Sepanjang perjalanan pulang, Mimma berusaha menahan nafasnya. Selain karena jantungnya yang berdegup kencang, tapi juga karena bau tembakau yang bercampur aroma musk yang menguar dari ceruk leher Barion. Aroma itu terlalu kuat hingga membuat kepalanya jadi makin pusing.
Barion juga hanya diam dan terkadang membenahi posisi Mimma yang merosot akan jatuh. Badan kurusnya harus tetap kuat berjalan dengan menahan Mimma yang memiliki tubuh lebih berisi. Tapi jangan remehkan kekuatannya, karena Barion bukanlah pria lemah yang loyo hanya karena menggendong seorang wanita.
"Bar, kamu tadi kok bisa tahu aku ada di sana?" tanyanya pelan karena posisi mulutnya cukup dekat dengan telinga Barion.
"Anggap aja, destiny!" jawabnya masih dengan nada dingin.
Mimma menganggukkan kepalanya, meskipun dia masih penasaran. Dia jadi teringat anak kelas sepuluh dan kucing yang ditolongnya dari kejahatan Tasya.
Kemana anak itu, cih, dia tidak sedikitpun balas menolongku
Mimma sedikit kesal, tapi tidak menyesal. Anak itu tidak meminta tolong padanya, dia sendiri yang berinisiatif ikut campur. Ini adalah resiko dari keputusan yang diambilnya.
Angin malam memberikan sensasi dingin pada kulitnya. Di tambah karena dia mendapatkan banyak luka, jadi imun tubuhnya pasti lebih terfokus untuk mempertahankan diri pada luka-luka tersebut. Mimma jadi curiga, jika dia akan mengalami demam karena ini.
"Lo ada obat penahan nyeri di rumah?" suara bariton yang terdengar samar di telinganya.
Mimma tidak tahu, tapi rasanya pandangannya mulai mengabur. Bersamaan dengan itu, kesadarannya juga mulai menipis. Padahal tadi dia merasa baik-baik saja, tapi kenapa sekarang malah jadi semakin buruk?
"Lo gak denger?" tanya Barion lagi karena tidak kunjung mendapatkan jawaban.
"Heh, Lo tidur!" Barion mengguncangkan tubuhnya.
Tapi Mimma masih tidak merespon, bahkan tangan yang tadinya mengalung di lehernya juga terkulai menggantung begitu saja. Barion menyimpulkan jika Mimma tertidur.
"Sial!" gumam Barion mempercepat langkahnya.
Butir-butir keringat jadi bukti perjuangannya. Tapi yang membuatnya makin panik adalah, dia tidak mengetahui tempat tinggal Mimma. Padahal dia sudah masuk blok perumahan yang di sebutkan Mimma, tapi rumahnya yang mana?
Berbekal kenekatan, Barion mulai bertaruh pada peruntungannya. Dia menebak rumah mana yang kira-kira menjadi rumah Mimma. Awalnya dia akan menuju ke rumah dengan halaman luas tanpa pagar yang memiliki pintu garasi lebar. Tapi langkahnya berbalik karena melihat ada anjing menggonggong yang terikat di bawah pohon mangga.