Pulang

Nasrani Lumban Gaol
Chapter #2

Kepingan Dua : Kekasih

 

Kau memutuskan untuk pulang lewat bandara Taoyuan, kau ingin bertemu dengan kekasihmu yang sedang kuliah di Taipei. Ketika mendengar kau akan pulang ke Indonesia, apalagi untuk waktu yang lama, lelaki itu kelihatannya sangat khawatir. Dia juga sedang sibuk dengan ujian kualifikasi S3-nya, namun dia berkata dia akan menemuimu dan memintamu untuk pulang lewat bandara Taoyuan saja. Kau sebenarnya tidak setuju, untuk apa menempuh perjalanan ke Taoyuan ketika kau bisa pulang dari Kaohsiung Airport.

“Tolonglah, aku tidak punya waktu kalau harus ke Kaohsiung” begitu dia memelas lewat video call. Kau akhirnya setuju. Rasanya kau selalu setuju dengan apapun yang dimintanya kepadamu, walau akhir-akhir ini kau sudah lelah mengatakan “iya”. Kau memendamnya dalam hatimu. Kau mempuyai banyak hal untuk dipikirkan selain masalah hubungan romantismu. Kau terlalu lelah untuk berdebat dengan orang lain. Kau memang begitu, entah sejak kapan kau tidak lagi membantah, entah sejak kapan kau memilih untuk selalu setuju.

Dari kejauhan kau bisa mengenal lelaki itu hanya dari cara berjalannya saja. Kau membuka tasmu dan mengambil kacamata, lalu memakainya, kali ini kau bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Dia sedang tersenyum kepadamu sambil melambaikan tangannya. Senyuman itukah yang membuatmu jatuh cinta kepadanya? Lelaki itu langsung meraih tanganmu, menariknya lalu merengkuh tubuhmu dalam pelukannya.

Apakah selama ini dia tidak terlihat hangat kepadamu? Dia membelai rambutmu dengan lembut. Sudah berapa lama sejak kau terakhir kali memeluknya? Kau mencoba mengingat, kau lupa. Sudah lama sekali, kalian berdua sama-sama terlalu sibuk untuk saling menunjukkan afeksi satu sama lain. Lelaki itu mengajakmu duduk di gerai Subway, dia meletakkan tas dan handphone-nya di meja lalu berjalan menuju counter untuk membeli sandwich.

 Kau memperhatikan punggung lelaki itu. Kau terkadang ingin menganggap lelaki itu sebagai pohon yang kokoh yang akan menjadi tempatmu untuk bernaung. Namun, usiamu yang terpaut 2 tahun lebih tua selalu membuatmu berlagak menjadi pohon yang kokoh untuknya. Dia tidak pernah meminta, namun kau selalu hanya menunjukkan sisimu yang kuat dihadapannya. Kau tidak pernah menuntut apapun. Kau tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. Begitukah seorang kekasih? Kau tidak tahu.

Kekasihmu kembali dengan dua potong sandwich beserta minuman bersoda untuk kalian berdua. Dia meletakkan satu potong sandwich di depanmu beserta satu gelas minuman bersoda. Kau mengambil satu lalu memakannya. Pikiranmu masih hampa. Kau hanya memakannya saja, toh kalau kau menolak lelaki itu juga akan tetap memaksamu.

 “Bagaimana keadaan mamak?” begitu dia memulai pembicaraan setelah kalian menyantap masing-masing sepotong sandwich. Kau sudah beberapa kali menjawab pertanyaan ini. Ada begitu banyak orang yang menanyakan mengapa kau tiba-tiba pulang ke Indonesia dan mereka semua mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu kau mulai bercerita keadaan mamak dengan mengalir dan rinci. Seolah semua sudah terangkai bagaikan cerita di kepalamu. Lelaki itu mendengarkan dengan seksama, terkadang dia mengangukkan kepalanya. Entah apa artinya. Tetapi kau tetap melanjutkan ceritamu.

Lihat selengkapnya