Tidak ada seorangpun yang nggak merasakan cinta dihatinya, aku yang notabenenya memiliki sikap yang cuek pun juga bisa merasakan cinta dihatiku, hanya saja aku lebih memilih mencintai dalam diam, namun aku nggak pernah merasa dicintai, semua rasa cintaku hanya bertepuk sebelah tangan, aku sadar diri melihat wajah dicermin yang kusam, kucel,cupu, nggak menarik sama sekali, bahkan jika aku merias wajahku dan merubah penampilanku hanya akan membuat diriku semakin aneh.
Kini aku sudah beranjak kelas XI, aku masuk jurusan IPA karena memang pelajaran itu yang aku gemari, dikelas XI-IPA-2 ini aku nggak menjadi murid teladan seperti kelas X dulu, bukan berarti aku sering telat, hanya saja aku sedikit lebih nakal sekarang, tapi tetap menguasai pelajaran dan dekat dengan banyak guru, nggak jarang juga aku menjadi asistan guru matematika dikelas, mengoreksi ujian matematika teman teman sekelas, dan merekap nilai mereka untuk kuserahkan pada Bu Indri guru matematika ku, meskipun aku pandai matematika, tapi tidak mengurangi kejahilanku pada teman teman,
“sssssssssssstttttttttttt” ucapku pada teman yang melihat kejahilanku menumpahkan air dibelakang rok Rere teman sekelas agar seperti mengompol,
“eh kok basah” ungkap Rere memegang roknya yang basah karena air yang kutumpahkan, dia menoleh dan mendapati aku duduk berjongkok dibelakangnya,
“iiiiiiiiihhhhhhhhhhh.............Tina kamu jahil banget sih” celotehnya berdiri mengipakkan roknya
“hahahahha.......Rere ngompol ih” ejekku
“NGGAK LUCU TINAAA” bentaknya seolah marah padaku
“hahhahaaha” satu kelas tertawa melihat aksiku
“iya maaf, nanti juga kering” jawabku dengan senyum yang menurutnya menyebalkan, terkadang aku menyembunyikan sepatu mereka, terlebih dikelas XI ini aku satu kelas dengan Ani, Fina, Vivi dan Vivin, yap kita berlima berada dikelas yang sama, dan kita yang paling rame dikelas.
Disemester pertama aku mendapat nilai diatas rata rata, bahagia sekali rasanya, belum pernah aku merasa bisa membanggakan nilaiku didepan Ayah, yaa walaupun Ayah dan Ibu masih sering bertengkar dirumah karena Ayah menuduh Ibu selingkuh dengan pelanggan warungnya, atau barang Ayah yang rusak dan menuduh Ibu yang merusaknya, itu sudah menjadi makanan sehari hari buatku.
“Tina...minggu depan ikut olimpiade kimia ya” tanya Pak Wachid guru kimia,