PSYCHIC FREELANCER

E.K. Fitriyanto
Chapter #2

Konsep kerasukan

Hal-hal berbau mistis bukanlah hal asing bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut sudah melekat dalam berbagaj aspek kehidupan termasuk dalam tindak kriminal.

Sudah sering kita dengar orang-orang yang melakukan pencurian sepeda motor ataupun kejahatan lainnya yang ketahuan oleh masyarakat tidak mempan dipukul dan dibacok atau biasa disebut kebal. 

Selain ilmu kebal ilmu yang sering kita dengar biasa dimiliki pelaku tindak kriminal adalah kemampuan menghilang sehingga tidak mampu dilacak oleh pihak kepolisian. 

Konon katanya orang yang sedang dikejar oleh pak Erwin kali ini memiliki salah satu ilmu yang cukup merepotkan sehingga ia selalu lolos dari kejaran pihak kepolisian. 

"Kenapa aku harus ikut sih!" protesku kesal karena setelah sekian lama aku dilibatkan dalam proses pelacakan tempat yang memungkinkan jadi tempat persembunyian Cecep di spesialis pencurian sepeda motor diriku masih harus dilibatkan dalam proses penggerebekan yang melelahkan

"Tunggulah sebentar lagi! Lagipula kau kan yang membuat hipotesis bahwa kesinilah Cecep akan pergi" jawab Erwin sambil terus berjalan menembus semak-semak dengan tubuh tinggi besarnya. 

Kondisi medan saat itu cukup licin karena sejak sore hingga malam kemarin diguyur hujan sangat lebat. Untung saja menjelang dinihari ini kondisi sudah berubah 180° dimana langit cerah dihiasi bulan yang bersinar terang sehingga kami tak memerlukan penerangan tambahan yang bisa menambah resiko kegagalan penggerebekan ini. 

Jam sudah menunjukan pukul 01.30 dinihari yang artinya sudah sekitar 15 menit kami berjalan menembus hutan sebelum tiba disebuah tempat yang cukup lapang dimana ada rumah yang dicurigai menjadi tempat persembunyian Cecep. 

Tak lama setelah tiba ditempat itu Erwin langsung memberi komando pada tiga anak buahnya untuk berpencar dan mengepung rumah itu sementara aku memutuskan berhenti dan melihat mereka dari kejauhan. 

Empat orang anggota kepolisian itu langsung melakukan penggerebekan yang mana mereka secara serentak menerobos masuk kedalam rumah itu. 

Kejadian itu memang cukup seru untuk ditonton tetapi perhatianku teralihkan ke pepohonan bambu yang kira-kira jaraknya 10-25 meter dari rumah itu. 

Kenapa hanya pepohonan itu yang bergerak? 

Karena penasaran akupun memutuskan untuk memeriksa apa yang ada ditempat itu meski tak lama setelah berjalan aku menyesali keputusan itu

Sial! Ternyata jaraknya jauh juga!

Setelah berjalan dengan cukup kepayahan sampailah aku ditempat itu. Disana kudapati sebuah makan yang jika dilihat dari kondisinya mungkin sudah berusia puluhan mungkin ratusan tahun. 

Setelah diperhatikan tak ada hal aneh ditempat itu selain hawanya yang cukup hangat berbeda sangat jauh dengan tempat sebelumnya yang terasa sangat dingin terlebih saat itu aku tak mengenakan jaket. 

Kelembapan tempat itu juga sangat terasa yang bisa saja membuat asumsi tempat itu angker tetapi aku mencoba rasional dengan menganggap semua itu karena aku yang baru saja sedikit berlari ketika menuju ke tempat itu.

 Lalu... 

Trraangg!!! 

Suara benturan besi yang sepertinya sebuah sekop telak mengenai kepalaku yang kontan membuatku tersungkur. Telingaku berdengung kencang dan kepalaku pusing membuatku hampir pingsan tapi dengan sekuat tenaga aku menjaga kesadaranku dan mencoba berdiri. 

Belum sempat aku berdiri orang itu dengan cepat langsung mencekikku dengan gagang sekop dari arah belakang. Beruntung sebelum ia mencekikku lebih erak tanganku sempat merogoh kantong celana dan mengambil alat penyetrum yang sudah kusetel di tegangan tertingginya

Dreeedd!! 

"Akkkkhhhh!!"

Berkat setruman yang kuberikan pada pinggangnya orang itu melonggarkan cekikannya yang tak kusia-siakan untuk melepaskan diri. 

Dengan nafas yang tersenggal-senggal akhirnya aku bisa berbalik dan melihat orang itu. Pria kurus berambut panjang dengan brewok lebat ditambah bola mata besar melotot bagai mau keluar dari kepalanya menatapku

"Arrggghh! Sialan kau!" teriaknya sebari memegang bagian tubuh yang kusetrum tadi

"Jadi kau yang bernama Cecep!" ucapku mencoba setenang mungkin meski kenyataan tubuhku cukup kepayahan setelah dipukul dan dicekiknya

"Brengsek!!" teriaknya sebari menerjangku dengan sekop secara membabi-buta

Traangg! 

Meski sudah mencoba menghindar salah satu pukulannya kembali mengenaiku beruntung kali ini tak mengenai kepala melainkan bahuku sehingga aku sempat menabrakkan tubuh lalu membuatnya terjatuh

Dduuaakkk! Dreeeddd!!! 

"Aakkhhhhh!!"

Kembali kesetrum Cecep hingga kurasa dia sudah cukup lemas tak berdaya. Setelah itu kuangkat kerah bajunya lalu kutinju dengan telak rahangnya

Dhhuaakk! 

Setelah mendapat seranganku itu cecep tergeletak tak berdaya dalam posisi duduk bersandar pada sebuah batu meski masih dalam kondisi sadar

"Uhuuk! Uhuk! Kenapa? Kenapa loe bisa nemuin gua?" ucapnya dengan suara serak dan nafas yang seperti mau habis "Kenapa ilmu gua gak mempan?" lanjutnya

"Apa yang kau bicarakan? Aku gk ngerti dan gk mau tau akan hal-hal seperti itu!" 

"Harusnya gk ada yang bisa ngeliat gua dan harusnya kau pingsan dengan sekali pukul! Ilmu apa yang loe punya? Uhuk! uhuk!" jelasnya sambil batuk dan mulut mengeluarkan darah

Lihat selengkapnya