Psycho Love

Liliana
Chapter #4

Bagian 3

Eh kamu dengar nggak, korbannya kemaren tuh si Tessa!"

"Iya, Tessa yang di kelas 12C kan?"

"Iya lagi-lagi korbannya bertambah, gue mulai takut nih. Ini udah kayak teror nggak sih."

"Iya... tapi kenapa ya belum ada klarifikasi dari pihak sekolah sampai sekarang?"

"Gue juga merinding tiap dengarin info baru, soalnya ceritanya tentang korban yang terus bertambah."

Tidak hanya aku, kedua temanku juga ikut terdiam mendengarkan gosip dari sekelompok siswi yang duduk di belakang kami. Sebenarnya cerita ini sudah terdengar simpang siur di seluruh sekolah, sudah menjadi rahasia umum.

Walau tampaknya hanya murid tingkat dua dan tiga yang terdengar heboh membahas rumor tersebut. Mungkin murid baru belum tahu-menahu mengenai masalah ini.

“Nggak bisa disebut rumor juga sih karena korbannya jelas sampai sekarang belum masuk sekolah.”

“Tapi masa sekolah cuma menginfokan kalau siswi yang bernama Tessa tidak hadir karena sakit. Ya jelas banyak yang meragukan nggak sih.”

Ya aku juga jelas tidak percaya dengan info dari sekolah, karena satu-satunya saksi dari kejadian tersebut adalah aku sendiri.

Cuma, aku cukup kaget saat tiba-tiba banyak orang yang sudah mengetahui cerita tentang kak Tessa, padahal kan kejadiannya baru dua hari yang lalu. Kira-kira siapa yang nyebarin ya?

"Kalian merasa nggak, kalo masalah ini sebenarnya udah fatal banget. Udah banyak rumor yang beredar tapi pihak sekolah seolah tutup mata dengan kejadian ini," bisik Eirin, dengan pupil mata yang bergerak heboh.

"Ya tapi sebaiknya kamu juga berhati-hati Eirin karena kita kan belum pasti dengan kejadian yang sebenarnya," balas Rasya, tetap dengan pembawaannya yang tenang.

Tapi bisa-bisanya Rasya tetap tenang walau sekolah kami diterpa isu yang begitu traumatis untuk anak remaja seumur kami.

"Nggak Sya, ini tuh udah kayak aksi kriminal berencana! Walaupun belum ada info yang real dari pihak sekolah tapi jelas ini tuh udah mengerikan banget. Kalau dari cerita yang kudengar yah, kondisi korban-korbannya tuh... Ih sedih banget deh pokoknya!" ucap Eirin terlihat prihatin.

"Apa maksud kamu? Jangan bilang kamu benar-benar percaya dengan semua rumor yang beredar?” Rasya menatap Eirin tidak percaya. “Kamu terlalu menggandrungi gosip deh…”

"Gosip hanyalah fakta yang tertunda, by the way" balas Eirin tidak mau kalah.

Aku hanya mengamati bagaimana kedua temanku saling melempar argumen karena sejujurnya aku juga sangat menantikan kesimpulan apa yang mereka pikirkan tentang kejadian dibalik rumor itu.

"Tetap aja kita nggak bisa menelan semua gosip mentah-mentah Eirin, kalau kamu terlalu gegabah, bisa-bisa kamu ikut-ikutan jadi penyebar hoax" sambung Rasya –tetap mempertahankan pemikirannya yang logis.

Lihat selengkapnya