Kau membuatku merasa seperti seorang PSYCHO. Orang-orang selalu melihat kita bertengkar dan berkata meski bertengkar hebat seperti akan berakhir, tetapi tetap kembali bersama. Mereka tak mengerti dan berkata ini menyenangkan. Kita saling mencintai seperti orang bodoh. Tanpamu aku merasa pusing, sedih, dan lemah. Kita serasi, kita akan baik-baik saja. Kita berdua berada dalam hubungan yang spesial dan aneh. Kita saling menghancurkan, kemudian saling memeluk kembali. Hubungan kita indah dan menyedihkan, saling menyinari seperti bulan dan sungai. Namun itu semua hanya angan-anganku. Nyatanya kamu melakukan semua itu dengan seseorang yang bukan diriku. Hey yeah, aku selalu melihatmu bersiul di kesunyian malam. Suara itu membuatku menutup mata dan membayangkan kalau bibirmu berada dekat sekali dengan daun telingaku. Rasanya merinding, tetapi aku menikmatinya. Keinginanku hanya satu, dirimu.
Aku sudah lama mengagumi seorang pria secara diam-diam. Sorot matanya yang dingin dan tajam membuat bulu kudukku merinding setiap kali memandanginya dari kejauhan, dan aku menyukai sensasi itu. Jantungku berdebar-debar tak normal setiap kali matanya tertutup rapat. Rasa suka yang tak wajar ini selalu menghantuiku setiap malam. Setiap helaian rambut hitamnya terlihat begitu memesona di mataku, andai jari-jarinya bisa mengelusku setiap saat. Aku meneguk ludahku dan meraba dinding halus yang berada di hadapanku. Seperti biasa, pria yang merupakan tetangga samping rumahku itu tengah membaca sebuah buku yang judulnya tak terbaca. Dengan meringkukkan badan, pria itu duduk dengan memegang bukunya di depan rumahnya yang gelap. Sambil menyenandungkan sebuah nada yang terdengar klasik.
Pintu rumahnya terbuka, seorang gadis berjalan perlahan menghampiri priaku. Gadis yang entah bagaimana mampu meluluhkan hati priaku sehingga bisa menjadi kekasihnya. Dengan senyuman tipis di bibirnya, ia memanggil nama pria itu dengan lembut, membuatnya menolehkan kepala dan hanya menatapnya kosong tanpa ekspresi sama sekali di wajahnya. Wajah tanpa ekspresi itu membuatku tak bisa melepaskan pandangan darinya, tenggorokanku langsung terasa kering seketika. Tiba-tiba, mereka saling menempelkan bibir masing-masing tepat di depan bola mataku. Seakan tersengat listrik, aku langsung bersembunyi di balik jendela dan memegangi dadaku yang seakan berhenti berdegup. Napasku terasa berat, aku mengepalkan kedua tanganku. Padahal aku sudah menyukainya lebih dulu, dan aku mengenal pria itu lebih dari siapa pun. Percayalah, hanya diriku yang mampu menyukaimu apa adanya. Semua yang berhubungan denganmu, aku sangat menyukainya.