Besoknya aku memasuki kelas dengan keheranan karena mendapati gelagat Eirin yang aneh. Pagi-pagi sekali Eirin sudah stay, berdiam diri di kursinya. Suatu hal baru, yang bukan dirinya banget!
Dia tampak berpikir keras. “Kamu kenapa Eirin? Pagi-pagi udah banyak pikiran, mikirin apa?” sapaku sebelum meletakkan tasku di meja.
"Aa, mikirin pinjol ya!" gurauku, sambil tertawa kecil.
Eirin menoleh padaku dengan tatapan kacau, dia berdesis kesal sebelum kembali berdiam diri.
Lah! Dia beneran lagi banyak pikiran, ternyata.
“Ada apa sih? Coba sini cerita samaku!” ujarku menawarkan diri.
Eirin menatapku lama sebelum menggeserkan kursinya, mendekat padaku.
“Ih kok tiba-tiba dekat banget?” ucapku risih sekaligus geli. Aku tertawa kecil melihat tingkah absurdnya pagi ini.
Nggak biasanya Eirin menggeser kursinya hanya untuk bercerita, apa mungkin yang ingin dia katakan padaku sebuah rahasia?
“Gue dapat info Ren!” bisiknya pelan sambil menatapku tajam. “Tapi... entahlah. Gue juga masih bingung!” rengutnya, sebelum kembali terdiam.
Lah? Si Eirin kenapa sih?
“Are you okey?” tanyaku pelan.
Eirin menggeleng, “Yang lo bilang kemarin memang benar...” lirihnya.
Dia menatapku lama, seolah sedang menimbang-nimbang apakah dia akan menceritakan padaku atau tidak.
“Kayaknya Rasya memang punya kakak, Ren.” Ungkapnya. Eirin menghela nafas berat.
“Loh, bagus dong kalau ternyata Rasya punya kakak! Kamu sedih ya karena Rasya nggak pernah cerita samamu?” tanyaku sambil tersenyum.
Sebenarnya kenapa harus sedih kalau Rasya memang memiliki seorang kakak?
Eirin menggeleng lagi, “Bukan gitu. Gue nggak tahu pasti ya, kemungkinan kakaknya Rasya yang lo ceritain kemarin itu, kakak sepupunya. Kalo kakaknya beneran sih nggak tahu ya, selama ini dia juga nggak pernah ceritain. Untuk sekarang sih gue asumsikan, kalo kakaknya nggak ada. Cuma masalahnya, kakak sepupunya itu orang yang sama-sama kita kenal semua... Dan kakaknya bilang sesuatu yang buruk soal Rasya..." Eirin terdiam sejenak.
"Sebenarnya gue ragu banget sama apa yang dia bilang, cuma karena belum bisa dipastikan, gue juga bingung... Entahlah Ren." Eirin menggeleng resah.
Aku yang tidak mengerti dengan apa yang barusan Eirin ceritakan –kecuali mengenai kakak sepupu Rasya yang mungkin kami kenal, hanya termangu menatapnya.
“Maksudnya apa sih Eirin? Aku beneran pusing nih, coba jelaskan satu persatu!” pintaku.
Dia hanya menggeleng sebelum berucap, “Nggak, ini belum pasti. Lagian semuanya juga belum benar-benar jelas...” ucapnya sedikit linglung.
Lah? Kok dia malah jadi begini?
Eirin tidak berbicara apapun lagi setelahnya.
Membuatku semakin bertanya-tanya, sebenarnya Eirin kenapa sih? Itu pasti informasi tentang Rasya yang membuatnya sampai kebingungan begitu. Tapi apa?
*****
Sejak pagi Eirin sudah bertingkah aneh bahkan sekarang Rasya juga sama. Tepat saat bel istirahat berdering, mereka berdua sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya.
Ada yang tidak beres dengan mereka!