Kejadian ini berlangsung pada 1957, sekitar 60 tahun lalu. Robert Leaf adalah mantan Chairman Burson-Marsteller (BM). BM merupakan salah satu konsultan PR terbesar dunia. Robert berkarier selama 40 tahun di perusahaan itu. Dia pernah bercerita tentang kariernya dalam sebuah buku. Dia mengisahkan bagaimana awal mula berkarier di bidang PR:
Pada hari saya bergabung dengan Burson-Marsteller pada 1957 dahulu, ibu saya bertanya, “What will you be doing for a living?”
Saya menjawab, “Public relations.”
Ibu saya kembali bertanya, “Exactly what is that?”
Saat itu, Robert susah payah berusaha menjelaskan. Dan, harus diakui, kini sebagian orang tua dan mungkin juga publik masih memiliki pertanyaan yang sama. Apa, sih, public relations atau hubungan masyarakat? Apa, sih, yang mereka lakukan?
Pada 1956, ada film menarik berjudul The Man in the Gray Flannel Suit. Di dalamnya, terdapat tokoh bernama Tom Rath—yang dimainkan Gregory Peck. Tom seorang veteran Perang Dunia Kedua yang tengah mencari pekerjaan.
Seorang teman memberinya saran, “Why don’t you try to be a public relations?!”
Tom berkata kesal, “But I don’t know anything about public relations!”
Kemudian, temannya berkata, “What do you need to know? You got a clean shirt and you bathe every day. That’s all there is to it.”
Enam puluh satu tahun lalu, begitulah persepsi tentang profesi PR. Sekarang, 2017, dunia PR sudah berkembang pesat.
Menurut data The Public Relations Society of America (PRSA), ada 320 ribu praktisi PR di Amerika Serikat dan 700 ribu di Eropa. Pemerintah AS sendiri mempekerjakan puluhan ribu praktisi PR. Bahkan, di Pentagon ada sekitar tujuh ribu praktisi PR.
Di Indonesia memang belum ada data yang akurat. Toh, dalam asumsi saya, ada lebih dari empat puluh ribu praktisi PR, baik dari sektor swasta, akademisi, maupun pemerintah.
Yang pasti, bisa dikatakan abad ke-21 merupakan era keemasan PR.
Dunia PR sudah berkembang jauh. Bukan lagi semata bertugas menangani urusan media relations dan protokoler. Dalam perusahaan dan organisasi, PR memegang fungsi strategis dan fungsi sentral manajemen.
Peran PR sudah menggantikan divisi advertising. Bahkan, dalam banyak korporasi dunia, fungsi marketing dan advertising sekarang berada di bawah naungan PR. Sebelumnya, yang terjadi justru sebaliknya.
Peran PR sekarang menjadi lebih luas. Mencakup: promotion and reputation management, media relations, employee communications, executive communication atau speech writing, corporate social responsibility, lobbying, crisis communication, shareholder communication, issues management, dan social media. Jauh lebih kompleks.
Dalam realitasnya, dunia PR merupakan industri yang nyaris tidak pernah tidur, bekerja 24/7. Pasti ada saja sesuatu yang terjadi dengan brand atau klien setiap hari. Mungkin sesuatu itu terjadi tengah malam sewaktu Anda tidur pulas, atau Minggu pagi saat Anda tengah berlibur.
Jika mencari definisinya, secara ringkas bisa dinyatakan: PR works to develop relationships for mutual benefits between the organization and its key stakeholders. Dan, kesuksesan kerja PR itu sendiri bisa lebih berdampak kuat daripada iklan.
“Public relations is the deliberate, planned and sustained effort to establish and maintain mutual understanding between on organization and its publics.”