Amimma Geldon
Ketika namanya dipanggil, dia langsung mengangkat pandangannya. Melihat pada gurunya yang terlihat sangat marah. Tanpa menanyakan bagaimana runtutan kejadian yang sebenarnya, dia sudah lebih dulu disalahkan.
Gadis cantik berusia tujuh belas tahun itu berdiri diam tanpa suara. Tidak sedikitpun dia menyuarakan pembelaan terhadap dirinya. Rasanya percuma. Menjelaskan apa yang sudah dinyatakan hasil akhirnya, adalah seperti sesuatu yang sudah terlanjur dilempar di tempat sampah.
Seperti ada bara api di dadanya. Membakar habis kesabaran yang tersisa. Marah, sedih dan kesal bercampur jadi satu.
Dia tidak sendirian di ruangan itu. Ada Tasya dan teman-temannya yang sedang memainkan drama. Sedangkan guru di depannya memainkan peran seorang jaksa agung yang memiliki kuasa. Dia sendiri adalah pihak tertuduh yang sebentar lagi menyandang status sebagai tersangka.
Ini bukan pertama kali untuknya. Seperti mengulang kejadian yang sama, dia sudah mengetahui hasil akhirnya.
"Mimma, kau ini selalu saja buat masalah! Mau sok jagoan kamu?" tanya guru itu menyalahkan.
Buk Caca adalah guru BP yang berpenampilan menarik, tapi berlidah tajam dan sosok guru yang suka pilih kasih terhadap siswa-siswinya. Semua sudah mengenal bagaimana sifat Buk Caca dalam menangani masalah yang ada di sekolah itu.
Mimma masih terus diam dan kembali menundukkan kepalanya. Menahan rasa ingin berontak dan membalas tuduhan tersebut. Bukannya tidak pernah, tapi apapun yang dikatakannya tidak akan membuahkan hasil yang berbeda.
"Iya buk, kami hanya ingin duduk semeja dengannya. Tapi dia malah mendorong saya dan terus memukul saya!" adu Tasya dengan wajah menyedihkan.
Hei nenek sihir, kau yang mendorongku. Bahkan kau dan teman-temanmu itu juga terus memukulku di hadapan banyak orang. Aku hanya membalas.
Mimma tidak akan menyuarakan hal tersebut dengan mulutnya. Dia hanya terus berusaha sebisa mungkin untuk menahan amarahnya.
Kejadian di kantin tadi sungguh memalukan. Dia tiba-tiba didorong dan dihajar habis-habisan oleh Tasya and the Genk. Parahnya tidak ada yang membelanya. Seakan dia adalah tontonan menarik untuk disoraki dan diteriaki.
Karena amarah itulah, dia membalas dengan sepenuh tenaga. Seperti biasanya, Mimma akan kehilangan kesabaran dan membalas mereka dengan brutal. Maka saat mereka merasa kalah, akan ada seseorang yang memanggil guru, lalu seperti inilah hasilnya. Berakhir di ruang BP sebagai tersangka utama.