"Dari mana kamu jam segini baru pulang?"
"Tadi aku singgah sebentar di swalayan depan" Arirara menutup pintu depan dan berbalik. Ia melihat suaminya, Prasetya, yang sedang duduk di kursi rotan ruang tamu.
"Beli susu. Aku lihat susu Cikal sudah mau habis pagi tadi. Anak-anak mana mas?" lanjut Arirara sambil meletakkan sepelastik belanjaannya di atas meja oval di ruang makan mereka.
"Alasan.."
Inilah dia. Seharian dengan pekerjaan di kantor, dan bahkan sekarang saat ia sudah di rumah masih belum bisa istirahat. Pun tidak untuk jiwanya. Arirara mengurungkan niat untuk duduk disamping suaminya, dan menahan langkahnya.
"Alasan? maksudnya?"
"Kamu tau maksudku. Paling kamu habis jalan-jalan dengan teman kantor kamu. Berharap dapat kenalan laki-laki yang uangnya banyak, dan kemudian kamu pulang dengan membawa belanjaan tadi, biar aku percaya. Iya kan?" sinis Prasetya panjang lebar.
"Astaga.. kamu sadar apa yang kamu ucap barusan mas?!. Kamu pikir istri kamu ini apa??"
Prasetya mematikan rokoknya di asbak, dan bangkit dari kursinya. Ia berjalan ke arah Arirara yang masih berdiri. Prasetya menghentikan langkahnya tepat di depan Arirara. Melihat istrinya dari ujung kepala hingga kaki dan tersenyum.
"Atau kamu sudah menemukan laki-laki itu?"
Arirara mendorong keras tubuh suaminya. Prasetya menangkap tangan istrinya itu dan memegangnya dengan keras sekali.
"Jawab aku!!"
"Gila kamu!!. Lepas!!"