Dua hari sejak kejadian di Perpustakaan yang menjadi mimpi buruk bagiku setiap malam, sekarang aku merasa tidak bisa menjadi pribadi yang normal, seperti aku biasanya.
Oh God! Sampai kapan harus begini? Aku bahkan tidak bisa tidur nyenyak setiap malam.
Selain beban mental yang saat ini kualami teramat mengguncangku, sebuah pesan dari nomor tak dikenal membuatku semakin tertekan.
Bukan, pesan tersebut bukan pesan horor atau berisi ancaman dan sebagainya, melainkan hanya sebuah pesan biasa yang diketik oleh anak SMA sepertiku.
'Aku akan menunggu di depan rumahmu besok pagi, mulai sekarang aku akan mengantarmu, kita akan berangkat bersama ke sekolah'.
Ini memang hanya pesan biasa, tapi yang mengirim pesan ini bukanlah orang sembarangan.
Yapzz, Erlan lah yang mengirimkanku pesan tadi malam yang baru aku sadari setelah mengecek ponselku pagi ini.
Aaaa... Kenapa malah jadi begini?
Tidak cukup membuatku merasakan ketakutan dan kecemasan yang membuatku hampir gila, sekarang aku juga harus melihat wajah psycho gila itu setiap hari?
Tidak. Aku tidak mau seperti ini!
Kenapa sih... kenapa aku harus disana malam itu?!
Aku terus-terusan kepikiran dan detik demi detik yang aku lalui seperti menggantungkan hidupku pada seutas benang tipis.
Bagaimana tidak? Sialnya, orang yang aku pergoki malam itu ternyata adalah kakak senior yang satu sekolah dengan aku.
Aaaa!!!
Biasanya orang yang ketahuan memergoki aksi penjahat seperti di film-film nggak bakalan berakhir selamat, kan? Sejauh yang kuketahui dari banyak film dan serial thriller yang pernah kutonton, pasti saksi yang ketahuan akan terbunuh.
Dan aku tidak, atau haruskah aku katakan belum?
Tentu aku senang bahwa sampai saat ini keadaanku baik-baik saja, bahkan aku tidak tahu alasannya kenapa Erlan mengantarku sampai ke depan rumahku malam itu.
Tapi apa benar keselamatanku akan terjamin untuk seterusnya?
Apa yang seharusnya kulakukan dalam situasi seperti ini?
Kepalaku rasanya mau pecah karena memikirkan ini terus-menerus.
Tok, tok
Suara ketukan pintu menyadarkanku. “Ren, Reina jadi masuk sekolah hari ini?”
Oh, mom sepertinya khawatir karena aku tidak kunjung keluar dari kamar, padahal aku sudah bilang kalau aku akan pergi sekolah hari ini.
“Kalau masih sakit, istirahat di rumah aja dulu!” pinta mom.
Aku bergegas membuka pintu kamarku, mendapati raut wajah mom yang tampak khawatir melihatku.
Tunggu, benar kata mom! Sebaiknya aku beristirahat satu hari lagi dan tidak usah pergi ke sekolah dulu.
“Iya deh mom, kayaknya Renia masuk sekolahnya besok aja.”
“Kamu kelihatan pucat, kita periksa ke rumah sakit aja ya!” ucap mom, tampak semakin khawatir.