Di sebuah jalan raya tampak seorang pria sedang mengendarai motor Ninja seraya mengebut. Lalu sampailah pria itu di pekarangan rumah berlantai tiga dan membuka helm yang ia pakai.
Dia adalah Rangga Nugraha, putra semata wayang dari Edi Nugraha dan Dewi Enjelita. Seorang pengusaha elektronik yang sukses, tapi ibunya harus meninggal karena sakit ketika pria itu berumur lima tahun. Lalu ayahnya menikah lagi dan dikaruniai satu anak laki-laki.
Mungkin Tuhan punya rencana yang berbeda. Ayahnya pun harus pergi meningalkan Rangga karena sakit jantung, pada saat itu Rangga masih duduk di bangku SMP.
Sejak saat itu, rumah yang ia tinggali bagaikan di neraka. Pria itu tak menyukai ibu tirinya, dan juga adik tirinya. Hampir setiap hari mereka bertengkar, makanya Rangga memilih untuk menghabiskan waktunya di luar rumah.
Rangga masih punya seorang kakek yang sudah tua, sejak ayahnya meninggal sang kakeklah yang mengelola semua perusahaan dan aset milik keluarganya.
Rangga melangkah masuk ke dalam rumah yang mewah itu. Mendadak seorang wanita yang terduduk di sofa berdiri dan menghampiri.
"Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini, Rangga," ujar wanita itu yang bernama Silvi.
"Anda nggak usah ikut campur masalahku!" bentak pria itu.
"Kak, bisa sopan sedikit nggak?" ujar Armand adik tiri Rangga.
"Sejak kapan aku jadi kakak kamu ha! berisik banget kalian!" bentak pria itu.
"Rangga, kamu sudah keterlaluan!" bentak Silvi.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya pria tua itu yang mendengar pertengkaran mereka. Rangga langsung pergi meninggalkan mereka semua.
"Lihat itu Ayah mertua, kelakuan Rangga sekarang," ucap Silvi.
Pria tua itu menghela nafas. "Silvi, biarkan saja Rangga, dia memang susah diatur."
"Mau sampai kapan Ayah mertua akan terus memanjakannya, dia sudah dewasa! Sudah saatnya bekerja membantu Ayah, tapi kerjaannya cuma menghabiskan uang saja," gerutu Silvi.
"Aku akan mencoba berbicara padanya lagi, ini sudah malam kalian cepat tidur lah."
"Kenapa dia begitu berbeda dengan Armand, anakku ini lebih berbakti dari pada dia," ucap Silvi yang masih saja menggerutu.
"Sudah lah Mah, ayo kita masuk ke kamar," pinta Armand dan pergi dari sana.
Rangga mendengar percakapan mereka, di kamar mandi pria itu meninju tembok beberapa kali sambil mengguyur tubuhnya. "Dasar wanita jalang," umpatnya.
Di ruang kerja, seorang pria tua sedang duduk dan merenung. "Apa yang harus aku lakukan pada Rangga," keluh pria tua itu.
Seorang pria lain yang ternyata sekretarisnya datang menghampiri dan membisikkan sesuatu. Kakek bernama Hasan itu tampak mengerti. "Apa kamu yakin itu akan berhasil, Di?" tanya Hasan.
"Saya yakin, Ketua," sahut Budi.
***
Cinta dan Amel baru saja sampai di sebuah tempat yang biasa disebut Studio. Banyaknya orang lalu-lalang membuat mereka bingung harus mencari siapa? Terlihat semua orang sangat sibuk.
"Wahhh! lihat Cin, itu ada artis-artis yang di TV, achhh! keren banget sih, aslinya mereka lebih ganteng daripada di TV," ujar Amel berdecak kagum.
"Iya, mungkin mereka juga lagi syuting Mel, ganteng ya," timpal Cinta.
Dari kejauhan seorang pria mendekati mereka. "Hallo, kalian siapa ya?" tanya pria itu.
"Nama saya Cinta, Pak, saya ditelepon untuk datang kemari, saya pemenang door prize, Pak," jelas wanita itu.
"Oh, jadi kamu yang namanya Cinta, itu saya yang nelpon. Kenalkan, saya Beni manajer di studio ini, mari ikut saya," pinta pria itu.
"Baik, Pak," ucap mereka berdua dan mengikuti pria itu.
Beni mengarahkan mereka untuk melakukan siaran di TV seperti biasanya, dan ketika memilih hadiah, Cinta mendapatkan hadiah liburan ke Thailand selama lima hari. Wanita itu sangat senang.