Lathi

jayanti
Chapter #6

Dia datang

Anak kelas sepuluh itu berlari menuju lapangan, meskipun kakinya masih bergetar ketakutan, dia berusaha untuk tetap sadar. Matanya melihat ada beberapa siswa laki-laki yang sedang berlatih main futsal. Dia berteriak, tapi karena mereka masih fokus bermain, tidak ada yang meresponnya. 

Bagaimana ini, apa aku pergi saja dan pura-pura tidak tahu? 

Memejamkan matanya erat, memeluk kucingnya yang mengalami cidera. Mencoba berpikir jernih atas pilihan yang akan diambilnya. Kemudian dia menatap orang-orang dilapangan. 

Maukah mereka menolong Mimma, monster sekolah. Jika tidak mau, aku tinggal pergi 'kan? Setidaknya, aku sudah berusaha memberi tahu orang lain! 

Anak itu berteriak lagi. Seseorang menoleh ke arahnya, anak laki-laki yang memakai kaos bewarna navy. Satu-satunya anak laki-laki yang memakai pakaian berbeda dari yang lainnya. Hanya orang itu yang merespon, tapi kemudian berpaling dan melanjutkan permainannya. 

Dia tidak mengerti lagi, bagaimana harus memberitahu anak-anak itu. Dia putus asa dan akan pergi dengan membawa rasa sesak di hatinya. 

"Hei, kenapa kau berteriak?" tanya seseorang, dia segera berbalik. 

Ternyata orang berpakaian navy tadi, wajahnya penuh peluh dengan pandangan acuh tak acuh menunggu jawabannya. 

"Ada sese-orang, dia—eh mereka bertengkar di lorong!" 

"Lalu?" Orang itu malah bertanya, anak itu jadi agak kesal. 

"Tentu saja, kau harus menolongnya. Eh—maksudku bukankah kau seharusnya menolong. Emh, dia dikeroyok. Aku tidak tahu apa-apa, aku hanya ingin memberitahukan itu!" Anak itu langsung berbalik dan mempercepat langkahnya, dia ketakutan dan ingin segera pergi dari sekolah.

"Siapa?" teriak orang tadi. 

"Mo–nster!" Anak itu kali ini benar-benar berlari pergi. 

"Sial!" maki orang berpakaian navy, dia sepertinya sudah bisa menebak apa yang coba disampaikan anak itu. 

Langsung saja dia berlari keluar lapangan menuju ke arah gedung sekolah. Mengejar langkah anak tadi. Tapi anak itu tidak terlihat di manapun. Dia memilih mencari sendiri lokasi perkelahian. Hingga dia menemukan paperbag di dekat sebuah pintu. 

Dia mengambil dan melihat isinya. Benar saja, itu adalah baju olahraga miliknya. Kakinya langsung melangkah cepat masuk ke ruangan itu, tapi tidak ada siapapun di sana. Meskipun terlihat berantakan dengan batu-batu yang berserakan, tapi memang tidak ada siapapun. 

Lihat selengkapnya