Kupandangi keris kecil itu sejak tadi. Nada bilang, aku harus membawanya pulang untuk berjaga-jaga. Siapa tau, arwah itu juga mengikutiku sampai ke rumah.
Keris itu kusimpan di bawah bantal. Selama ini, aku merasa aman di rumah. Kejadian horor hanya terjadi di sekolah. Jangan sampai teror itu mendatangi rumahku. Aku memastikan semua jendela tertutup rapat sebelum tidur.
Setelah membasuh kaki dan tangan, aku menaiki tempat tidur. Menarik selimut dan mulai memejamkan mata.
Terlihat seperti musim gugur. Dedaunan kering memenuhi halaman sekolah. Di depan sana, seorang gadis duduk sendirian, ia sedang membaca buku. Perlahan dia berdiri dan melambaikan tangannya padaku. Aku terus memperhatikannya dari jauh. Wajah itu seperti tak asing, namun aku lupa kapan pernah melihatnya.
Dia tersenyum cerah, membuatku juga ikut tersenyum. "Ayo kesini, jangan disana!"
Aku menengok ke belakang, tak ada siapapun selain kami berdua. "Aku?" tanyaku padanya untuk memastikan jika dia tak salah orang.
Perempuan itu mengangguk sambil melambaikan tangannya kembali. "Gadis ayo kesini."
Aku kaget ketika dia ternyata tau namaku. Tiba-tiba semuanya terasa seperti berputar hingga membuat kepalaku berdenyut sakit. Ketika aku kembali membuka mata, aku tak lagi berada di halaman sekolah.
Hari yang tadinya terang sekarang sudah berubah gelap. Tak mungkin siang berganti malam dalam sekejap. Aku melihat sekitar, cahaya bulan masih masuk ke dalam ruangan ini melalui jendela. Sekarang aku tau dimana ini, kelas, benar, aku berada di kelasku sendiri.
Perhatianku tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul satu. Jam dinding tersebut masih terlihat jelas karena pantulan cahaya bulan. Apa mungkin sekarang sudah tengah malam, pikirku.
Tapi kenapa bisa aku berada disini. Perlahan aku mencium bau yang sangat anyir. Aku mencari pintu keluar, ini semua tidak benar, aku harus segera pergi dari sini.
Anehnya semakin aku mencari, aku sama sekali tak menemukan pintu. Hanya ada dinding dengan jendela. Tak ada cara lain, aku berusaha membuka jendela yang tertutup rapat dengan susah payah.
Tetap tak bisa, jendela itu seperti di paku. Hanya ada satu cara untuk keluar dari sini.