Public Enemy

Bentang Pustaka
Chapter #3

Chapter One (1)

Pagi itu Nyx sebenarnya masih ogah-ogahan masuk sekolah. Dia nggak percaya diri dengan bekas cacar air yang terlihat menghitam di wajahnya. Nggak bisa, ya, dia memperpanjang libur sampai bekas cacar itu hilang? Nyx sadar, sih, bahwa sekarang dia nggak bisa lagi seenaknya bolos seperti saat di kelas X dahulu. Sekarang dia sudah kelas XI. Sudah semester dua pula. Sebentar lagi jadi senior. Sebentar lagi bakal ujian nasional. Mama pasti marah kalau Nyx mengutarakan niatnya untuk memperpanjang waktu liburan.

Cewek berambut ikal dicepol ke atas itu memandang dirinya di cermin sambil gemas sendiri dengan fakta bahwa wajahnya yang terkenal mulus, tak pernah sekali pun berjerawat itu kini harus punya beberapa titik bekas cacar di wajah. Padahal, dia sudah bangga dengan jenis kulitnya yang tak pernah rewel. Dia tak pernah merasakan malu saat ke sekolah karena punya jerawat besar seperti beberapa temannya. Bakal terdengar berlebihan memang, tapi bekas cacar air ini mimpi buruk bagi Nyx.

Satu-satunya yang dia banggakan dari dirinya adalah kulit mulus tanpa jerawat. Bahkan, cewek tercantik di sekolah pun mengeluh karena harus rutin facial agar wajahnya bebas dari jerawat. Sedangkan dirinya? Pakai sabun bayi saja sudah selesai. Nyx tidak terkenal cantik—well, wajahnya juga nggak jelek-jelek juga sih, tapi perpaduan hidung bangir, matanya yang besar dan bentuk wajah tirusnya bukan termasuk yang selalu bikin noleh cowok-cowok. Dan, mau sekeras apa pun dia belajar, Nyx tidak pernah menduduki peringkat lima besar di kelas. Olahraga nggak jago, pelajaran seni juga tidak menonjol, ya begitulah nasib Nyx saat ini.

“Nanti hilang sendiri, Nyx. Yang penting kamu rajin masker wajah aja, ayo cepat turun. Kalau nggak cepat-cepat, Mama tinggal biar kamu naik ojek aja ke sekolah,” kata Mama tegas, kemudian terdengar suara kaki melangkah menuruni tangga. Nyx cepat-cepat memulas lip balm ke bibirnya agar makin berwarna merah muda merona itu, kemudian menyampirkan ransel ke pundak, menyusul Mama ke ruang makan untuk sarapan. Setidaknya pagi ini tatanan rambut messy bun yang dia tiru lewat tutorial di YouTube itu nggak rusak karena harus pakai helm. Sudah wajah totol-totol begini, masa rambut juga berantakan?

Sambil menuangkan Fruit Loops ke dalam mangkuk, lalu menuang susu di atasnya, Nyx mulai bercerita tentang anak pindahan yang katanya merupakan anak dari seorang pengusaha kaya di Indonesia. Dia menceritakannya secara detail sebagaimana Rosi, teman baiknya itu, bercerita ketika menengok Nyx beberapa hari lalu. “Aneh kan, ya, Ma? Katanya dia pindahan dari Singapura.”

“Aneh kenapa memangnya?” Mama yang penganut “sarapan sederhana” itu kini juga sama-sama sedang menikmati semangkuk serealnya. Cangkir kopinya terlihat masih mengepulkan asap, begitu juga dengan teh hijau yang diseduhkan Mama untuk Nyx pagi ini.

“Sekolahku sekolah negeri biasa, nggak level sama dia. Harusnya anak-anak konglomerat begitu masuknya di sekolah internasional.”

Lihat selengkapnya