PSYCHO

Anis Nabilah
Chapter #9

Air Mata Gadis yang Selalu Tersenyum

Di dalam kelas 2-2 yang sangat berisik, Wylie menundukkan kepalanya di atas meja juga memejamkan matanya, sedang dalam fase tidak ingin bicara dengan siapa pun kecuali dirinya sendiri. Entah kenapa, ia terpikirkan oleh perkataan Ilona kemarin tentang Yovanka. Dirinya yang tahu pasti kalau sahabat masa kecilnya itu memiliki kelainan yang tak biasa pun merasa agak gelisah. Jam pelajaran yang belum dimulai ini membuatnya menunggu lama dan larut dalam pikiran rumit ini, tetapi sepertinya lebih baik seperti ini. Matanya yang terpejam pun membuatnya semakin mengantuk.

“Ketua kelas!!” Suara Yovanka yang mengandung keceriaan di dalamnya mendadak terdengar di telinga Wylie yang hampir tertidur. Wylie spontan mengangkat kepalanya dengan mata yang masih terpejam. Yovanka memeluknya dengan sangat erat seakan-akan hendak membunuhnya sampai kehabisan napas. Tetapi, ada apa dengan anak ini tiba-tiba? Pelukan yang berlangsung cukup lama itu pun akhirnya terlepas juga. Wylie memandangi anak dengan energi positif yang bersinar di sekitar kepalanya itu, membuatnya mengerutkan keningnya keheranan.

“Ada apa?” tanya Wylie dengan nada malas.

“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin menyapamu,” jawab Yovanka sembari tersenyum manis.

“Oh ya, dua hari yang lalu, aku bertemu dengan temanmu loh! Ah, aku lupa namanya, tetapi dia terlihat sangat cantik! Bahkan sepertinya perempuan tercantik yang pernah kutemui? Malam itu, ponselku tertinggal di toko roti, untunglah dia datang dan mengembalikannya padaku. Dia benar-benar baik sepertimu! Apa dia menceritakan tentangku padamu?” papar Yovanka tanpa henti. Wylie diam selama beberapa saat. Ia bangkit dari kursi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas pundak Yovanka.

“Yovanka....” Wylie memberi tatapan yang menyeramkan pada sepasang mata Yovanka, pupil matanya hanya terlihat setitik. Yovanka yang kebingungan dengan tingkah Wylie pun hanya berdiam diri menunggu kelanjutan dari ucapannya.

“Kembali ke tempat dudukmu, cepat,” lanjut Wylie dingin.

“Ah..., baiklah, maaf telah mengganggumu.” Yovanka yang di dalam benaknya langsung muncul perasaan tidak enak pun segera berjalan ke belakang kelas dan duduk di atas kursinya. Ia memperhatikan Wylie dari belakang. Gadis yang nampak seperti malaikat dari sudut pandangnya itu sekarang ini terlihat sedang memiliki banyak masalah, dan itu membuat Yovanka merasa sedih. Ia ingin sekali membantunya, tetapi tak tahu harus berbuat apa, karena ia tak tahu apa yang tengah menganggu pikirannya.

Sampai jam istirahat dimulai, Yovanka kembali memberanikan dirinya dengan mendatangi meja Wylie untuk meminta maaf atas kesalahan yang entah disebabkan oleh siapa.

“Ketua kelas,” panggil Yovanka yang berdiri di depannya dengan tatapan memelas.

Wylie mengembuskan napas agak risi. “Apa?”

“Aku tidak tahu apa salahku, tetapi aku ingin meminta maaf padamu. Sepertinya tadi pagi suasana hatimu sedang tidak baik, dan aku malah membuatnya semakin memburuk. Aku tidak ingin kau marah padaku, karena aku sudah menganggapmu teman. Jadi, maukah kau memaafkanku?” lirih Yovanka tertunduk.

“Ya,” jawab gadis berambut pirang itu singkat sebab tak tahu harus menjawab permintaan Yovanka seperti apa. Dirinya tak terbiasa dengan adegan dramatis seperti yang sering dilakukan Yovanka.

“Benarkah? Kau memaafkanku?” seru Yovanka yang kembali ceria dengan begitu cepat. Wylie menganggukkan kepalanya pelan dan kembali diam. Anak yang polos itu lagi-lagi memeluk Wylie dan menunjukkan senyuman cerah setelah melepas pelukannya. Entah kenapa, tetiba muncul sebuah perasaan tak biasa di dalam lubuk hati terdalam Wylie segera setelah melihat senyuman gadis berambut cokelat itu. Rasanya agak damai dan menenangkan.

Pada saat yang bersamaan, speaker kelas berbunyi dan mengumumkan sebuah pemberitahuan penting kepada seluruh sekolahan. Ujian akhir bagi seluruh murid! Sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan! Benar juga, tak terasa sebentar lagi kelas tiga akan dihadapi oleh ujian kelulusan, sementara kelas satu dan dua akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Karena terlalu sibuk mengurusi hal-hal aneh yang terjadi belakangan ini, Wylie jadi lupa belajar untuk ujiannya. Ia pun membulatkan tekadnya untuk belajar lebih giat karena akan naik kelas tiga.

Namun, sebelum suara yang berasa dari speaker itu mematikan tombol siarannya, masih ada satu pengumuman lain yang akan muncul. Semua murid memasang telinga mereka baik-baik agar tak ketinggalan berita menarik yang hanya tiba setiap setahun sekali itu. Sebuah acara prom night yang diselenggarakan oleh sekolah untuk merayakan kelulusan siswa-siswi menengah ke atas! Mendengar pemberitahuan barusan, ada yang bersorak kegirangan, ada juga yang mendesis malas.

“Yovanka, kau sudah belajar buat ujian nanti?” tanya Wylie.

“Kau menanyakan hal seperti itu pada orang sepertiku? Tentu saja belum,” jawab Yovanka yang langsung melakukan high five bersama Wylie dengan bangganya.

“Aku tidak begitu baik dalam belajar, sepertinya aku butuh seorang teman yang bisa mengajariku. Siapa murid yang pintar di sini?” tanya Yovanka.

Lihat selengkapnya