PUDAR

Neng Neng
Chapter #1

Bab 1

Namanya Dandelion, namun orang-orang lebih sering memanggilnya dengan sebutan Lili, gadis cantik dengan sorot mata teduhnya yang membuat orang terhanyut jika sungguh menatapnya dengan ketulusan. Dia adalah gadis manis dengan segudang prestasi yang dia miliki, tak terbilang sudah berapa banyak piala dan beragam penghargaan lainnya yang telah dia dapatkan.

Mimpinya begitu tinggi, harapannya begitu luas, angan dan cita-citanya tak terkira, betapa Lili adalah seorang gadis yang memiliki jiwa dengan sejuta harapan yang dia sematkan sepenuhnya pada sang pencipta. Karena Lili tahu, ketika dia menggantungkan harapan pada manusia, maka dia akan mendapatkan kecewa, jadi Lili bertekad hanya akan berharap pada sang maha sempurna saja agar Lili tidak lagi pernah kecewa. Sepenuhnya Lili sadar jika Tuhannya adalah sebagian dari hidupnya. Ya, Lili adalah seorang gadis yang taat pada Tuhannya.

Lili juga gadis yang taat dan patuh terhadap sang Bunda yang telah membesarkannya seorang diri hanya dengan menjadi seorang buruh pabrik, hidup serba sederhana bahkan nyaris kekurangan, namun gadis itu selalu tersenyum lebar, mensyukuri setiap takdir yang Tuhan sematkan untuknya. Menyayangi dan berbakti pada Bunda dengan cara belajar sungguh-sungguh, dan mempersembahkan banyaknya prestasi yang telah dia raih pada Bunda. Tak ayal, Bunda sering merasa bangga terhadap putri semata wayangnya.

Ah, ya ... Ayah sudah lama pulang ke pangkuan Illahi, meninggalkan Lili kecil bersama Bunda yang kala itu masih sangat membutuhkan figurnya, namun ... ini adalah takdir yang harus Lili jalani, Lili tahu Tuhan lebih menyayangi Ayah daripada dirinya, kini hanya selaksa doa yang bisa Lili panjatkan untuk Ayah yang sudah tenang di alamnya.

Lili mendongakkan kepalanya menatap langit biru yang berada di ujung sana, menghela napas sejenak menutup sebuah buku pelajaran yang sedari tadi berada di pangkuannya. Hampir setengah jam Lili duduk di atas rumput hijau sembari membaca buku pelajaran yang akan di pelajarinya selepas jam istirahat usai, bibirnya tersungging melirik pada sebuah kotak makan yang isinya sudah ludes tak bersisa, itu adalah bekal yang diberikan Bunda pagi ini, bukan makanan istimewa, hanya nasi goreng dan telur ceplok sisa sarapan tadi pagi, namun Lili selalu menyukai semua masakan Bunda.

Tentu saja, Lili tidak memiliki banyak uang untuk sekedar jajan di kantin, bisa bersekolah di tempat se-elit inipun karena jalur beasiswa yang mati-matian dia dapatkan, biasanya Lili akan lebih senang jika menghabiskan waktu istirahatnya di bawah pohon rindang di taman sekolah, tempat itu lumayan sepi, jarang orang yang mendatanginya, jadi Lili yang introvert bisa dengan leluasa menghabiskan waktunya disana.

Selama hampir dua tahun sekolah, Lili nyaris tidak memiliki sahabat seperti yang lainnya, Lili hanya memiliki beberapa teman yang hanya saling menyapa ketika mereka berpapasan, selebihnya Lili hanya menghabiskan waktunya seorang diri, ini lebih baik bagi Lili dibanding dia harus bercampur baur dengan orang lain yang belum tentu bisa menerima Lili apa adanya.

Bel tanda istirahat telah usai berbunyi, Lili lekas berdiri dengan buku juga kotak bekal di tangannya, berjalan pelan menuju kelas, Lili berjalan menunduk, banyak siswa dan siswi berjalan tergesa karena tidak ingin terlambat masuk kelas, hingga saat Lili terus mengayunkan langkahnya, seorang pria tidak sengaja menubruk tubuh Lili, hingga Lili harus terjatuh dengan buku dan kotak bekal kosong yang berhamburan.

“Ya ampun! Maaf ya, kamu tidak apa-apa?”

Lili mendongakkan kepalanya, menatap dengan kedip yang melambat kala menyadari seorang pria tampan idola banyak siswi kini tengah menatapnya intens dengan raut khawatirnya.

“O oh, ya aku gak apa-apa” Lili segera menggeleng.

“Maaf, aku tadi buru-buru” pria itu membantu Lili memunguti buku dan kotak bekal Lili, menyodorkan pada Lili dengan raut penuh penyesalan.

Lili tersenyum canggung, tangannya mengulur menerima barang-barangnya, segera Lili berdiri lalu mengangguk dan berpamitan pada pria yang sudah menabraknya, memutuskan kontak mata dengan pria yang selalu membuat wanita histeris itu adalah yang terbaik bagi Lili, gadis itu mempercepat langkahnya, tidak memperdulikan cowok tadi yang sempat memanggil namanya.

Namanya Bima Adiguna, dia adalah teman satu angkatan Lili, namun sepertinya pria itu tidak begitu mengenal Lili meski mereka satu angkatan, dikarenakan mereka tidak pernah satu kelas, Bima bukan anak berprestasi seperti Lili, Bima hanya anak dari orang kaya yang kebetulan sekolah di sekolah yang sama dengan Lili, wajah rupawan dengan tubuh atletis sempurna, di tunjang dengan penampilan yang begitu mewah membuat Bima tidak sulit untuk dikenali banyak siswa dan siswi lainnya, hampir semua orang berlomba ingin dekat dengan Bima, namun sayang sedari awal Bima sudah dikelilingi oleh sahabat juga kekasihnya, namanya Annisa, gadis cantik, anggun, lembut yang telah diklaim sebagai kekasih sekaligus calon istri Bima, itu menurut gosip yang beredar di seantero sekolah, tentu saja orang yang ada disekeliling Bima adalah orang yang satu server dengannya, sama-sama berasal dari keluarga kaya, terpandang juga terhormat karena jabatan kedua orangtuanya.

Bagi seorang Dandelion, mengenal Bima CS adalah suatu hal yang membuang waktu, meski sejujurnya, hati Lili selalu berdebar kala menatap Bima dari kejauhan. Ya! Hanya itu yang bisa Lili lakukan, menatap pria pujaan dari jarak yang sangat jauh, hingga Bima tak lagi menyadarinya.

Lihat selengkapnya