Pulang

Dillon Gintings
Chapter #2

Ariana

Ariana mengambil kudapan yang tersedia di sepanjang meja hidangan. Ia memperhatikan detail hiasan di atas meja itu. Pinggan dari porselen putih dengan warna emas mengelilingi pinggirnya, pedestals dengan kombinasi yang sama, kain satin berwarna biru gelap yang menjadi penutup meja, ditengah ada vas persegi yang juga terbuat dari porselen berisi bunga ros putih yang seolah tanpa dirangkaipun sudah cantik, menyempurnakan meja ini. Kudapan-kudapan inipun tak perlu bersusah payah menarik perhatian agar orang-orang yang ada di sini mau datang mendekat.

 "Perfect" Ariana membatin.

 "Sempurna…"

Ariana terkejut mendengar suara laki-laki yang membuyarkan konsentrasinya tadi. Ia mendapati Pribadi, atasannya, berdiri disampingnya sambil mengambil sepotong kecil Almond tart, dan langsung memasukkan kedalam mulutnya.

 ”Mau saya ambilkan piring Pak?” tanya Ariana sambil tersenyum. Kekagetannya sudah hilang.

 "Kenapa? Kelihatan primitif sekali ya?" Pribadi menjawab sambil tersenyum. 

 "Well.."

 "Tidak usah. Cuma ingin bilang ini sempurna. Kamu membuat semua ini menjadi sempurna" potong Pribadi sebelum sekertarisnya itu menyiapkan kalimatnya tadi.

 "Lagipula tamu-tamu sudah menunggu untuk mendapat sapaan dari Pribadi Nugraha kan?" lanjut Pribadi membuat lelucon tentang dirinya sendiri, sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan Ariana.

Ariana tertawa kecil. Pribadi Nugraha. Atasannya sekaligus pemilik perusahaan tempat ia bekerja selama setahun belakangan, adalah pribadi yang sangat menyenangkan. Seingatnya, sejak ia menjadi sekertaris di tiga perusahaan sebelumnya, yang ini adalah atasan yang paling baik. Sangat baik malah. Jika senyum masuk golongan keahlian, Pribadi tahu betul bahwa senyumnya adalah satu keahlian yang bisa dimasukkan dalam CV lamaran pekerjaan. Menenangkan. Itu dia. Dia itu memiliki aura yang bisa menenangkan, dan..

 "Ariana.."

Tuhan! Apa ini. Kenapa orang-orang senang sekali mengagetkan. Ariana berbalik dengan lamunan yang harus terputus.

 "Oh, Bu.." Ariana meletakkan piring kecil berisi mini Croissant yang tak sempat termakan di meja, dan kemudian menjulurkan tanggan kanannya bersalaman.

 "Terimakasih membuat acara malam ini sempurna" Katrina tersenyum lebar sambil memegang kedua tangan Ariana.

 "Temani saya berkeliling ruangan yuk" Katrina melepaskan pegangannya dan berjalan.

Ariana menyusul dan berjalan disampingnya. Katrina adalah istri Pribadi. Walau tidak masuk dalam struktur perusahaan, tapi boleh dibilang, wanita ini adalah bos keduanya. Cantik, di usia yang tidak muda. Berpostur tinggi langsing, dan Ariana cukup kagum dengan tubuh yang dimiliki wanita ini mengingat usianya yang sudah kepala enam. Bergaya dan elegan. Seperti malam ini, dengan gaun pas badan berwarna hijau tua, dengan potongan terbuka di bagian bahu.  

 "Kadang kalau saya harus mengingat masa lalu, rasanya sulit untuk bisa berada di sini. 30 tahun itu bukan waktu yang singkat" Katrina memulai percakapan dengan Ariana sambil tetap berjalan pelan mengelilingi ruangan tempat acara 30 tahun pernikahannya dengan Pribadi, dan sesekali tersenyum pada tamu yang hadir.

 "Kami sempat nyaris kelelahan dalam menjalani pernikahan. Ambisi, mimpi, ego dan kenyataan, semua menjadi bagian selama saya mendampinginya. Kehadiran anak-anak kami, Lesmana dan Diandra, tidak serta merta memudahkan dan menguatkan pernikahan kami. Namun tentu saja menyerah bukan pilihan sejak dulu hingga sekarang. Kalau tidak, mana mungkin acara ini ada ‘kan?. Saya sangat mencintai mereka, anak-anak, dan tentu Pribadi" ucap Katrina.

Lihat selengkapnya