Mimma hanya menunduk, dia tetap diam, di saat yang lain tengah sibuk mencari kelompok untuk tugas pengamatan pada tanaman kecambah.
"Semua sudah mendapatkan kelompok?" tanya buk Masamah pada muridnya.
Semua menjawab serempak, mereka begitu antusias dengan tugas itu. Karena saat ada tugas kelompok, maka artinya mereka bisa belajar sambil bermain. Membagi peran untuk memudahkan pekerjaan. Cara pembelajaran yang paling disukai anak-anak.
Tapi tidak dengan Mimma. Saat ada tugas kelompok seperti ini, dia harus menahan perih karena tidak akan ada yang mau sekelompok dengannya. Dia pernah mencoba mengajak salah seorang teman sekelasnya untuk satu kelompok dengannya, tapi itu malah berakhir dengan penolakan. Maka saat ada tugas seperti ini, dia akan jadi monster paling dijauhi.
"Mimma, kau hanya diam sedari tadi. Apa sudah menemukan kelompok?" tanya buk Masamah yang sudah bisa menebak situasinya.
Hampir setiap tugas kelompok, Mimma akan mengerjakannya sendiri. Padahal, inti dari pemberian tugas secara berkelompok adalah untuk mengajarkan pada siswa bagaimana caranya membagi peran, juga untuk melihat kekompakan mereka dalam bekerja sama, dan lagi menguji sikap kedewasaan mereka dalam menyelesaikan masalah dengan berdiskusi.
Buk Masamah menyesalkan sikap Mimma yang tidak bisa berbaur dengan teman sekelasnya. Dia berpikir jika Mimma memiliki sikap yang terlalu individualisme. Pernah sekali dia membagi kelompok berdasarkan nomor absen, tapi semua jadi berakhir kacau. Teman satu kelompok Mimma mengadukan sikap buruk Mimma yang tidak pernah mau diajak kerjasama. Hal tersebut memberikan penilaian terhadap Mimma, jika anak itu tidak bisa berada dalam kelompok.
Jika saja guru-guru mau membuka mata mereka lebar-lebar. Bukan Mimma masalahnya, tapi anak-anak lain yang tidak pernah mau berinteraksi dengannya. Bahkan mereka selalu berusaha menghindari kontak langsung dengan gadis itu.
Mimma yang malang.
Karena Mimma tak kunjung menjawab pertanyaannya, maka buk Masamah menyimpulkan jika muridnya itu belum memiliki kelompok. Dia membantu Mimma dengan menanyakan kelompok yang kekurangan anggota. Karena seharusnya semua murid bisa mendapatkan kelompok dengan jumlah anggota yang sama.
"Siapa yang memiliki kelompok dengan jumlah anggota ganjil?" Buk Masamah tersenyum pada muridnya meskipun nada suaranya agak terdengar marah.
"Kami, Buk! Tapi kami baru saja membagi tugas secara merata." Alasan itu tidak cukup kuat untuk membuat buk Masamah mengalah.
"Mimma, masuk kelompok kalian!" Buk Masamah memutuskan tanpa mau di protes.
Mimma sendiri juga kesal dengan keputusan buk Masamah. Guru itu tidak mengerti kondisinya. Percuma dia masuk kelompok jika tidak diajak dalam mengerjakan tugasnya. Hal tersebut malah semakin mempersulitnya untuk mendapatkan nilai. Karena dia akan berakhir sebagai anggota kelompok yang diabaikan dan pada akhirnya di buang.
Lihat saja, tatapan salah seorang anggota kelompoknya. Dia seakan ingin membakarnya dengan tatapan tajam yang terarah padanya. Mimma hanya menghela nafas panjang. Dia benci mereka. Kenapa mereka begitu tidak menyukainya. Padahal dia tidak termasuk siswi yang bodoh. Juga dia bukan termasuk anak pengganggu. Dia malah bisa digolongkan banyak diam dan menurut di dalam kelas.