If you never did you should,
these things are fun,
and fun is good.
–Dr. Seuss
“Hey, wake up!” Suara yang tidak aku kenal menyelusup masuk mengganggu tidurku. “Hey, are you okay? Please wake up!” Suara itu semakin terdengar panik.
“Ya?” Refleks aku menjawab sambil membuka mata dan seketika kegelapan menyerbu. Aku sempat bingung kenapa aku terbangun di kabin pesawat yang sepi dan gelap sebelum aku ingat kalau aku sedang dalam penerbangan menuju Amsterdam.
“Hey, are you okay?” Cewek yang duduk di sebelahku itu kembali bertanya.
“I’m fine.” Aku menganggukkan kepalaku. “What’s up?” Aku bingung kenapa gadis ini membangunkanku.
Cewek itu mengangkat bahunya dan menyodorkan sebungkus tisu basah kepadaku. “Here, you look like a mess.”
“Thank you.” Aku mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajahku yang basah oleh keringat.
Cewek itu tersenyum kecil sambil menyimpan sisa tisunya. “Are you sure you are fine? You are shaking!” Dia kembali bertanya penuh perhatian.
“I think I should go to the restroom.” Aku bangun dari dudukku.
“Oh, sure.” Dia merapatkan kakinya untuk memudahkanku melaluinya dan aku bergegas menuju toilet pesawat.
“Thank you.” Aku tersenyum sebelum aku berjalan, setengah berlari tepatnya, menuju toilet yang terletak di bagian belakang pesawat.
Aku langsung memenuhi wastafel dengan air dan menumpukan kedua tanganku di pinggirannya. Kulihat cermin. Gadis itu benar, aku gemetaran. Aku berusaha menarik napas panjang berkali-kali sambil berharap badanku berhenti gemetaran.
Kurendam tanganku hingga kulitnya berkerut dan kedinginan baru aku melepaskan penyumbat wastafel dan kembali menyalakan air untuk membasuh wajahku, berkali-kali. Aku harus menghilangkan bayangan mimpi buruk yang masih menghantuiku itu.