PTSD

diana rahmatika
Chapter #6

Memendam rasa

Aku melamun memandangi sosok lelaki tampan yang biasa duduk disebelahku, seringkali dia menyontek bahkan saat Guru menyuruhnya mengerjakan didepan kelas, aku selalu mengerjakan soal itu untuknya, agar dia bisa menjawab soal yang ditunjuk oleh Guru, dia Hendra lelaki berparas imut yang membuatku terpukau, seandainya saja aku bisa memilikinya lebih dari sahabat, mungkin aku akan bahagia, angan angan nakal mulai merasuki otakku, rasa ingin menjalin sebuah hubungan percintaan mulai memeluk lubuk hatiku, betapa eloknya ciptaan Tuhan yang satu ini.

“duaaarrrrrrrrrrrr.........” teriak Fina seraya menepuk bahuku membuyarkan semua lamunan yang menari indah di otakku, sontak aku berjingkat kaget dengan nafas ngos ngosan,

“Apaan sih kamu Fin” ucapku sebal

“hayooooo........kamu ngelamun apaaa, bel istirahat udah dari tadi loh” ungkapnya senyum menggoda,

“nggak ngelamun apa apa kok, apaan sih”

Untung saja Fina nggak memperhatikan siapa yang kupandangi sejak tadi, kalau ketahuan mungkin aku bisa jadi bulan bulanan bullying mereka para sahabatku, dan mungkin aku akan membuat Hendra malu dikelas.

“Tin, kantin yuk” ajak Hendra menghampiri, dia memang selalu ikut kemanapun gankku pergi, sudah seperti bagian dari gank, dan dia satu satunya lelaki diantara kami berlima,

“cuman Tina nih yang diajak? Kita enggak Hen?” sahut vivi menyela

“iya maksudnya kalian” jawabnya dengan senyum malu.

“ayok gais...”ajak Ani

“aku absen kantin dulu ya, mau setor nilai ke Bu Indri” ucapku nyengir

“mau titip apa?” tanya Hendra

“beliin es aja deh, terserah es apa aja, ini uangnya(seraya memberi uang Rp5.000,-)”.

Rasa ini semakin melekat, sikapnya yang memperlakukan aku dengan lembut selalu berhasil membuatku terbawa perasaan, kemanapun aku pergi selalu sama dia, terkadang Ani pun curiga pada kami karena terlalu dekat, ingin sekali aku mengungkapkan apa yang aku rasakan pada Hendra, tapi aku tau diri, dia sudah punya kekasih bahkan dia dan kekasihnya sudah menjalin hubungan sejak SMP kelas 1, sudah 4tahun dong mereka menjalin hubungan, kekasihnya memang nggak satu sekolahan dengan kami, aku yakin Hendra lelaki yang setia, mana mungkin dia mau meninggalkan kekasihnya hanya untuk aku yang hanya gadis kutu buku dan cupu, sedangkan kekasihnya aku tau sangat cantik bohai bak model sampul majalah gadis.

“eh masa aku digosipin ada hubungan sama Hendra sih” bisik Ani padaku dan Fina yang tengah menyeruput es pembelian Hendra.

Uhuk....uhuk....tetiba aku tersedak, kaget dan penasaran siapa yang bergosip,

“kok bisa” tanyaku

“lha mboh(lha nggak tau) bukannya yang sering berduaan sama Hendra itu kamu Tin, kok bisa aku yang digosipin” ceplosnya menoleh kearahku, aku hanya nyengir membenarkan, karena memang yang lebih dekat dengan Hendra adalah aku.

“hahaha......jarno wes An(biarin sudah An)” tawa Fina.

Sepulang sekolah aku masih terbayang wajah Hendra, sepertinya aku sudah terlalu menyukainya, otakku mulai berimajinasi tentangnya, seandainya saja dia disini menemani kesendirianku, berbagi sukacita bersama.....Ohhhh betapa beruntungnya aku jika memilikinya, senyum senyum sendiri dikamar seperti orang gila, mungkin ini yang dinamakan kasmaran, tapi aku hanya akan memendam rasa ini, dan melupakan. Tulalit.....tulaliiiit........bunyi sms di Hpku

Ani : 'Tina......lagi dirumah ngga? Aku kerumahmu sekarang boleh?'

aku : 'iya an, kesini aja gpp kok'

Lihat selengkapnya