Psycho Love

Liliana
Chapter #11

Bagian 10

Aku menajamkan pendengaranku, berusaha berkonsentrasi menyimak pembicaraan mereka berdua yang begitu misterius.

“Gue nggak butuh peringatan dari lo! Lo dan teman-teman lo yang sok baik itu, munafik!”

“Bilang sama orang-orang sok hebat itu, mimpi aja berharap gue bakalan menyerahkan diri. Gue nggak salah, gue nggak bakalan dipenjara!” teriak Hara semakin histeris.

Terdengar langkah kaki yang berlari meninggalkan ruangan. Sepertinya Hara yang berlari dengan tergesa-gesa keluar dari Perpustakaan.

Beberapa detik kemudian disusul pergi oleh Rasya. Seluruh ruangan dalam sekejap hening, hanya meninggalkan kami berdua yang masih bingung dan tak percaya dengan apa yang baru saja kami saksikan.

Aku berusaha mencerna kembali percakapan mereka berdua.

Mencelakakan kak Tessa? Bukannya kejadian itu sewaktu aku lagi bersama dengan Erlan?

Tunggu! Jangan bilang Rasya juga, dengan Erlan…

Oh my goodness! Apa mungkin selama ini Rasya dengan Erlan saling berkomplotan?

Aku shock dengan pemikiranku sendiri. Sementara Eirin sendiri terlihat linglung.

Untuk sesaat kami berdua hanya duduk terdiam. Dan beberapa detik setelahnya, Eirin bergegas lari keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Meninggalkan aku sendirian, disini.

Aku benar-benar speechless dengan apa yang baru saja aku saksikan, tidak sempat merespon kepergian Eirin.

Sesaat aku termangu di tempatku, sambil berpikir, apakah aku benar-benar teman mereka?

Kenapa hanya aku yang berada disini, sendirian?

*

Aku tidak tahu apakah Eirin pergi mengikuti Rasya atau bagaimana?

Aku berusaha mengontrol pikiranku yang tengah berkecamuk.

“Tidak ada gunanya menerka-nerka. Jika aku ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya, aku kan bisa menanyakan langsung pada Rasya," batinku, sambil berusaha meredakan kekecewaanku.

"Hah!" Aku menghela nafas panjang.

Setelah aku aware dengan keadaan disekitarku, aku jadi tersadar. Kenapa rasanya situasiku sekarang sangat absurd. Aku malah duduk lesehan dibelakang rak yang kotor dan penuh debu ini!

Tidak sadar kalau aku sedang duduk termenung disini, sampai bel tanda masuk menyadarkanku.

“Loh kamu ngapain disini?”

Aku mendongak, melihat ke arah suara orang yang berbicara padaku. “Oh, ngapain ada Erlan disini?” lirihku.

Ya? Erlan? Erlan disini!

Aku langsung bangkit, dengan kikuk, aku menoleh pada cowok yang sedang menatapku dengan raut wajahnya yang sulit digambarkan. Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya tentangku, sekarang.

Entah kenapa aku merasa seperti tikus yang tertangkap basah, padahal kenyataannya aku tidak melakukan kesalahan apapun padanya.

“Jadi bisa kamu jelaskan apa yang sedang kamu lakukan, duduk lesehan di tempat yang penuh debu seperti ini?” sindirnya.

Aku mendelik pada nada meledek yang dilontarkan oleh cowok yang berada tepat sampingku saat ini. Dia melihatku dengan tatapan menyelidik, membuatku gerah dan serba salah.

“A… aku hanya terjatuh saja, tadi.” Ucapku sedikit gugup.

Aku menyibukkan diri dengan mengibaskan rok seragam sekolahku, yang sialnya, cukup banyak ditempeli debu dan sarang laba-laba.

Duh kenapa jadi kotor begini?” Aku mendecak sebal.

Erlan tiba-tiba mendekat padaku, membuatku terkejut. Dia benar-benar berada tepat dihadapanku sampai membuatku menahan nafas.

Lihat selengkapnya