Psycho Love

Liliana
Chapter #9

Bagian 8

Sepersekian detik mata kami bertemu. “Apa kamu bakalan berkeliaran disekolah dengan pakaian seperti itu?” tanya Erlan, yang malah menatap tubuhku secara terang-terangan.

“Issss!” Aku melototinya marah dan membalikan tubuhku dengan cepat.

Sebuah kemeja putih mendarat di bahuku.

Yapz, seragamnya Erlan.

Aku menoleh bingung padanya, cowok yang tengah mengenakan kaos hitam itu sekarang.

Kenapa dia harus repot-repot memberikan seragamnya untukku?

Akhirnya aku merasa sedikit lega. Sambil memegang ujung kemeja putih miliknya, aroma semerbak musk memenuhi indra penciumanku.

Wangi parfum miliknya berputar disekitarku…

Pandanganku teralihkan pada cewek yang tengah berada di lantai dua, cewek yang bersama Erlan tadi, dia menatapku dingin.

Tunggu? Wajah familier itu… aku mengenalnya.

Oh, itu kan cewek yang bertemu denganku di depan gerbang sekolah beberapa hari yang lalu!

Barusan tadi dia sedang berduaan dengan Erlan, jangan-jangan dia pacarnya Erlan?

Aku menoleh kembali pada seragam yang tergantung di pundakku. Apa karena ini dia menatapku dingin, karena cemburu?

Apa aku sudah mengganggu waktu mereka berduaan?

“Terima kasih seragamnya. Aku pergi kalau begitu,” ungkapku tulus. Kemeja ini benar-benar sangat membantu di situasiku sekarang.

Aku harus bergegas, melihat tatapan cewek tadi yang terlihat sangat tidak bersahabat, aku tidak bisa mengganggu waktu mereka lebih lama.

Aku bergegas menuruni tangga, namun lagi-lagi, langkah kaki di belakangku terus mengikutiku.

Ih si Erlan ngapain sih? Kenapa dia nggak balik ke ceweknya?

Aku mulai merasa gelisah.

“Kenapa kamu masih mengikutiku?” tanyaku.

Ini sudah sangat dekat dengan toilet perempuan yang ingin kutuju. Mau sampai kapan dia akan mengikutiku?

“Aku cuma mau nunggu di luar kok, sampai kamu selesai mengganti seragammu. Jangan pakai kemeja basah itu lagi!” jawabnya santai.

"Oh, kamu nggak tau ya kalau toilet disini sedang dalam perbaikan?" tanyanya balik.

Aku berhenti sejenak, "Pantas saja sejak awal toilet ini sudah sepi!"

Aku menggeleng, "Nggak tau."

Erlan mengangguk beberapa kali sebelum berhenti agak jauh dari pintu toilet. Namun tidak kelihatan akan pergi dari sana, cowok itu malah berdiri diam di dekat tembok bagian luar.

Lihat selengkapnya