Acara prom night masih berlangsung hingga sekarang. Semua orang bersenda gurau sambil menikmati makanan, minuman, dan lagu yang disediakan. Malam semakin larut, tempat acara ini pun semakin ramai. Ada yang bucin, ada yang merokok di luar gedung, ada yang berdansa bersama pasangannya, ada juga hanya mengurung diri di kamar mandi karena tak memiliki teman. Ketika Wylie dan Ilona kembali ke tempat acara, mata Wylie langsung berkeliling mencari Yovanka. Bukannya menemukan seseorang yang dicarinya, ia malah melihat orang lain yang datang mendekati mereka berdua.
“Hai, ladies!”tegur Joe yang entah datang dari mana. Joe yang ketampanannya bertambah ketika memakai jas itu pun membuat semua gadis diam-diam meliriknya terkagum-kagum. Wylie berdecak kesal. Meski Shaquille adalah lelaki yang disukainya, ia tak bisa menyangkal kalau Joe sangatlah tampan, bahkan lebih tampan dari Shaquille. Tetapi tetap saja, Shaquille hanyalah yang terbaik baginya.
“Oh? Jonathan, dari mana saja? Aku baru melihatmu,” sahut Ilona senang.
“Aku hanya di sini kok sejak tadi.”
“Err, kalian, aku permisi dulu, ada seseorang yang harus kutemui,” sela Wylie di tengah percakapan keduanya. Tanpa menunggu balasan, Wylie langsung kabur dari hadapan kedua sahabat lamanya itu, membuat mereka berdua menatapnya dengan bingung.
“Wylie... punya teman selain kita?” tanya Joe.
“Sepertinya begitu haha,” sambut Ilona dengan senyuman mengejek. Sementara Ilona masih tak melepas pandangannya dari punggung Wylie yang menjauh, Joe hanya sibuk melirik gadis yang disukainya itu seraya tersenyum kecil. Cantik sekali. Rasanya ia bisa terus memandangi wajah itu selama sisa hidupnya. Ketika Ilona kembali menolehkan kepalanya pada Joe, lelaki itu langsung mengerjap-ngerjap salah tingkah.
“Oh ya, Il, omong-omong, murid di kelasku memilihku sebagai salah satu kandidat prom king loh. Aku belum pernah memberi tahu ini padamu, ya?” ujar Joe membuka obrolan.
“Benarkah? Haha, selamat. Tetapi, kenapa aku tidak terkejut, ya? Secara ketampananmu itu memang sudah melewati batas wajar, aku yakin kau pasti mendapatkan gelar itu, mahkota itu pasti akan ditempatkan di atas kepalamu!” tutur Ilona.
“Jika aku mendapatkan gelar itu, bukankah akan ada gadis lain yang mendampingiku sebagai prom queen? A-apa kau tidak cemburu?” sungut Joe malu-malu.
“Hah? Apa sih tiba-tiba? Kenapa aku harus cemburu? Makna dari kata cemburu adalah mempertahankan sesuatu yang dimiliki. Kau bahkan bukan milikku, apa yang harus kucemburui?” balas Ilona yang berhasil membuat Joe memanyunkan bibirnya.
Puncak acara pun berlangsung! Penobatan Prom King dan Prom Queen! Para penonton memberi tepuk tangan yang meriah begitu melihat pembawa acara yang naik ke atas panggung. Max dan Lily, kedua pembawa acara yang akan memeriahkan berlangsungnya sesi penobatan telah berdiri di atas panggung dengan mikrofon di genggaman masing-masing. Wajah keduanya terlihat sangat bersemangat meski malam semakin larut.
“Huwaa! Akhirnya kita mencapai puncak acara ya, Lily! Yaitu penobatan prom king dan prom queen! Kalian semua pasti sudah menantikannya, ‘kan?” seru Max yang langsung disambut dengan teriakan menggelegar para penonton yang didominasi oleh suara melengking para gadis.
“Seperti yang kita ketahui, orang yang hanya bisa menerima gelar prom king dan prom queen ini hanyalah murid-murid kelas tiga. Wah, sayang sekali ya, padahal murid-murid kelas satu dan dua pun tak kalah bersinarnya! Sebenarnya bisa saja kita juga mengadakan penobatan prom prince dan prom princess khusus kelas satu dan dua, tetapi entah kenapa ketua dewan siswa kita yang satu ini tidak mengizinkan hal itu,” timpal Lily sambil menunjuk Joe yang tersenyum malu.
“Wah, benar sekali, Lily. Ketua dewan siswa kita yang tampan, apakah kau berkenan untuk memberi tahu kami semua alasan kenapa kau tidak mengadakan penobatan prom prince dan prom princess juga?” tanya Max sambil menyodorkan mikrofonnya pada Joe yang berdiri di barisan paling depan.
“Haha, sebenarnya alasannya sederhana saja. Kau tahu ‘kan kalau biaya mahkota itu mahal? Murid-murid kita ‘kan yang jarang membayar iuran,” kelakar Joe yang langsung disambut oleh tawa seisi ruangan.
“Hahaha, ketua bisa saja,” tawa Max sambil menarik mikrofonnya kembali. Sambil tertawa kecil, Joe melirik Ilona yang berdiri di sebelahnya. Gadis itu adalah alasan sebenarnya kenapa dirinya tak mengadakan prom prince dan prom princess. Sebab dirinya tahu kalau Ilona pasti memenangkan gelar prom princess itu, yang berarti akan ada pria lain yang mendampinginya sebagai seorang pangeran. Dan Joe yang memiliki sifat pencemburu itu pun tak akan pernah membiarkan hal semacam itu terjadi.
“Baiklah! Tanpa basa-basi lagi, kita segera panggilkan para calon peserta ke atas panggung! Max yang akan membacakan kandidat-kandidatnya!” seru Lily.
“Terima kasih, Lily. Yang pertama, kandidat pasangan prom king dan queen dari kelas 3-1, Jonathan dan Charlotte! Silakan naik ke atas panggung!” Sesuai perkataan Max, Joe dan teman sekelasnya pun maju ke depan secara bersamaan. Saat berada di atas panggung, Joe langsung memusatkan pandangannya hanya pada Ilona yang senyumannya cepat menular padanya. Satu-satunya yang bersinar di tengah keramaian di hadapannya.
Sang pembawa acara pun memanggil kandidat dari kelas lain yang bertotal enam pasangan. Sesi pemungutan suara pun dimulai! Para penonton sibuk memberi suara mereka pada jagoan masing-masing melalui polling internet. Ilona mengangkat ponselnya dan menggeleng-gelengkan kepala pada Joe, memberi tahu kalau ia tidak memberi suara padanya. Joe yang tak menangkap maksud Ilona pun tertawa malu sembari menutupi wajahnya, pria itu mengira kalau Ilona memberi suara untuknya. Ilona mengerutkan keningnya, bingung dengan respon Joe.