Tengah malam di acara prom night yang sama. Yovanka tengah memainkan rambutnya sendiri karena kebosanan. Gadis itu menginginkan sesuatu yang menyenangkan untuk menghilangkan kejenuhan yang melandanya itu, tetapi sayangnya ia tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Di sisi lain, ada Shaquille duduk dengan begitu tegak dan kaku karena dirinya bersebelahan dengan Yovanka. Sudah setengah jam berlalu sejak percakapan terakhir mereka. Sebenarnya Shaquille ingin langsung pulang ke rumah, tetapi tak bisa karena katanya Yovanka masih ingin di sana. Ia juga tak mungkin meninggalkan gadis lugu itu sendirian di tempat seperti ini.
“Yo-Yovanka, apa kau yakin tak mau pulang? Ini ‘kan sudah larut malam...,” tanya Shaquille sekali lagi untuk memastikan.
“Tak mau! Sebosan-bosannya di sini, di rumah jauh lebih membosankan. Setidaknya di sini ada banyak orang, di rumah sepi,” keluh Yovanka sambil memanyunkan bibirnya. Tak sama seperti Yovanka, Shaquille yang benci akan keramaian pun meringis ingin pulang.
Di tengah-tengah kebosanan ini, tetiba Yovanka menangkap sebuah suara yang tak asing di telinganya. Terdengar seperti suara yang mampu membangkitkan suasana hatinya. Ini dia! Inilah yang dinanti-nantinya selama ini! Tanpa berpikir sama sekali, gadis itu langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari ke lantai dansa. Shaquille mengernyitkan dahinya bingung, mengamati apa yang akan gadis itu perbuat selanjutnya.
“PSYCHO!” pekik Yovanka yang meneriaki sebagian lirik lagu sambil menarikan tarian Psycho oleh Red Velvet. Gadis yang ternyata adalah penggemar berat K-pop itu menggerakkan seluruh tubuhnya dengan semangat membara serta senyum yang melebar. Orang-orang di sekitar pun mengelilingi Yovanka dalam lingkaran dan ikut menari bersamanya. Shaquille kaget! Pandangannya yang tiba-tiba tertutupi punggung-punggung orang pun membuatnya segera bangkit dan menerobos makhluk-makhluk yang menghalanginya itu.
“You got me feeling like psycho...! Psycho...!” Seisi ruangan menyanyikan bagian paling menarik dari keseluruhan lagu. Riuhnya teriakan pun kembali menggema. Shaquille yang tak mengerti apa-apa tentang K-pop pun hanya tersenyum-senyum sambil bertepuk tangan untuk gadis yang disukainya itu. Yovanka berbalik, tersenyum ke arah Shaquille, lalu melambai-lambai mengajaknya untuk ikut menari. Tentunya pria itu menggeleng, ia lebih memilih untuk melihat Yovanka di antara kerumunan yang juga hanya menonton. Tarian asal-asalan yang dilakukan Yovanka entah bagaimana terlihat begitu elegan di mata Shaquille. Ketika lagu berakhir, lagu lain muncul dan disambut meriah oleh semua orang.
“One more day...!” Sorakan meriah untuk lagu One More Day oleh SISTAR menggelegar ke seluruh penjuru gedung. Tak hanya menyanyi, mereka juga menari bercerai-berai mengikuti iringan lagu yang mellow itu. Ambyar! Bahkan ada yang sampai menangis karena teringat oleh mantan kekasihnya. Semua orang yang ada di sana bernyanyi dan bersenang-senang, kecuali Shaquille. Kedua bola mata Shaquille hanya fokus menatap sosok Yovanka yang sedang menikmati hidupnya. Dan suasana itu jadi lebih baik dengan diiringi oleh lagu yang saat ini tengah diputar.
Tiba-tiba seorang pria berjalan menghampiri Yovanka dan mendadak membuka baju atasannya, memperlihatkan otot-otot tubuhnya pada gadis itu. Shaquille sontak bergidik ngeri melihatnya. Seakan-akan tubuhnya bergerak sendiri, Shaquille segera maju ke lantai dansa dan menjadikan dirinya sebagai dinding penghalang di antara Yovanka dan pria tadi. Yovanka yang sadar akan tingkah Shaquille pun tertawa geli dalam hati.
“Shaquille, apa yang kau lakukan di sini? Katanya tidak mau ikut menari?” teriak Yovanka karena suara lagu yang terlalu besar.
“Aku... hanya ingin melindungimu,” jawabnya pelan.
“Apa? Aku tidak bisa mendengarmu!”
“Aku bilang aku ingin melindungimu!” balas Shaquille yang meningkatkan volume suaranya, namun masih tenggelam di dalam lagu yang terlalu kencang.
“Aku masih tak bisa mendengarmu! Tetapi tak apa, ayo kita menari saja!” Yovanka meraih kedua tangan Shaquille dan mulai mengajaknya untuk menari bersama. Kedua mata Shaquille mengerjap! Tubuhnya sedikit bergetar. Ada sesuatu yang membuat dadanya berdesir. Sentuhan hangat dan senyumannya yang lembut. Ah, ia benar-benar sudah larut ke dalam suasana dan perasaan aneh ini.
Lagu telah berganti lagi dengan lagu lain yang memiliki nada yang lebih lembut, Can We Kiss Forever? oleh Kina. Keduanya saling melangkahkan kaki ke depan dan belakang mengikuti irama lagu yang syahdu. Seakan sudah pernah melakukan dansa ini selama ribuan kali, gerakan yang mereka lakukan terlihat lancar tanpa cacat sedikit pun. Langkah yang terasa ringan membuat keduanya merasa seakan tengah berdansa di atas awan berwarna merah muda. Yovanka tersenyum dengan tulus ke arah Shaquille yang tampak menatapnya dengan penuh kasih. Kedua orang ini bahkan seakan lupa dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Meski nampak tenang di luar, kedua telinga Shaquille yang memerah benar-benar tak bisa berbohong. Pandangannya sontak beralih, ia tak bisa terlalu lama bertatapan dengan Yovanka. Gadis itu tersenyum tipis saat menyadari bahwa mungkin saja Shaquille tengah malu padanya.
“Quille, apa ada yang ingin kau katakan padaku?” bisik Yovanka tiba-tiba.