaka.

     Suatu hari Jaka sedang menggoda Juwita dan duduk disamping Juwita. Jaka mengambil satu kursi dan duduk disamping Juwita. Dia mengajak Juwita ngobroL. Tapi tiba-tiba Wati masuk dan melabrak Juwita.

“O, jadi kamu, penyebab Jaka putusin aku...!” ujar Wati.

Juwita kaget, demikian juga dengan Jaka. Jaka langsung berdiri dan menapar Wati. “Cukup ulah kamu yang tidak tahu malu itu ngejar-gejar aku terus. Sana ke kelasmu dan jangan ganggu aku lagi.!”

Wati kaget sekali karena ditampar Jaka, dia menangis dan meninggalkan kelas Jaka. Juwita yang melihat itu jadi tambah kesal ke Jaka. “Sudah, jangan dekat-dekat aku lagi. Aku udah tahu semua kalau kamu itu playboy. Hidung belang. Suka nyakitin cewek. Aku nggak suka dengan kamu. Minggir, aku mau keluar.” Juwita mendorong Jaka, karena Jaka menghalangi jalannya. Juwita berjalan menuju kantin.

 Jaka mengikutinya. “Juwita teriak sampai beberapa murid melihat dan khawatir ada apa-apa. “Pergi!!!” Teriak Juwita. “Kalau kamu menganggu aku terus, aku akan teriak dan memukulmu.” Ancam Juwita. Juwita meninggalkan Jaka yang terdiam. Baru kali ini Jaka diperlakukan dengan kasar oleh anak perempuan.

  Beberapa hari setelah kejadian itu, Juwita terlihat sering berduaan dengan Toni anak kelas XII, Jaka cari tahu ternyata Juwita pacaran dengan Toni. Jaka sangat sedih, hatinya hancur. Dia merasa patah hati. Tiba-tiba kepercayaan dirinya hilang. Ini kali pertama Jaka ditolak cewek. Tiba-tiba Jaka jadi merasa harga dirinya hilang, kepercayaan dirinya hilang. Reputasi yang dibangunnya dengan gont-ganti cewek hilang seketika. Jaka merasa dilecehkan, diremehkan. Dan merasa sebagai pecundang. Karena cewek yang benar-benar dirasa Jaka membuatnya jatuh cinta itu menolaknya dan pacaran dengan orang lain. Jaka hancur sekali. Sebelum kepercayaan dirinya benar-benar hilang, Jaka menemui Tiwi minta bantuannya. Dia merasa butuh teman curhat.

  Jaka menemui Tiwi di kelasnya ketika istirahat pertama. Tapi tidak menemui Tiwi, Tiwi sudah keluar kelas. Temannya juga tidak tahu Tiwi kemana, kadang Tiwi jajan, kadang keruang BK kata seorang teman. Kata teman sekelas Tiwi lagi. Biasanya kalau mencari Tiwi itu, banyak klien Tiwi sudah datang menjelang jam istirahat, begitu bel bunyi, bisa langsung masuk kelas jadi bisa bertemu Tiwi. Jaka heran juga kenapa teman sekelas Tiwi baik sekali. Ternyata masih banyak orang baik, ujar hati Jaka.

    Sebelum istirahat kedua, Jaka sudah berdiri di depan kelas Tiwi. Begitu guru yang mengajar keluar, Jaka langsung masuk ke kelas Tiwi dan berhasil bicara dengan Tiwi.

“Hai, Wi. Bisa bicara sebentar?”

Tiwi menoleh ke sumber suara, dia sedang memebereskan buku-bukunya. “Bisa,” ujar Tiwi.

“Aku Jaka. Kamu kenal aku nggak?”

Tiwi menoleh ke Jaka dan Ria. Mereka sudah janjian akan ke kantin bareng. Ria bicara. “Aku duluan, ya.”

Tiwi mengangguk dan tersenyum. Lalu menatap lagi ke Jaka.

Lihat selengkapnya