Pukul Tujuh

Dina novita roes
Chapter #2

Bersama Melawan Dunia

Mataku masih terasa berat untuk terbuka, terlihat jam dinding menunjukkan pukul lima pagi. Aku meraih ponselku yang berada di ujung meja belajar. Nama Satria muncul di layar ponsel, sebuah pesan darinya dikirim sekitar lima menit yang lalu.

“Assalamualaikum, bu Haji. Saya udah bangun, siap2 mau ke masjid dulu ya, sekalian nyari sendal yang cakep buat jemput bu Haji.”

Entah kenapa otot wajah ini seakan memaksa bibirku untuk tersenyum, ada rasa yang aneh menggelitik perutku dan sekilas wajah Satria muncul di pikiranku. Mengapa ada rasa ini? Apakah ini yang dikatakan kebanyakan orang sebagai rasa tertarik atau bahkan jatuh cinta? Entahlah ... Aku berusaha tersadar di tengah lamunan ini. Yang harus kulakukan sekarang adalah bergegas untuk pergi bersama Satria.

***

Pukul enam pagi, aku sudah siap dengan baju terbaikku. Mungkin kamu akan mengira bahwa aku akan memakai baju cantik dengan warna pastel seperti model Korea. Tentu tidak, aku hanya memakai sweater nyamanku yang berwarna coklat dengan sulaman gambar anjing beagle kecil di bagian dada kiri dan celana jeans yang tidak terlalu ketat. Pakaian ini adalah yang paling nyaman diantara pakaian lainnya dan tidak lupa, beberapa semprot parfum beraroma citrus dengan sedikit wangi vanilla. Parfum ini hanya ku pakai saat datang ke pesta pernikahan saja.

Hati ini sudah tak karuan rasanya, irama jantungku seperti gelombang musik diskotik daerah Mangga Besar, mix genre yang aneh serta dentuman Bass yang mampu mempengaruhi degupan jantung. Se-kacau itu perasaanku pagi ini. Ah! Satria cepatlah kau datang. Hanya itu yang ada di pikiranku.

Triingg, sebuah notifikasi pesan masuk dan tentu saja dari Satria.

“Siap2 ya bu Haji, Saya jemput sekarang naik onta.”

Dengan senyum yang tak kunjung hilang dari wajahku, aku balas dengan kata-kata yang bersemangat.

“Iya, Pak Ustad. Jangan lupa baca bismillah, siapa tau ketemu buroq jadi bisa cepet sampainya. Ditunggu, hati2 ya pak!”

Candaan-candaan ini yang belum pernah aku temui dari sekian pria yang pernah mendekatiku. Perbincangan yang selalu menyenangkan dan tak ingin mengakhirinya.

***

Tepat pukul tujuh pagi, Suara klakson motor terdengar dari luar rumah. Aku buka pintu rumahku dan melambaikan tangan sebagai tanda, Aku akan segera menghampirinya. Setelah berpamitan ke Ibuku, nampaknya Ibu curiga karena anak perempuannya ini bisa bangun pagi. Ibu mengikutiku dan bertemu Satria.

“Ini siapa namanya? Belum pernah ke sini ya?” tanya Ibuku.

“Iya, tante. Saya Satria, temannya Dita di kampus. Saya izin bawa Dita ya,tan. Sekalian bareng ke kampus, searah soalnya,” jelas Satria.

Lihat selengkapnya