Setiap pagi aku selalu datang lebih awal disekolah, sampai aku mendapat predikat murid teladan dari wali kelas, padahal aku hanya ingin segera terhibur oleh tingkah konyol teman sekelas.
“Tin, pulang sekolah main yuk” ajak Ani
“main kemana?” jawabku, boro boro main, uang saku saja aku hanya dikasih lima ribu, 'semoga saja ngajak mainnya nggak mengeluarkan uang banyak' gumamku dalam hati.
“main kerumahmu”
“hah...kerumahku? Ngapain?” jawabku tercengang, karena memang belum pernah ada teman yang main kerumah selain Ocha keponakan Ayah yang sudah seperti sahabat untukku.
“yaa nggak papa, pengen tau rumahmu aja, main bareng gitu sama vivi sama vivin juga, mau nggak vi, vin?” tanyanya pada mereka berdua
“yaa nggak apa sih kalo vivi mau, kan aku pulangnya bareng vivi” jawab vivin, mereka memang berteman sejak SMP, seperti saudara kembar yang selalu bersama.
“yaaaudah nggak apa nanti kita main kerumahku, tapi aku bareng kamu ya An?” jawabku
“yaa iyalah bareng aku, masa kamu dijemput Ayah kamu”
sepulang sekolah yang aku kira nggak jadi, ternyata mereka menungguku di parkiran belakang sekolah, karena aku tak kunjung datang, mereka menghampiriku yang dengan muka datar masih di depan pagar sekolah.
“di enteni gak teko teko nang kene tibak e...hadeeh...(ditungguin nggak dateng dateng ternyata disini)” teriak Ani kesal
“ayo naik”
“iya maaf, tau tau kalian ngilang sih, tak kira nggak jadi(aku kira nggak jadi)” jawabku dengan tersenyum. Sambil berharap semoga saja nggak ada masalah dirumah, semoga semuanya baik baik saja saat teman temanku datang kerumah.