PTSD

diana rahmatika
Chapter #11

Olan(Ocha Alan)

Aku nggak perlu lagi merasakan lelah dan badan pegal karena Orangtuaku mengambil alih pekerjaan laundry, semua kembali seperti semula, setiap hari minggu mereka berkunjung kerumah bersama kedua adikku, rasa rinduku terobati melihat mereka kembali kerumah ini, adik perempuanku semakin pandai, sedangkan adik lelakiku semakin membandel karena dipisahkan dari teman-temannya di Surabaya.

Keceriaanku kembali seperti dulu sebelum Ayah mengusirku, perasaanku pada Hendra kubiarkan tumbuh begitu saja tanpa mengungkapkan apa yang kurasakan. Hendra sering membawa kekasihnya untuk kumpul bersama kami dirumahku, dia mengenalkan kekasihnya pada kami semua sedikit cemburu memang, tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa dan nggak berhak untuk merasa cemburu, aku pun berteman baik dengan kekasihnya tanpa menghiraukan yang kurasa.

“dua bulan lagi ujian praktek, silahkan bentuk kelompok, satu kelompok 11orang” ucap Pak.Tono Guru Olahraga.

“tugas prakteknya apa pak?” tanyaku seraya mengangkat tangan

“praktek kelompoknya buat instruksi senam, bukan dance loh ya, senam..! Untuk individualnya praktek renang bulan depan, serahkan nama kelompok dan ketua kelompok saat jam istirahat nanti” begitu penjelasannya, kami pun membentuk kelompok, aku masih tetap satu kelompok dengan Ani,Vivi,Vivin,Fina,Hendra, ditambah dari gank lain Rere, Fitri, Ola, Yuyun, dan Rina, hanya Alan yang tersisa tidak mendapatkan kelompok, akhirnya dia pun ikut masuk kedalam kelompok kami, 3 kalompok lain berjumlah 11 orang, hanya kelompokku yang berjumlah 12, segera kami mengumpulkan nama anggota kelompok dan ketua kelompok kami adalah Fina, kelompok kami bernama 'cabe rawit'.

“kita latihan senam dirumahmu aja ya Tin” ajak Fina setelah pulang sekolah

“iya Tin, kan rumah kamu luas” sahut Hendra

“okelah nggak papa dirumah aku aja, kita latihan tiap hari sabtu aja ya” jawabku meringis

“oke Tinaaa” jawab mereka.

Aku meminta ijin pada Ocha kalau aku dan teman-teman lain akan latihan senam disini, Ocha setuju bahkan dia mendukung latihan kami, dia ingin merekam aktifitas kami saat latihan senam, kulihat Ocha memandangi laptopnya dengan terkagum-kagum, sesekali dia tersenyum.

“kamu kenapa senyum-senyum sendiri?” tanyaku penasaran.

“eh coba liat film ini deh, tentang dance gitu, sini nonton sama aku” ajaknya.

Kami berdua menonton step up 3D yang bercerita tentang dance, sedikit memberikan inspirasi gerakan gerakan senam yang akan aku diskusikan dengan teman-teman, ending dari film ini dua orang sahabat menjalin cinta, sungguh romantis sekali, aku membayangkan seandainya saja aku dan Hendra berakhir seperti film ini, haha sungguh hal yang nggak mungkin terjadi.

Rumah ini mulai terlihat suram, lampu dapur padam, dan kami nggak bisa untuk mengganti lampu karena sangat tinggi dan nggak ada tangga portable dirumah, aku dan Ocha membiarkannya padam, saat malam hari kami nggak berani menuju dapur, suasana sudah seperti rumah hantu membuat kami nggak bisa tidur dengan lelap karena takut akan penampakan dari dapur, setiap malam selalu mendengar suara langkah kaki dari loteng, ah seram sekali sehingga kami hanya berani menuju dapur jika hari sudah terang.

Tepat dihari Sabtu kami berkumpul dirumahku untuk latihan senam

“Tinaaaa” teriak mereka ramai

“iyaa...langsung masuk aja” seruku dari dalam, mereka berbondong memakirkan sepeda diteras rumah yang penuh akan sepeda lain pelanggan studio

“hai...masuk masuk” ajakku seraya memegang spon cuci piring, mereka mengikuti langkahku dan langsung asik bercanda diruang tamu, dengan segera aku menyelesaikan cuci piring untuk bergegas menemui mereka.

“kenalin ini Saudaraku, namanya Ocha” aku mengajak Ocha keluar dan memperkenalkannya

“hai aku Alan, ini Ani, Fina,Vivi,Vivin, Rere, Fitri,Ola,Rina, dan Hendra” jawab Alan menjabat tangan Ocha seraya menunjuk satu persatu teman yang disebutnya, mereka semua hanya tersenyum menyapa Ocha dan meledek Alan karena tidak membiarkan mereka berkenalan sendiri. Ocha hanya tersenyum, dia pun langsung kembali ke kamar setelah berkenalan.

Seketika Alan langsung terpesona dengan kecantikan Ocha, selagi kami semua berbincang mengenai lagu pengiring senam, dan gerakan-gerakan senam, Alan malah asik merayu Ocha yang berada dikamar dengan berbicara didepan pintu, rayuan-rayuan gombal dilontarkannya pada Ocha, bertukar nomor Hp dan senyum-senyum sendiri.

“Alaaan....dari tadi godain Ocha mulu, ayo ini instruksinya gimana, serius dong” rengek Fina sebagai ketua kelompok.

“iyooo sek ta, ada anak cantik ini lho” celotehnya yang membuat kami menggelengkan kepala dan tertawa.

“Naaa temenmu naa” teriak Ocha manja.

“Chaa kamu punya lagu yang bagus nggak buat instruksi senam” teriakku.

“ada kayaknya, sek” jawabnya, dia memberikan laptopnya pada kami, dan memberitahu lagu-lagu step up yang menurutnya bagus, kami mendengarkan satu persatu lagu yang ada di laptop Ocha, menemukan satu lagu yang kita rasa cocok untuk instruksi senam, lagu berjudul the time(dirty bit) dari penyanyi Black Eyed Piece. Diiringi musik tersebut, Fina membuat 3 gerakan dan kami merekam gerakan Fina agar bisa dijadikan instruksi, aku menambahkan satu gerakan dan Rere juga ikut berkontribusi menambahkan, setelah semua gerakan ada kami mengurutkan gerakan-gerakan yang telah kami rekam, dan fina mengulanginya sesuai diskusi.

“yok berdiri semua atur barisan” sorak Fina mengatur anggota kelompoknya. Kami pun berbaris sesuai arahannya, kami berbaris menjadi 4 barisan dan berseling-seling, tubuh kami tidak saling menutupi satu sama lain dan fina berada paling depan sebagai instruksi, kami latihan diatas loteng sore hari itu, Ocha melihat latihan kami dan merekam gerakannya.

Musik mulai dimainkan, kami semua mengikuti gerakan Fina , sesekali Hedra dan Alan bergerak tidak sesuai instruksi, gerakkannya kaku membuat kami semua tertawa dan mengulangi. Selesai latihan tinggallah seorang Alan yang nggak ikut pulang dengan yang lain, dia masih berusaha merayu Ocha.

“Ocha...kamu kok cantik sih, kayak bidadari turun dari langit” ungkapnya pada Ocha, aku yang berada disamping Ocha tertawa terbahak-bahak.

Lihat selengkapnya